Mentari bersinar dari balik gorden yang masih tertutup rapat. Dan kedua insan yang tidur sambil berpelukan itu tampak tak terganggu dengan jam yang mulai tinggi. Merasa masih nyaman di tempat dengan selimut tebal yang lembut dan pelukan yang hangat.
Bellanca mengerjap beberapa kali meminta kesadarannya muncul, bersamaan dengan matanya yang sudah mulai fokus. Ia tertegun menatap dada bidang tepat di depannya. Mengangkat mata perlahan, dengan deru jantung beradu, matanya melebar.
Pria ini Yasa
Bukan suaminya
Seolah kewarasan dan suasana normal mulai menyelimuti, ia terpekik lari dari tempatnya. Bergerak mundur menjauh dari sosok itu, melepas paksa tangan yang melingkar di pinggangnya. Lalu matanya menatap lurus pada Yasa yang mulai terusik, ini salah.
Dia mengkhianati Caraka saat ini, mengkhianati 6 tahun pernikahan mereka.
Kelebat wajah Caraka yang tersenyum lembut membuat dadanya sesak. Senyum itu menghujam tepat di jantungnya menyadarkannya akan kesalahan yang sudah ia lakukan.
"Sayang, kamu sudah bangun?" tanya pelan Yasa mengucek matanya, agar bisa jelas menatap wanita di depannya.
Melihat Bellanca yang masih diam dengan tangan memegang erat selimut yang menutupi hingga leher. Yasa langsung bergerak duduk di atas ranjang, merasa khawatir, "Cla, ada yang sakit? Kamu kenapa hm?" tanyanya lembut.
Bellanca menggeleng entah menjawab pertanyaan Yasa atau tidak.
Yasa makin beringsut mendekat, menggapai lengan polos mulus itu, membawa ke hangatnya pelukannya, Masih pagi sayang, tidur lagi ya, kamu pasti kecapekan aku gituin semalaman" ucapnya dengan kekehan senang di akhir.
"Maaf ya aku terlalu senang bisa ketemu kamu lagi, makanya aku kelepasan seperti kemarin, kamu nggak marah kan sayang?" tanyanya merasa aneh karena Bellanca tidak membalas pelukannya. Wanita yang sudah tidur dengannya itu terus diam, seakan pikirannya tidak berada di sini.
Merasa awas, Yasa melepas pelukannya dan menunduk untuk melihat wajah yang muram itu, "Kenapa? Aku kasar ya semalam, apa sakit?" tanyanya perhatian dengan mulai membelai surai cokelat Bellanca.
Bellanca makin menggeleng dengan tatapan kosong, seakan rasa bersalah masih bersarang di hatinya.
"Kamu kenapa? Hei bicara sama aku" Yasa terus bertanya walaupun tampaknya Bellanca masih memilih untuk bungkam.
"Ini salah" lirih Bellanca pelan tapi masih di dengar Yasa.
Pria itu mengerutkan keningnya, apanya yang salah? Seakan alarm memekak di kepala. Ia bisa merasakan jika wanita ini menyesal sudah tidur dengan nya.
Dengan gugup Yasa berusaha tetap tenang, dan bertanya dengan suara pelan, "Apa nya yang salah sayang?"
Bellanca memundurkan badannya dari Yasa hingga tangan pria itu jatuh dari lengan putihnya. Wanita itu tampak syok dengan hal yang sudah ia lakukan. Bertemu dengan Yasa memang keinginannya, tapi bukan akhir begini yang dia harapkan.
Ia sudah menikah, tidur dengan pria lain bisa di anggap perselingkuhan.
Bagaimana jika Caraka sampai tau?
Perasaan takut langsung menyerbu hatinya, bagaimana jika Caraka menceraikannya setelah mengetahui ini semua?
Bellanca dengan panik langsung menatap Yasa, matanya sudah tak melamun lagi, "Yas, kita harus merahasiakan hal ini, jangan sampai ada orang lain yang tau. Kamu jangan pernah bahas hal ini lagi, kita harus melupakan jika kita pernah tidur bersama Yas. Hal yang kita lakukan ini salah Yas" ucapnya beruntun makin membuat Yasa gugup.
Kenapa ia harus melupakan momen membahagiakan ini?
Yasa menarik wanita yang tampak histeris itu mendekat padanya, memegang kembali kedua lengan rapuh itu, "Hei Cla. Maksud kamu apa? aku tidak bisa melupakan hal ini begitu saja. Aku justru senang kita bisa seperti dulu lagi, jadi ini sama sekali tidak salah, karena kita saling mencintai" kekehnya
Bellanca menggeleng, "Ini salah Yasa!"
Yasa tak mengalah, ia terus menatap wanita di depannya, "Salahnya dimana? Aku cinta sama kamu dan kamu juga cinta sama aku. Kita murni melakukan itu karena saling cinta" ucap tegas Yasa membuat Bellanca diam.
Apa dia mencintai Yasa?
Apa karena itu dia pasrah dan mau saja tidur dengan pria ini?
Tapi bagaimana dengan Caraka? Bukannya selama ini dia sangat mencintai suaminya itu?
"Tidak Yas, siapa bilang aku cinta sama kamu? A-aku sama sekali tidak cinta sama kamu" gugupnya mendera seketika.
Kenapa ia harus gugup?
Yasa tertawa pelan mendengar nada tak yakin itu, dari sana saja ia tau jika wanita yang di cintainya ini sedang berbohong.
Mengulurkan tangan, Yasa memegang dagu Bellanca mendongakkan wajah wanita itu agar menatap lurus padanya, "Kamu berbohong sayang" pelannya.
Bellanca menggeleng pelan, "Aku tidak berbohong" bantahnya.
"Kalau begitu tatap aku dan bilang kamu sama sekali tidak mencintai Yasa Zabran" tantang Yasa dengan mata jernih menatap Bellanca.
Melihat mata tulus yang syarat bahagia itu, Bellanca bahkan tak bisa menggerakkan bibirnya.
"Lihat, kamu tidak bisa kan. Itu karena kamu cinta sama aku" Yasa menarik pelan tubuh itu masuk ke pelukannya, dan melabuhkan kecupan tulus di puncak kepala Bellanca.
"Kita di takdirkan untuk bersama sayang" ucapnya lagi dengan kecupan yang lama.
"Dan aku kembali hanya untuk bisa bersama kamu lagi" tambahnya membuat Bellanca sedikit terpesona.
Bellanca terdiam, ia tak bisa memungkiri ini. Ia merasa sangat nyaman ketika bersama dengan Yasa, mungkin benar kata pria ini jika di sudut hatinya ia masih mencintai Yasa. Tapi realita tak sesimple itu, kenyataan ia sudah menikah tak bisa membuatnya melakukan hal ini lagi.
Bellanca dengan perlahan mendorong dada Yasa, matanya gugup, "Yas kita tidak bisa melakukan ini, dan tolong setelah ini jangan hubungi aku lagi" putusnya
Yasa terdiam menatap Bellanca yang mulai melangkah ingin keluar dari ranjang, tangannya langsung di pegang oleh Yasa, "Kenapa Cla? Kenapa kamu tiba-tiba berubah begini?"
"Karena aku tidak mencintai kamu" pekiknya
Tapi Yasa tak percaya, pria itu langsung berdiri dan menarik lengan itu ke arahnya. Ciuman lembut tapi agresif mengisi kamar itu, Yasa tak peduli dengan segala penolakan Bellanca. Ia sangat menginginkan wanita ini. Terus menggali lebih dalam, Yasa seakan ingin menunjukkan betapa hatinya hanya di isi wanita ini saja.
Bellanca memejamkan matanya, ia harus menyelesaikan hal ini, mendorong kasar hingga ciuman itu lepas. Bellanca melepas tangan yang menggenggam erat tangannya, seakan memberikan kode bahwa semuanya selesai disini
Dengan air mata yang turun entah dari kapan, Bellanca menatap Yasa, "Yas, aku sudah menikah. Kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi dan tolong anggap saja kita tidak pernah tidur bersama"
Bagai disiram seember air es, Yasa terbengong
Bellanca sudah menikah?
Bahkan kenyataan ini menjatuhkan hatinya jauh ke jurang dalam, ia sama sekali tak menyangka hal ini.
Melangkah pergi tak ingin menatap wajah syok Yasa, yang jelas sekali tak menduga hal itu.
Bellanca kembali berhenti sebelum ia masuk ke kamar mandi, "Dan tolong jangan hubungi aku lagi setelah ini"
'Tidak Bell, kamu cuma milik aku. Dari dulu hingga sekarang harus selalu seperti itu. Aku tau kamu juga mencintai aku Bell. Tunggu sayang aku akan segera membuat kamu berpisah dengan suamimu itu' janji Yasa menatap pintu kamar mandi yang sudah di tutup
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahim 1 Miliar
RomanceCerita ini mengandung unsur 21+ ya. Ashana Fazaira, kehilangan Ayahnya dan sekarang Ibunya jatuh sakit hingga harus di operasi. Ia tak memiliki apapun lagi untuk jual, hingga pikiran buruk datang membuatnya datang ke club menjual diri. Wanita canti...