Rumah yang telah di huni selama 6 tahun itu, untuk pertama kalinya tak lagi bisa memberikan kenyamanan.
Caraka menutup matanya segera setelah naik ke atas tempat tidur. Saat merasakan pergerakan di sisi tempat tidur ia tak membuka mata.
Debat antara mereka barusan cukup membuat Caraka banyak bertanya tentang kehidupan rumah tangga mereka, yang dulu sempat ia sebut sangat baik. Namun, sekarang ia ragu bahwa pernikahan yang diisi dirinya yang sibuk dengan perusahaan dan Bellanca yang sibuk syuting ke luar berhari-hari itu bisa di katakan baik.
Dulunya terasa sangat normal saja, mereka sama-sama sibuk hingga hanya bisa bertemu sehari dua hari saja. Tapi kenapa saat ia sudah menikah dengan Ashana semua terasa tak seharusnya.
Matanya yang terpejam itu berkerut di kelopaknya, saat Bellanca dengan tiba-tiba memeluk sisi badannya.
"Darl, sorry" lirih Bellanca yang masih jelas ia dengar. Tapi entah kenapa ia memilih pura-pura tidur.
Tak ada keinginan untuk membalas perkataan dengan nada memilukan itu.
Tik tik tik
Jam terus bergerak di tengah kamar sunyi dengan lampu temaram itu. Tapi tiap menit jam itu berputar, Caraka masih terjaga di tempatnya.
Pelukan dari Bellanca tak lagi memberikan rasa hangat untuk membuat nya tidur. Ia bahkan tak nyaman di atas kasur empuk itu.
Jam bergulir, dan saat itu Caraka membuka matanya. Melirik ke sampingnya, Bellanca tertidur dengan wajah damai cantiknya. Dan kemudian Caraka melihat jam, pukul 01.00 WIB.
Mengambil keputusan, Caraka bergerak pelan. Turun dari kasur, dan melangkah ke dalam walk in closet. Caraka keluar dengan mengenakan coat hitam panjang yang menutupi piyama tidurnya. Dan setelahnya ia pergi dari rumah itu.
Langit malam itu tanpa bintang, hitam gelap yang tak enak di pandang. Jalanan tak ramai, dan udara dingin tak terlalu bisa menghentikan.
Caraka sampai di apartemen Ashana setelahnya. Masuk dan mendapati tempat itu sangat gelap. Walaupun demikian ia tau harus berjalan ke arah mana. Kakinya bergerak sendiri ke kamar istri keduanya itu.
Krek
Membuka pintu dengan mudahnya, lampu tidur di samping ranjang bersinar kuning, hanya memberikan cahaya kecil untuk bisa melihat seseorang berada di atas ranjang.
Caraka berjalan pelan, tak ingin mengusik, ia melepaskan coat itu dan menaruhnya di nakas tempat tidur.
Ia tak terlalu bisa melihat wajah Ashana, karena minimnya cahaya dan posisi wanita itu yang kini memunggungi nya.
Tapi satu hal yang ia tau, ia sangat ingin memeluk tubuh ramping itu. Berlutut di kasur, Caraka naik dengan pelan. Kedua tangannya segera melingkari pinggang dan masuk di sela leher Ashana.
Mengunci tubuh itu dengan pelan, lalu menariknya hingga menempel di dadanya. "Heum" Caraka menghirup dalam aroma di leher Ashana. Menempelkan bibirnya di kulit halus itu seraya menekan tubuhnya lebih dekat.
Matanya tertutup, di setiap ia bernapas detak jantungnya menggila, entah karena aroma manis ini atau karena wanita ini. Tapi rasa nyaman memenuhi tenggorokannya. Menggosok ujung hidung nya di leher Ashana, Caraka makin kehausan.
Tangannya yang semula di pinggang naik ke dada Ashana. Meraih salah satu payudara wanita itu dan meremas nya pelan. Bibirnya sudah mulai menciumi leher itu.
"Emh" Desah pelan lolos dari Ashana yang terusik.
"Ashana" panggil Caraka setelahnya, beralih mencium daun telinga Ashana, menggigitnya pelan, dan bermain-main dengan kulit lembut di belakang daun telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahim 1 Miliar
RomantikCerita ini mengandung unsur 21+ ya. Ashana Fazaira, kehilangan Ayahnya dan sekarang Ibunya jatuh sakit hingga harus di operasi. Ia tak memiliki apapun lagi untuk jual, hingga pikiran buruk datang membuatnya datang ke club menjual diri. Wanita canti...