24. Kenangan Luka

27 2 0
                                    

"Anak kesayangan ini harus menggenggam luka sebesar lautan, tanpamu bagaikan kerikil tajam yang terkena langit api terbakar dalam suatu ruang batin gelap dan terbuka lebar."

Syabna Eshal Fakhirah

☕☕☕

Pagi harinya.

"Ada suara siapa kok nangis?" tanya Azhar, ketika mendengar suara perempuan menangis di dekatnya tetapi, sedetik kemudian ternyata memang suara yang menangis itu adalah istrinya. Ia baru bangun dari tidurnya.

"Ya Allah humaira, kenapa pagi-pagi nangis?" tanya Azhar melihat istrinya dengan tisu-tisu yang telah dibuangnya.
Azhar langsung memeluknya dari belakang dengan tangannya yang besar, dan berurat itu.

"Humaira, aku tau kamu menangis karena, kangen mereka memang merindukan seseorang yang telah beda alam dengan kita itu menyakitkan tetapi, kita tidak boleh harus terpuruk, aku yakin kamu kuat, sini peluk bersamaku, aku akan buat tangisan itu reda, aku hanya tidak ingin matahariku, bidadari surgaku ini menangis karena, hanya perpisahan sementara, sesungguhnya semuanya adalah hal yang fana dan akan abadi didalam Surga-Nya," ucap Azhar tersenyum, ia berusaha sekuat-kuatnya di depan istrinya walaupun kekuatannya seperti sekejap hilang karena, sekuat-kuatnya lelaki kelemahannya adalah wanitanya.

Eshal yang mendengar itu langsung berdiri dan membalikkan badannya langsung memeluk suaminya itu dan berkata,"Habibi, kenapa disaat aku masih bertemu dengan mereka sebentar dan aku belum bisa membuat mereka bangga tetapi, kenapa mereka malah pergi untuk selamanya?"

"Humairah sayang, ada kalanya ujian yang menimpa kita itu bisa mendekatkan kita kepada Allah SWT mungkin ini adalah ujian yang diberikan untuk kita berdua setelah menikah, jangan lupa kamu punya aku, aku tidak akan membiarkan kamu sendiri, aku akan selalu menjagamu seperti aku menjagamu dalam baik-baik sajak doaku yang memintamu menjadi istriku selama ini, memang semenjak kamu lomba design waktu itu, aku sudah mencintaimu wahai humaira, cinta pandangan pertama yang tidak semua orang bisa merasakannya dan aku beruntung memilikimu seorang perempuan yang kuat, tangguh, mandiri, minusnya manja sama aku aja hmm," jawab Azhar dengan menjelaskan panjang lebar.

"Wallahi, Ana uhibbuki fillah, humairah, aku juga tidak mengetahui kenapa Allah mempertemukanku denganmu di waktu yang terduga tetapi, dengan seiring waktu, aku mengerti, itulah cinta, jantung ini selalu berdebar-debar aku berpikir pertama kali mungkin karena, aku ada riwayat jantung tetapi, ternyata tidak jantung ini akan berdetak lebih cepat ketika aku melihat kamu dari jauh dan aku juga mengerti Allah memberikan cintaku kepadamu perempuan yang sholehah, pintar, dan juga kuat," lanjut Azhar sambil mengecup kepala istrinya itu, Eshal hanya terdiam mendengar itu, ia membiarkan semuanya tenang dulu di hatinya mendengarkan kata-kata dari suaminya yang benar-benar Ma Syaa Allah.

"Kok diam saja humairah? Apa sengaja tidak menjawab perkataanku? Apa mau dengerin ceramah soal cinta dengan ustadz Azhar yang paling ganteng, dan yang paling kamu cintai ini hmm?" tanya Azhar menggoda istrinya lalu mencubit hidungnya.

"Ish, sakit tau, Ana uhibbuka fillah juga imam surganya aku, semoga kamu selalu menjadi seseorang yang menemani aku disetiap waktuku, jangan pernah membuatku kecewa dan mengulangi kesalahan masa laluku seperti seorang lelaki yang jahat berjanji menikahiku tetapi, aku mendengarnya bersama wanita lain," jawab Eshal kembali cerewet lagi dan mengingat segala kesalahan, kekecewaan yang dialaminya dari lelaki lain.

"Istri aku, hanya satu humairah Eshal namanya, jika ada dua, tiga, empat dan seribu pun tetap namanya adalah humairah Eshal, di hatiku, pikiranku, dan segalanya bagi aku karena, ketika memilikimu itu artinya aku dipercaya oleh Allah untuk menjagamu wahai istri tersayangnya Azhar," kata Azhar langsung mencium pipi dan bibir istrinya itu.

Matahari  Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang