16. Rumah Sakit

18 3 1
                                    

"Mungkin kesakitan ini untuk meruntuhkan dosa-dosamu tetapi, harus ingat aku akan selalu menemanimu dalam kesakitan itu. Bahkan, aku rela jika merenggut nyawaku untukmu. Wahai, matahariku kekasih Allah yang berharga cepatlah untuk bangkit."
Muhammad Azhar Aditya Pradana

☕☕☕

"Assalamu'alaikum, putri Abi dan Umi," ucap umi saat mereka telah tiba di rumah sakit dan mendekati ranjang yang terlihat tubuh perempuan itu lemah.

Azalia dan Faizah, mereka berdua langsung menghampiri dan salim kepada kedua orang tua sahabatnya itu.

"Mengapa dia seperti ini?" tanya umi kepada mereka bertiga termasuk Azhar, alasan Eshal keadaan menjadi seperti ini dan katanya tadi soal obat tidur.

"Ma-maaf umi, sebenarnya kami yang lebih mengetahui terlebih dahulu, kami mengetahui saat Eshal pingsan dan kita membawanya ke rumah sakit dan dokter berkata ia sering mengonsumsi obat, dan setelah kita mengetahuinya pada akhirnya Eshal jujur bahwa selama ini ia memang mengonsumsi obat itu untuk tidur karena, melawan rasa trauma nya itu," jawab Faizah menjelaskan semuanya walaupun sebenarnya ia takut.

Azhar menatap perempuan itu dan bergumam,"Aku akan selalu menemanimu, matahariku. Jika aku ditakdirkan untuk meluruskan tulangmu yang bengkok maka aku siap. Nanti jika kamu sembuh dan pulang dari rumah sakit, aku janji aku akan menghalalkan mu walaupun kamu belum lulus kuliah S2 karena, aku tidak mau kehilangan kamu."

Abi yang melihat raut wajah Azhar, lalu berbisik dan berkata," Abi tau engkau menyayanginya dan kapan pun Abi siap melepas tanggung jawab dan memberikannya kepadamu."

Setelah Abi berbicara seperti itu Azhar didalam hatinya menahan kegugupan ini.

"Astaghfirullah Azhar, ini belum menghalalkannya untuk menjadi istrimu tetapi, kamu sudah seperti ini," gumamnya di dalam hati dan menata rambutnya.

"Sepertinya Azhar salah tingkah atau ada apa tiba-tiba terdiam setelah Abi berbisik tadi?" tanya Faizah heran kepada Azalia.

"Sudah itu bukan urusan kita, lagipula kita harus pamit dulu kembali ke asrama dan juga mengambil pakaian Eshal lalu kembali kesini lagi," ajak Azalia pelan kepada Faizah.

Akhirnya mereka berdua kembali asrama dengan bis.

☕☕☕

Umi dan Abi mereka pergi ke mushola untuk sholat. Sedangkan Azhar ia sholat didalam kamar Eshal, ia tidak mau nanti jika mataharinya sendirian takut terjadi apa-apa.

"Hai matahariku aku sudah selesai sholat, yuk kamu bangun harus sholat, hukumnya wajib tetapi, kamu lagi pingsan atau tidur nyenyak mana mungkin bisa bangun? Ya sudah, aku bacakan surat Al Waqi'ah aja ya," ucap Azhar duduk di dekat ranjang Eshal.

Sudah kedua kalinya ia mengaji tetapi, perempuan itu masih lemah dan juga nyenyak dalam mimpinya.

Di tengah-tengah ia mengaji, ia menangis melihat Eshal, ia mengetahui rasa sakitnya itu seperti apa?

3 menit kemudian.

Lelaki itu menyelesaikan mengajinya karena, ia takut tidak fokus apalagi ia sudah menangis.

"Bahkan, aku mengaji pun memikirkanmu ternyata kekuatanku ada pada dirimu, dan memang benar seperti kisah Ali dan Fatimah bahwa kekuatan Ali menjadi lemah saat Fatimah meninggal dunia," kata Azhar lagi mencoba untuk tersenyum.

"Abi, seharusnya kita bersiap-siap bahwa putri kita nanti telah mempunyai malaikat baru lagi didalam kehidupannya hingga akhir hayatnya," ujar Umi kepada Abi saat mereka selesai melaksanakan sholat dan sudah berada di depan pintu ruangan dan melihat tatapan Azhar sangat khawatir dan menangis melihat keadaan Eshal yang seperti ini.

Matahari  Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang