13장

15 9 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

      Hari sudah larut. Sung Woon dan Muti tampak kelelahan setelah berjam-jam menghabiskan waktu bermain di pasar malam.

Kini keduanya berjalan di trotoar dengan tenang, tampak suasana hati keduanya telah membaik setelah terjadi banyak hal hari ini.

"Apa benar tidak ada bus lagi?" tanya Muti membuat Sung Woon menoleh.

"Tidak ada, sudah larut. Apa kau kelelahan?"

"Kaki ku sangat sakit. Aku tak sanggup berjalan lagi" jawabnya, ia segera duduk di tembok pembatas trotoar. Sung Woon menatapnya kasihan dan menghela nafas.

Ia segera membuka tasnya dan ia simpan di bagian depan tubuhnya. Sung Woon berjongkok membelakanginya.

"Naik saja, akan ku antar kau pulang" ucapnya membuat Muti terkejut.

"Ah, aniyo gwaenchanh-a. Aku bisa berjalan kembali" kata Muti dan segera berdiri.

"Kau bilang kaki mu sakit."

"Gwaenchanh-a, palli kajja!" sahut Muti dan segera kembali berjalan, Sung Woon berdiri menatap punggungnya ia segera menyusul Muti dan meneruskan perjalanan.

"Yakin tidak apa-apa?" tanya Sung Woon.

"Ne."

Beberapa menit keduanya berjalan, akhirnya telah sampai di depan rumah Halmeoni Muti. Langkah keduanya terhenti saat melihat orang tua Muti ada di depan gerbang tampak cemas menunggunya.

"Eomma? Appa?" tanya Muti menatap keduanya.

"Kau dari mana saja? Kenapa kau pulang larut malam?" tanya Appa menatapnya dengan khawatir.

"Sudah Ibu duga kamu keluyuran! Kenapa kamu gak patuh sama Nenek?!" tanya Ibu dengan bahasa Indonesia ia terlihat marah.

"Ah! Eomma! Lagian kenapa kalian datang? Kenapa kalian gak ngasih tau dulu?" tanya Muti menjawab dengan bahasa Indonesia pula.

"Ya, geumanhae. Sudah, siapa dia?" tanya Appa.

"Ini Sung Woon, teman sekelas" jawab Muti membuat keduanya mengangguk.

"Terimakasih telah mengantar Muti pulang dengan selamat" kata Eomma dengan bahasa Korea kembali.

"Ne, Eomeoni" ucap Sung Woon menunduk sopan.

"Kalian pasti lapar, ayo masuk. Makan bersama kami" kata Appa membuat Sung Woon sedikit terkejut.

"Benar, ayo masuk. Tidak apa-apa jangan sungkan bersama kami" ucap Eomma merangkul untuk ikut masuk kedalam rumah.

✦✦✦

Di meja makan, rupanya Halmeoni telah memasak berbagai macam hidangan. Kini ruang makan tampak berpenghuni, kemarin-kemarin hanya di huni oleh Muti dan Halmeoni sesekali Seung Eon juga datang untuk makan bersama.

"Jal meok ge seumnida!~"

"Manhee deuseyo" kata Halmeoni menatap mereka dengan senyum lebar memperlihatkan kerutan di wajahnya.

Mereka makan dengan ceria dan penuh kehangatan, Muti dan ayahnya tampak berebut telor dadar yang tebal dan besar, membuat Halmeoni dan Eomma geleng-geleng kepala.

"Ah! Appa Naekkeo-ya!" (Ah! Ayah itu milikku!) seru Muti menatap telur nya sudah berhasil di kunyah Appa.

"Naekkeo-ya!" sahut Appa dengan penuh kemenangan, sedang kan Muti menghela nafas panjang.

Langit Yang Sama || 같은 하늘 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang