Caraka menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, ia pusing bukan main. Ia merasa sangat bersalah pada Bellanca, padahal ia tau Bellanca sendiri yang meminta nya meniduri Ashana.
Tapi entah kenapa ia merasa seperti akan mengkhianati Bellanca jika ia terlalu lama bersama Ashana. Entah apa yang dimiliki wanita itu hingga dengan mudah membuatnya lepas kendali.
Caraka menyadari seberapa besar pesona wanita itu, padahal ia hanya berdiri jauh darinya tapi cukup menarik perhatian dan hasratnya. Wanita itu memang seorang jalang, buktinya ia dengan mudah merayunya.
Caraka segera mewanti-wanti dirinya agar tak terjatuh pada rayuan wanita itu lagi. Wanita itu cukup berbahaya, ia harus segera membuat wanita itu hamil dengan begitu ia tak akan punya keharusan untuk bertemu dengannya lagi dan yang terpenting mereka bisa bercerai secepatnya.
Sibuk memikirkan itu hingga teleponnya berdering nyaring, mata Caraka dengan malas melirik ke layar hp nya yang menyala. Dan ia segera duduk ketika menyadari Bellanca yang menelponnya.
Wajahnya langsung bersinar bahkan senyum langsung terpasang jelas di wajahnya.
Tangan Caraka dengan segera menjawab panggilan itu tanpa menunggu dering ketiga, "Darl" sapanya segera ingin menunjukkan betapa ia sangat merindukan istrinya itu.
Bellanca tertawa sejenak ketika mendengar itu, "Hallo Darl, Apa aku mengganggu jam kerja mu?" tanya Bellanca dari seberang sana yang langsung di balas gelengan oleh Caraka.
Padahal sudah pasti gelengannya itu tak bisa di lihat oleh Bellanca tapi entah kenapa tubuhnya selalu bereaksi lebih cepat atas semua perkataan Bellanca.
"Darl, jadwalku sangat padat untuk beberapa hari kedepan. Aku punya proyek film baru, untuk itu sepertinya aku tidak akan pulang ke rumah kita. Aku minta maaf baru bisa mengatakannya sekarang" ucap Bellanca kental sekali nada bersalah di sana.
Mendengar itu Caraka langsung menghela napasnya, lagi-lagi ia tak bisa bertemu dengan istrinya itu. Padahal ia sangat ingin memeluk Bellanca saat ini juga, menghilangkan jejak Ashana di jemarinya tapi untuk kesekian kali keinginnannya harus ditahan begitu saja.
Mendengar tak ada jawaban dari Caraka, Bellanca segera berbicara kembali, "Darl, kamu marah ya? Aku minta maaf ya. Tapi pekerjaan aku memang seperti ini, kamu juga tau kan kalau ada proyek film baru aku pasti nggak akan pulang. Kamu nggak pernah marah sebelumnya" ucapnya yang merasa heran.
Biasanya Caraka memang selalu memberikan kebebasan untuknya apalagi dalam hal bekerja. Tidak pulang selama berminggu-minggu tak pernah jadi masalah. Apalagi jika syutingnya ada di luar negeri, Caraka selalu mengizinkan.
Mendengar ucapan Bellanca, Caraka juga menyadari perubahannya.
Tak membiarkan Caraka berpikir, Bellanca segera memberikan usul, "Darl, kamu bisa memakai waktu ini untuk membuat wanita itu hamil. Kamu sampai sekarang pasti belum juga tidur dengan wanita itu? Caraka kita sudah berapa kali membahas ini. Jadi kamu jangan menunda lagi, segera buat dia hamil"
Caraka semakin pusing mendengar rentetan kalimat itu. Bukan ini yang ingin di dengar Caraka. Apa harus setiap mereka berkomunikasi selalu akan ada bahasan menghamili Ashana, lama-lama Caraka juga mulai lelah.
"Darl..." ucap Caraka ingin menghentikan Bellanca dari pembahasannya itu.
Tapi sayang Bellanca tak mendengarkan sama sekali. Ia terus bicara tanpa menyadari Caraka yang mulai tak nyaman.
"Caraka semakin cepat dia hamil semakin bagus buat kita. Dengan begitu kamu tidak akan aku desak seperti ini terus. Cukup tidur dengan nya sekali saja dan pastikan dia hamil" desak Bellanca.
"Aku tau kamu jijik dengannya tapi jika kamu tidak tidur dengannya bagaimana dia bisa hamil?. Kamu harus melakukannya Caraka. Sebaiknya selama aku pergi kamu tinggal di apartemen bersama wanita itu"
Mata Caraka melebar mendengarnya, apa ia tak salah dengar sekarang? Istrinya ini memintanya tinggal berdua dengan wanita lain? apa dia tak takut Caraka tergoda dengan wanita itu?
"Caraka aku tidak ingin mendengar penolakan, kamu harus tinggal dengan nya. Jika tidak jangan harap aku akan pulang!" ancamnya segera mematikan panggilan begitu saja.
Dan sedetik setelahnya Caraka langsung melempar hp itu ke dinding. Ia marah sekarang, semakin marah lagi saat bicara dengan Bellanca.
Tak ada lagi Bellanca yang bisa membuatnya tenang, justru istrinya itu yang malah menambah emosinya.
**
Di ruang tamu Apartemen Wira, Bellanca duduk dengan anggun dengan kaki menyilang tampak arogan dan cantik secara bersamaan.
"Kamu dengar itu?" tanyanya pada Ashana yang duduk tak nyaman di sofa.
Saat menelpon Caraka tadi Bellanca memang sudah ada di apartemen Ashana, ia sengaja datang ke sini ingin melakukan sesuatu. Bellanca tak datang sendiri, ia datang bersama art yang sengaja di bawa olehnya untuk memudahkan aksinya yang akan bekerja mulai hari ini di apartemen ini.
"Suami saya akan tidur disini, jadi jangan buang-buang waktu. Kamu harus segera hamil atau saya akan menuntut kamu karena pencurian uang. Kamu tau kan saya kaya, saya bisa melakukan apa saja" ancam Bellanca yang segera membuat Ashana mendongak kaget.
Melihat itu Bellanca tertegun, ternyata rupa wanita ini setelah di poles sangat cantik. Tak ada lagi wajah jelek yang biasa ia lihat. Ia sedikit merasa khawatir bagaimana jika Caraka berpaling?
Tapi sedetik kemudian ia ingat sifat Caraka yang begitu setia. Caraka, pria yang tak akan mudah tergoda, sudah banyak wanita yang sengaja menggodanya.
Tapi Caraka tak pernah bisa di sentuh dengan begitu mudahnya, itu juga lah alasan kenapa sampai sekarang mereka belum tidur bersama juga. Karena Bellanca tau jika Caraka hanya mencintainya dirinya saja.
"Ternyata perawatan mu itu cukup membantu ya" ejeknya yang membuat Ashana terdiam merasa malu.
Lalu Bellanca segera berdiri, "Baguslah mungkin dengan itu Caraka ingin menyentuhmu" desisnya lagi menatap rendah ke arah Ashana.
"Dia adalah art baru di apartemen ini. Dia yang akan mengurus apartemen ini mulai sekarang, jadi kamu tidak punya hak untuk mengusir nya keluar, mengerti!" ucapnya pada Ashana yang segera di angguki wanita itu.
"Baik Bu" jawabnya singkat
Berjalan ke depan pintu apartemen, Bellanca mendekat pada art itu dan mengulurkan tangan tanpa di sadari Ashana.
Itu semacam botol kecil, kemudian Bellanca berbisik pada art yang di bawanya tadi, "Jangan lupa malam ini kamu masukkan ini ke dalam minuman suami saya" bisiknya pelan.
Lalu mata Bellanca melirik ke arah Ashana, "Kamu harus pastikan suami saya meminumnya, mengerti!" tekannya pada art itu yang langsung di angguki dengan secepat kilat.
Bellanca kemudian tersenyum puas semua rencananya pasti akan berjalan lancar.
Sebelum benar-benar pergi, Bellanca menatap Ashana sekali lagi, lalu sudut bibirnya terangkat sempurna, "Jangan lupa puaskan suami saya, karena kamu cuma seorang jalang" ucapnya sekali lagi mengingatkan kepada Ashana dimana posisinya.
Bellanca tak akan membiarkan wanita ini dekat dengan suaminya, karena itu ia terus menyerang psikis Ashana. Dan reaksi yang di berikan Ashana membuatnya puas, wajah tercengang dan terhina.
Cocok sekali pikir Bellanca yang berlalu pergi dengan bahagia. Saatnya menghabiskan waktu dengan Yasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahim 1 Miliar
RomanceCerita ini mengandung unsur 21+ ya. Ashana Fazaira, kehilangan Ayahnya dan sekarang Ibunya jatuh sakit hingga harus di operasi. Ia tak memiliki apapun lagi untuk jual, hingga pikiran buruk datang membuatnya datang ke club menjual diri. Wanita canti...