Racun

30.7K 1.2K 7
                                    

Fin masih menatap gelas yang berisikan susu fullcream itu.

Sungguh aneh pikirnya.

Tidak mungkin papa memaafkanku begitu saja...

Fin mengangkat wajahnya, dan menatap mata abu-abu milik Adi.

Tiba-tiba saja pikiran itu melintas di dalam benak Fin.

Bisa saja susu ini beracun.
Bisa saja papa berusaha untuk membunuhku..

Fin merasakan jantungnya yang tiba-tiba saja berdegup kencang.

Ya...bagaimana kalau papa berusaha untuk meracuni ku?

Adi masih terdiam menunggu respon dari anaknya yang sedari tadi terdiam, dan hanya menatap gelas yang masih berada di dalam pegangannya.

"Kenapa?"

Adi mengerutkan keningnya melihat Fin yang nampak ketakutan melihat gelas itu.

"Ah...ehm...Aku nggak suka susu full cream pa..."

Fin tersenyum untuk menutupi kebohongannya.

"Apa..!?"

Oh tidak!

Kali ini terdengar nada tidak suka dari bibir Adi.
Fin merasa sulit sekali menelan ludah kali ini.

"Kamu nggak suka susu full cream!?
Kamu pikir aku bakal ngasih kamu, apapun yang kamu suka hah!?"

Fin tersentak kaget dengan bentakan itu.

"Aku nggak mau tahu...
Kamu harus tetap minum susu ini suka ataupun tidak suka..!!!"

Fin benar-benar ketakutan sekarang. Ia sama sekali tidak mau mati di tangan ayahnya.

Kenapa papa begitu memaksaku?

Apakah ia benar-benar berniat untuk meracuniku?

Tidak!

Aku belum mau mati!

Tidak dengan cara seperti ini!

"Nggak pa..!!!"

Fin menutup mulutnya dengan tangannya. Ia tidak mau menelan susu itu walaupun dipaksa.

"Kamu harus minum ini jalang..!!!"

Adi menarik tangan Fin dari bibirnya secara paksa.
Fin yang tetap tidak mau melepaskan tangannya dari mulutnya pun, mulai memberontak.
Hingga akhirnya..

PRAANNGGGG...!!!!

Gelas yang berisikan susu full cream tersebut pun terlempar oleh hempasan tangan Fin yang cukup kuat.
Gelas kaca yang pecah pun berhamburan di ruang tengah itu, Bersama dengan susu berwarna putih yang bercipratan kemana-mana.

PLAAKKK

"Siapa yang suruh kamu ngelawan hah!?"

Fin memegangi pipinya yang terasa panas oleh tamparan yang cukup keras dari ayahnya.
Bulir-bulir air mata pun lolos dari kedua ujung matanya, dan turun membasahi pipinya.

"JAWAB BRENGSEK..!!!
Ngapain kamu tumpahin susunya..!?"

Tubuh Fin mulai bergetar ketakutan.
Jelas tidak mungkin kalau ia memberikan alasan yang sejujurnya, tentang pemikirannya akan susu yang beracun itu.

"Aku...aku belum lapar pa..hiks..."

Fin tak dapat menahan diri untuk menangis.
Memikirkan ayahnya yang sangat membencinya pun membuatnya tak bisa berhenti menangis.

Adi pun terdiam melihat anaknya yang sedang menangis.

Kenapa anak ini begitu cengeng?

Sebenarnya, justru sikap cengeng dari Fin lah yang seringkali membuat hati sedingin es milik Adi itu luluh.
Walaupun Adi sama sekali tidak menyadarinya.

Cukup lama Fin menangis, dan hal itu mulai membuat Adi jengah.

"Berhentilah menangis..."

Ucapan datar itu membuat Fin menutup bibirnya rapat-rapat
Tapi sesenggukan itu belum reda.
Hal itu menimbulkan suara yang menyebalkan bagi Adi.

"AKU BILANG BERHENTI..!!!"

Adi mulai hampir kehabisan kesabarannya lagi.

"Ma..aff...pa...ta..tapiii...ng...nggak bisa...ber...henti...."

Fin kembali menangis.
Bahkan kali ini suaranya terdengar lebih keras.

Adi menghela nafasnya.
Akal sehatnya menyuruhnya untuk membiarkan anak itu menangis saja.

Toh nanti juga akan berhenti sendiri kalau sudah capek...

Adi pun beranjak dari tempatnya, dan berjalan menuju kamarnya.

Saat Adi pergi, Fin merasa hatinya lebih lega. Dan tangisan itu pun perlahan berhenti.
Di dalam hatinya ia sangat bersyukur karena ayahnya tidak menyakitinya lagi.

Tapi...

Kenapa tadi papa sangat menginginkanku untuk meminum susu itu...?

My Lovely dadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang