°•.•✿════๏⊙๏════✿•.•°Di tengah malam yang gelap dan hening bersama cahaya bintang juga bulan yang menemani malamnya seorang pria kecil di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan aroma menyengat obat-obatan.
Arfa terbangun dan terduduk melamun menatap ke arah luar jendela rumah sakit dengan tatapan kosongnya. Entah apa yang dipikirkannya, tatapannya begitu kosong seakan tidak ada jiwa yang menempati.
Setitik demi setitik ingatan mulai muncul kembali dalam kepalanya. Terasa sangat penuh dengan ingatan yang sangat ingin ia lupakan.
Ada perasaan bahagia dia bisa kembali bersama dengan Kevin namun juga ada perasaan sedih mengingat bahwa dirinya yang sudah tidak pantas bersama Kevin.
Ada sesuatu..
"Gue udah gak pantes buat lo vin" ucap Arfa bersama air mata yang mengalir keluar.
"Siapa yang gak pantas buat saya?" tanya Kevin tiba-tiba yang masuk kedalam ruangan rumah sakit tersebut dan langsung mendengar ucapan Arfa.
Arfa menghapus air matanya cepat lalu menoleh melihat Kevin yang masuk dan memasang wajah senang dengan senyum lebar seakan tak ada apa-apa dan tak tahu apa-apa.
Arfa menggeleng ribut, "Tidak ada kakak vin" jawab Arfa dengan nada mode little.
Kevin menatap datar kekasih kecilnya, berjalan dan menghadap langsung ke depan Arfa yang menatapnya dengan tatapan menutupi segala hal darinya.
"Jangan bicara dengan mode little, saya tahu kamu masihlah Arfa bukan little Arfa" Kevin menggenggam kedua tangan Arfa dan mengecupnya pelan.
Arfa sedikit terkejut mendengar ucapan Kevin, bagaimana bisa Kevin tahu bahwa dirinya hanya berpura-pura sebagai little.
"Katakan pada saya, siapa yang tidak pantas buat saya?" tanya Kevin dengan tatapan sendunya.
"G-gue" jawab Arfa dengan terbata-bata sembari meremat jemarinya dan menunduk dalam.
Kevin masih menatap datar kekasih kecilnya yang saat ini menunduk dalam dengan tubuh gemetar kecil tanda tengah menangis.
"Arfa milik saya dan akan seperti itu selamanya, tidak akan ada yang bisa membawamu pergi dari saya" ujar Kevin penuh penekanan.
Dengan perlahan Arfa mendongakkan kepalanya berusaha memberanikan diri menatap Kevin yang saat ini mengeluarkan aura gelapnya.
Sementara Kevin yang melihat tatapan takut dari Arfa pun menghela nafas pelan. Kevin memajukan wajahnya secara perlahan dan mengecup kelopak mata Arfa bergantian lalu mengecup pelan dahi Arfa dengan penuh kasih sayang.
"Boleh saya bertanya?" izin Kevin pada Arfa.
Arfa mengangguk pelan sebagai jawaban, mengizinkan Kevin untuk bertanya tentang apapun.
"Siapa Dean?" tanya Kevin pelan.
Tubuh Arfa menegang seketika mendengar nama yang selalu ingin dia lupakan. Keringat dingin langsung muncul begitu saja secara perlahan. Mata yang bergusar kesana kemari dengan gelisahnya dan tangan yang memegang tangan Kevin sekaligus merematnya kuat. Nafas yang memburu seakan ketakutan akan sesuatu.
Melihat reaksi Arfa yang seakan ketakutan, Kevin melepaskan satu tangannya dari tangan Arfa lalu mengelus punggung Arfa lembut mencoba menenangkan kekasih kecilnya itu.
"Tenanglah, kau aman bersama saya" bisik lembut Kevin tepat di telinga Arfa.
Arfa mencoba menenangkan diri, perlahan rematan tangannya melonggar dengan nafas yang kian teratur kembali. Matanya berkaca-kaca dan menoleh menatap langsung mata tajam Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARFA
RomanceHanya Kevin dan Arfa bersama lika liku kisah kasihnya. . Dua tahun... Arfa terus bersembunyi dari sosok yang pernah mengusirnya bahkan memukulinya membabi buta. Tidak ada benci hanya ada luka yang masih belum terelakan. "Gue ngga mau pergi! ini ruma...