9. Menjadi Istri Kedua

42.1K 1.2K 24
                                    

Ashana duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tak percaya jika hari ini ia akan menikah. Padahal Ashana ingat bagaimana marahnya pria ini kemarin hingga menghancurkan barang dan berteriak keras bahwa tidak akan sudi untuk menikah dengan nya.

Pernikahan ini hanya sah di mata agama, Ashana paham alasannya. Dia hanya bertugas untuk melahirkan anak saja, nikah siri pun ia sudah sangat bersyukur setidaknya ia terhindar dari dosa zina. Menunduk menatap tangannya, Ashana bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin, ia hanya mengenakan kemeja kerjanya. Padahal ini pernikahan pertama baginya, Ashana meringis menyadari itu

Di ruangan yang kemarin sempat di hancurkan Caraka, sudah ada penghulu dan beberapa saksi untuk mereka menikah. Caraka tampak seperti biasa saja dari luar tapi sungguh saat ini jika tak mengingat teriakan istrinya pagi tadi, ia tak akan pernah melakukan hal konyol ini.

"Bellanca, aku tidak akan meniduri wanita itu"

"Apalagi membuatnya hamil, lupakan semua ide mu tentang memiliki anak mulai sekarang"

Bellanca langsung menjatuhkan garpu dari tangannya, "Apa maksud kamu? Kamu sudah setuju kemarin Caraka, dan kenapa tiba-tiba berubah seperti ini"

Caraka dengan tenang mengelap sudut bibirnya, ia tak boleh ikut emosi melawan istrinya saat ini, "Bell, aku nggak ingin punya anak jadi aku nggak perlu hamilin wanita itu" ucapnya

Bellanca langsung berdiri tak terima, "Kamu gila? Kita udah pernah bahas ini. Kenapa kamu nggak ngerti juga Ka"ucapnya putus asa.

'Justru karena aku ngerti aku nggak bisa lakuin ini Bell, aku nggak mau dua in kamu' jawab Caraka dalam hati.

"Caraka lihat aku! Aku mau punya anak tapi aku mandul, kamu ngerti nggak sih? kamu sebenarnya sayang atau enggak sama aku hah?" maki Bellanca keras dengan air mata mulai turun.

'Ka kamu harus tidur sama dia, dengan begitu aku nggak harus merasa bersalah karena sudah pernah tidur dengan Yasa. Dengan begini kita sama-sama impas' putus Bellanca dalam hati.

"Kamu bilang akan selalu nurutin apa yang aku mau, jadi hamilin wanita itu, tidur sama dia!" teriaknya lagi.

Caraka langsung terbawa emosi, begitu mudahnya istrinya ini menyuruh suaminya menghamili wanita lain. Ia sungguh merasa seperti barang-barang yang di oper-oper.

"Bell, aku nggak bisa. Aku nggak mau dua in kamu. Kamu nggak tau apa yang wanita itu minta dari aku" ucapnya meninggi.

Bellanca yang terbawa emosi tak terlalu memperhatikan perkataan Caraka, penolakan pria ini terlallu menyakitkan untuknya, "Kamu jangan egois Caraka. Ini demi keluargaa kecil kita, aku nggak mau tau kamu harus tidur sama dia. Atau kamu cerain aku" teriak nya mengancam.

Caraka langsung berdiri saat mendengar itu, ia tak bisa menahan emosi nya lagi, matanya merah mendengar kata cerai yang dengan mudahnya di ucapkan istrinya itu. Apa artinya mereka bertahan selama 6 tahun ini? "Jaga bicara kamu Bell" tekannya.

Tapi Bellanca sudah tak peduli, "Aku mau kamu segera tidur sama dia, gimana pun caranya dia harus hamil anak kamu!"

Caraka menggelapkan wajahnya, nada suaranya mendingin, "Gimana pun caranya?"

"Iya, apapun caranya aku nggak peduli, pokoknya dia harus hamil anak kamu!" tekan Bellanca lagi.

Caraka langsung mengangguk detik itu juga, tertawa lirih merasa tak habis pikir, "Oke seperti yang kamu minta" putusnya lalu pergi dari rumah mereka dalam keadaan emosi.

**

Langit malam tak seindah biasanya, meskipun bintang bersinar terang sama sekali tak memberikan perbedaan bagi Ashana. Ini apartemen tempat yang di berikan istri dari Caraka untuk ia tinggali, atau mungkin lebih tepatnya untuk tidur dengan Caraka.

Mengingat itu seharusnya ini malam pertama mereka setelah menikah, dan mengingat perjanjian yang ia tanda tangani sudah kewajibannya untuk menyerahkan tubuhnya. Tak terasa rasa gugup muncul di hatinya ketika pintu kamar di buka dari luar. Ashana tau siapa pelakunya, tak ada orang lain lagi di sini kecuali mereka berdua.

Berbalik menatap pria yang sudah sah menjadi suaminya, Ashana menelan rasa gugup ketika melihat wajah datar Caraka yang tampak cuek dan dingin.

Ashana tak ingin membuang waktu lagi, ia tau seberapa tak inginnya pria ini berada di sini. Dan ia pun sadar diri tak ingin mengambil lebih banyak waktu pria itu. Dengan tangan bergetar, Ashana perlahan mulai membuka kancing piyama miliknya. Hingga kancing ketiga,

"Apa yang kamu lakukan?" nada dingin itu segera menghentikan Ashana. "Bahkan sudah menyandang gelar istri pun sikap jalang mu tidak berubah, apa segitu ingin nya kamu menggoda pria, hah?" cibir Caraka yang berdiri diam di tempatnya.

"Apa tubuh jalang mu itu sangat ingin di sentuh laki-laki?" hinanya lagi.

Napas Ashana tertahan, menelan kelu di bibirnya, ia menguatkan hatinya, "Saya hanya ingin menjalankan tugas saya Pak" lirihnya menunduk menahan tangis.

Caraka mendengus melihat wajah yang pasti akan menangis lagi itu, "Bagus jika kamu sadar diri, walaupun kita menikah status mu tetap jalang yang menjual diri demi uang. Jadi jangan berharap saya akan memberikan malam pertama untuk mu. Saya tidak akan meniduri wanita jelek dan tak tau malu seperti mu"

Dada Ashana bergetar sakit mendengarnya, tapi mau bagaimana lagi itu semua memang fakta. Ashana berdiri diam tak tau lagi harus apa.

Caraka hanya menatap tanpa rasa iba sedikitpun, jika bukan karena wanita ini yang meminta menikah pasti ia tak akan sampai mengkhianati janji pernikahannya dengan Bellanca dan ia pun tak perlu bertengkar dengan istrinya itu sampai kata cerai keluar.

Semua ini salah wanita di hadapannya ini.

"Rahasiakan pernikahan ini terutama pada istri saya, jangan sampai dia tau. Jika tidak saya bersumpah akan memberikan neraka padamu" ucap marah Caraka dengan mata berkilat tajam.

"Saya tidak akan menyentuh kamu. Setiap melihat mu hanya perasaan jijik yang saya rasakan"

Lalu Caraka berjalan ke sudut kamar di mana terdapat vas bunga besar, menyentuh pinggirnya, "Tapi tentu saja malam pertama ini harus di rayakan, saya bisa memberikan malam pertama yang tidak akan kamu lupakan, Ashana"

Ashana mematung mendengar namanya di panggil untuk pertama kali, tapi tindakan berikutnya langsung membuatnya menjerit takut.

Prang

Vas itu pecah jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping. Seakan tak cukup Caraka berpindah menghancurkan apapun yang ada di sana. Mulai dari cermin hias di kamar itu, tv dan sofa tak luput dari jangkauannya. Caraka benar-benar membuat kamar itu hancur berantakan.

Brak

Asbak rokok terlempar jauh.

"Stop, berhenti Pak" tangis Ashana pecah merasakan kalut luar biasa, ia langsung berlari ke sudut dinding mencari perlindungan. Ia merasa ngeri melihat benda bertebangan yang berakhir jatuh dengan nyaring.

Tak mendengarkan Caraka langsung menghantam pajangan dinding yang terbuat dari kaca. Menjatuhkan semua yang ada di sana. Menarik gorden hingga robek tak berbentuk. Dan terakhir tangannya meraih gelas beserta teko yang ada di meja samping tempat tidur, melemparnya sembarang.

Prang

Gelas itu jatuh ke dinding tepat di dekat Ashana, sebelum menghantam lantai menimbulkan pecahan beling yang berhamburan. Tak ayal pecahan jatuh ke kakinya.

Kamar itu sudah tak berbentuk lagi, dan saat itu lah Caraka berhenti. Seakan dia sengaja menunjukkan sifat iblisnya di depan istri keduanya itu, hadiah malam pertama katanya.

Sedangkan Ashana hanya bisa menangis terisak dengan memegang lututnya, beberapa kali hamburan benda bening mengenai dirinya, terutama perih di kaki nya bahkan sudah tak ia hiraukan lagi.

Ia takut sekarang

Seakan selesai dengan hadiah itu, Caraka langsung berjalan keluar. Ia melirik sekilas pada Ashana, "Ini lah yang akan kamu dapatkan saat menghancurkan pernikahan orang lain" desis Caraka dengan perasaan marah yang tertinggal.

"Pernikahan paksa ini, saya akan membuat kamu menyesalinya"

"Sampai kamu berpikir untuk tidak mengandung anak saya" ancamnya

Rahim 1 Miliar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang