Flashback On
Ashana jelas sekali ragu-ragu, "S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka"
Caraka mengepalkan tangannya erat, emosinya naik ke permukaan, "Kamu hanya menjual diri, lalu ada apa dengan omong kosong barusan?"
Merasakan hawa mengancam di depannya, Ashana memejamkan mata mencoba menghalau rasa takutnya, ia tiba-tiba saja teringat Kevin, bocah yang ia temui tadi. Ashana tak bisa membayangkan bagaimana anaknya lahir di luar nikah bahkan dari hasilnya menjual diri. Anaknya pasti akan mendapatkan karma dari tindakan buruk Ibunya.
"P-pak saya tidak ingin anak saya lahir di luar nikah, saya tidak ingin anak ini menjadi anak haram" ucapnya pelan.
Ia tau tidur dengan pria asing saja sudah dosa, dan Ashana semakin tidak ingin membuat anaknya harus menjadi anak di luar nikah yang lahir sebagai hasil perbuatan dosanya.
Caraka langsung berdiri mendengar itu, tawa menggelegar dari mulutnya. Menatap sinis pada Ashana yang menciut duduk di sofa, Apa wanita ini sedang bermain siapa yang paling suci di sini?
"Jika kamu sesuci ini, kalau begitu kenapa kamu menyetujui tawaran istri saya? kamu bahkan setuju untuk hamil anak saya demi uang, apa itu bukan yang di sebut jalang, hah? Jangan munafik!" teriaknya yang sudah emosi bukan main.
Ia tak akan menduakan Bellanca, apalagi menikah dengan jalang.
Ashana kaget mendapat teriakan itu, harga dirinya sudah tak ada lagi tak ada yang perlu ia takutkan, hingga Ashana mulai bersimpuh di lantai, ia tak menyurutkan niatnya, "Saya nggak minta pernikahan di depan hukum Pak, cuma sah secara agama saja. Saya tau pilihan saya tidur dengan suami orang itu dosa, dan saya lebih tidak ingin anak itu lahir dari perbuatan dosa Pak"
Ashana menangis sesegukan dan mulai menyatukan kedua tangannya memohon dengan derai air mata, "Saya takut karma dari perbuatan dosa saya di terima anak itu, saya nggak akan meminta apapun Pak, saya nggak akan meminta harta, atau apapun atas pernikahan itu. Saya hanya ingin anak itu bisa lahir di dalam pernikahan bukan hasil dari menjual diri saya. Saya mohon Pak, tolong jangan biarkan anak itu punya Ibu yang berdosa Pak"
Caraka mengalihkan pandangannya, ia tak menampik jika dirinya merasa iba. Tapi memikirkan Bellanca membuat hatinya tak tergerak, "Bellanca! istri saya yang akan menjadi Ibunya!" desis Caraka mengingatkan.
Dengan terisak, "Saya tau, tapi tidak mengubur fakta bahwa saya Ibu kandungnya" miris Ashana yang kembali terisak di lantai. "Saya tidak ingin melanjutkan perjanjian ini, jika tidak ada pernikahan sebelumnya"
"Syarat saya, saya ingin menikah dengan Pak Caraka"
Dan
Brak
Caraka melempar vas bunga yang ada di sana
Flashback off
Diruangan luas dengan papan nama CEO Daniswira Group, asap mengepul memenuhi udara. Pria dengan bahu lebar itu menatap fokus pada lembaran kertas di depannya.
Jarinya seirama mengetuk pelan di ujung meja, melihat lagi salah satu biodata karyawannya.
Ashana Fazaira, mata hitamnya memicing menatap angka 24, itu artinya mereka selisih 5 tahun. Jarak yang cukup lumayan. di usia muda begini kenapa wanita ini menjual diri? Padahal ia bisa melakukan hal lain untuk mendapatkan uang.
Caraka mendecakkan lidah ke gerahamnya, wajahnya saja yang kelihatan anak baik, tapi siapa sangka pekerjaannya seorang jalang.
Caraka mengangkat matanya memandang jauh pada langit-langit ruangannya itu. Ia pernah melihat Ashana sebelumnya, ketika di cafetaria perusahaan, wanita itu terlihat lembut, sopan dan baik hati. Bahkan setelah tertumpah minuman hingga rok nya basah pun, ia sama sekali tak marah, dan malah ingin membelikan minuman baru untuk bocah itu.
Awalnya Caraka sangat respect pada wanita itu, sangat sulit menemukan wanita yang baik hati yang tak selalu memikirkan dirinya sendiri. Ashana jelas menahan emosinya agar tak membuat bocah itu menangis dan ketakutan.
Caraka bahkan ingat ia menatap lama pada Ashana saat itu, memang wanita itu tak cantik karena wajahnya yang tak di urus, sungguh bosan untuk di pandang belum lagi jerawat kecilnya itu membuatnya seharusnya merasakan jijik
Tapi entahlah pada saat itu dia hanya ingin menatap lama pada sifat keibuan wanita itu. Dan sifat wanita itu kemarin yang memohon hanya ingin agar anaknya bisa lahir di dalam pernikahan, bahkan sampai berlutut mengenyahkan harga dirinya. Cukup untuk mengetuk hati kecil Caraka. Ia tak pernah melihat kasih sayang sebesar itu sebelumnya.
"Sepertinya dia sangat cocok menjadi seorang Ibu. Anakku akan sangat di penuhi kasih sayang" gumam Caraka tanpa sadar.
5 detik setelahnya
Caraka langsung memegang kepalanya, yang barusan pasti bukan dirinya. Kenapa bisa ia bicara begitu?
"Ingat Caraka, wanita itu hanya seorang jalang. Ia tak pantas mendapatkan pujian" tekannya menyadarkan kembali hatinya.
Tapi itu terasa belum cukup, Caraka segera menekan intercom di mejanya memanggil sang asisten
"Ya Pak Caraka"
"Aden buatkan reservasi dengan dokter pribadi ku. Sepertinya kepalaku mulai bermasalah" ucapnya pelan agak sedikit ragu
"...."
"Aden, apa kamu mendengar saya?" bentak Caraka karena tak mendapat jawaban
"Baik Pak, saya akan segera membuat reservasinya"
Aden mengernyit di tempatnya, sejak kapan kepala atasannya ini bermasalah? Bukannya dengan kepalanya itu ia berhasil mengembangkan Daniswira hingga sebesar ini?
**
Ting tak
Denting pisau dan garpu samar terdengar di meja makan pagi ini. Caraka yang tampak seperti biasa duduk dengan balutan jas formal nya.
Melirik pada istrinya, Caraka merasa ada yang aneh, biasanya Bellanca akan cerewet mengatakan hal-hal yang tak penting, tapi pagi ini, istrinya itu masih saja diam
"Darl, apa kamu baik-baik saja?" tanya Caraka yang mengagetkan Bellanca dari lamunnya
"Ah? Hah?" tanya nya linglung
Caraka menghentikan kegiatanya dan menatap penuh pada istrinya itu, "Ada apa dengan pakaian mu? Apa tidak akan terasa panas jika memakai turtle neck begitu?"
Pertanyaan itu langsung menjatuhkan sendok Bellanca, tanpa sadar tangannya memegang kerah baju yang menutupi tinggi di lehernya itu. Akibat kejadian semalam, ia terpaksa harus memakai pakaian panjang. Begitu banyak tanda yang di tinggalkan Yasa di tubuhnya. Hal itu membuat rasa khawatir ketahuan Caraka dan bersalah menjadi satu
"Darl, kamu sakit?" tanya khawatir Caraka yang mengulurkan tangan ingin memeriksa tubuhnya
Spontan Bellanca menepis kasar tangan itu, rasa gugup melandanya dan sekarang suasana canggung justru tercipta
"Ah, maaf Darl, aku nggak sengaja. Aku baik-baik aja kok" ucapnya yang langsung memegang kedua tangan Caraka, sangat bersalah
Walaupun belum sepenuhnya percaya, Caraka tak mempermasalahkannya
Lalu tiba-tiba kalimat kemarin malam langsung muncul di pikiran pria itu
"S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka"
Tak lagi nafsu makan, Caraka meremat tangannya di samping piring dengan roti panggang, telur, kentang dan tomat itu. Ia tak ingin menikah dengan wanita selain Bellanca, persetan punya anak atau tidak. Ia tak akan melakukan itu. Lalu hembusan napas kasar langsung terdengar
"Bellanca, aku tidak akan meniduri wanita itu"
"Apalagi membuatnya hamil, lupakan semua ide mu tentang memiliki anak mulai sekarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahim 1 Miliar
RomantikCerita ini mengandung unsur 21+ ya. Ashana Fazaira, kehilangan Ayahnya dan sekarang Ibunya jatuh sakit hingga harus di operasi. Ia tak memiliki apapun lagi untuk jual, hingga pikiran buruk datang membuatnya datang ke club menjual diri. Wanita canti...