43. Mencari Tau, Mencuri Data

47.5K 2K 165
                                    

Ashana mendesah di setiap dorongan pinggul Caraka yang menghantam tubuh bagian bawahnya. Ini sudah yang kedua kali. Kepalanya pusing dengan tubuh yang terus bergetar.

Meremas sprei di tangannya, saat ini Ashana sedang memunggungi Caraka, pinggulnya di angkat naik dengan lutut yang jadi tumpuan. Ashana tak berdaya dengan rasa lelah, sakit, dan juga nikmat ini.

"Caraka..." Desahnya memohon.

Tapi gerakan pinggul Caraka makin mendorong dengan keras tanpa ampun.

"Ah, ah, ah" Ashana mengerang dengan menggigit bibirnya. "Caraka... pelan-pelan" mohonnya lagi, dengan membenamkan wajah di sprei.

Caraka menggeram ketika berhasil masuk lebih dalam, menekan lagi pinggulnya, ia menjilat bibirnya.

Senyum puas muncul di bibirnya, "Ashana, dengan kau terus memohon dan memanggil namaku. Hanya membuat ku makin ingin menghantam lubang mu ini" bisiknya serak dengan sekali hentakan keras.

"Argh" pekik Ashana yang langsung membuat perut bawahnya berkedut dengan pinggul yang mulai bergetar.

Merasakan kedutan di lubang itu yang mulai meremas miliknya, Caraka mendesah, "Ah" dengan memejamkan mata menikmati, "Sial, Ashana tubuhmu terlalu nikmat. Bagaimana mungkin aku bisa berhenti" ucap nya kesusahan dengan gelombang nikmat itu.

Caraka langsung buru-buru menarik dan mendorong lagi miliknya, memasuki lubang lembut hangat yang meremas miliknya.

Dan tak butuh waktu lama, lutut Ashana jatuh ke kasur di sertai semburan air mani Caraka memenuhi perutnya.

Caraka jatuh menimpa Ashana, melingkari tangannya di tubuh wanita itu. Mendekapnya, "Ha" Caraka menggigit tengkuk Ashana, menguarkan rasa nikmat di kulit lembut itu.

Sejenak ruangan itu hanya di penuhi suara napas terengah-engah dari kedua orang itu. Caraka yang berada di atas Ashana dengan pelan menyingkir, meraih wajah Ashana yang terbenam ke sprei untuk menghadapnya.

Ia mematut lama wajah yang sepenuhnya merah dengan keringat tipis menghiasi. Masih sangat cantik di mata Caraka.

Membelai pipi merah itu, Caraka mendekatkan wajah mereka, "Ashana" bisiknya yang hanya di balas napas putus-putus oleh Ashana. Tapi matanya lurus menatap Caraka.

Memberikan kecupan singkat di bibir yang terbuka itu, Caraka memasang wajah serius. "Kedepannya...jangan pernah berbohong lagi. Tidak hanya berbohong, jangan hanya diam ketika aku bertanya" ancamnya membuat Ashana berkedip sedikit.

"Aku benar-benar tidak ingin menyakiti mu. Jadi jangan lakukan lagi, mengerti?" Desaknya, segera membuat Ashana mengangguk.

Melihat kepatuhan itu, Caraka tersenyum. "Cium aku" ucapnya tiba-tiba membuat Ashana diam tak bergerak.

"Kenapa? Kau belum mendapatkan hukuman mu karena berbohong. Dan kau tau kan, hukuman macam apa yang akan kau terima, hm?" Godanya yang langsung di jawab praduga oleh Ashana.

"Ayo kita sex sampai kau pingsan. Dengan begitu kau akan ingat jika kau istri ku dan tugas mu melayani ku bukan melawan ku, hm"

Dan belum Ashana bisa bereaksi, Caraka sudah menghisap bibirnya, bergantian mengulum bibir atas dan bawahnya, membuat perasaan kebas muncul di bibir Ashana. Dan dengan sekali hentakan ia memompa miliknya lagi, maju mundur membuat kasur berdecit.

"Ahh" Ashana menekan kepala Caraka ketika mulut pria itu turun dan menghisap payudara nya, sedangkan bagian bawah tubuhnya terus menerima masuknya milik Caraka.

Remasan di payudara nya yang lain mulai membuat Ashana mendongak dengan napas tercekat, matanya memejam dengan tubuh bergetar.

"Nghhh"

Rahim 1 Miliar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang