Chapter 9

120 12 0
                                    

I am so many mountains more than the way you make me feel.

Atticus, 195.

.

"Katakan sesuatu Scorpius!" Aku berseru sambil memegang bahu Scorpius yang sedari tadi membeku setelah mendengar ucapanku.

Baiklah, siapa yang tidak terkejut? Aku bahkan hanya terdiam hingga tak menyadari Mum telah pulang dan James menemukanku. Jadi, tidak adil rasanya menghakimi Scorpius. Bagaimanapun itu melibatkan orang tua kami—yang sejak beberapa waktu yang lalu masih merupakan orang tua sempurna tanpa rahasia.

"Rosie," Bisik Scorpius,

"Ya? Katakan sesuatu Scorp!" Aku kembali berseru, kali ini lebih lirih karena sejujurnya aku juga sudah mulai lelah. Aku tak menyangka percakapan ini menguras energiku.

Scorpius mengalihkan pandangannya ke arah pergelangan tanganku, tempat gelang platina dengan aksen hijau sederhana melingkar cantik. Aku menyentuh gelang itu tanpa sadar.

"Apakah kau tahu bahwa Ibumu memiliki kalung dengan detail dan bentuk yang sama seperti gelangmu?" Ucap Scorpius sedikit mengambang. Ia berusaha keras mengingat sesuatu.

Kali ini giliranku yang terkejut. Sejak kapan Mum memiliki kalung seperti itu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.

"Apa maksudmu? Bagaimana kau tahu?"

Scorpius mengacak rambutnya sedikit frustasi. Ia menatapku seakan wajahnya telah terkena lemparan bludger. Ada sesuatu yang menyakitkan tengah menamparnya. "Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan sampai pada suatu hari ketika aku berbicara dengan Ayahku, aku menemukan salah satu cincin asing—entah apakah aku baru saja menyadarinya atau dia baru saja memakainya. Aku tak bisa memastikannya."

Aku masih menatap pemuda di depanku dengan bingung. "Mungkinkah cincin pernikahannya dengan Ibumu? Bukankah ia selalu memakainya?"

"Tidak, cincin pernikahan itu berada di jari kanannya. Namun cincin ini berada di jari kirinya. Cincin itu serupa dengan kalung yang Ibumu pakai—"

"Darimana kau tahu tentang kalung ini Scorp, aku bahkan tak mengetahuinya."

Scorpius mencoba menenangkan dirinya, "Itu adalah perhiasan keluarga Malfoy, hanya segelintir orang yang akan mengenalinya. Aku adalah pewaris Malfoy dan cukup lama bergelut dan melihat bagaimana nenek dan ibuku selalu memakinya. Jadi aku yakin aku cukup mengenalinya bahkan dengan sekali melihat."

Aku memutar mata pada bagian Scorpius yang menyebutkan bahwa ia adalah pewaris—yang benar saja, bagaimana mungkin ia masih bisa bersikap sombong yang menyebalkan dalam situasi seperti ini? Namun aku hanya diam menunggu Scorpius melanjutkan penjelasannya.

"Aku beberapa kali bertemu dengan Ibumu, juga di pesta-pesta, namun aku yakin baru saat pesta di kementrian kemarin aku mengenali kalung itu. Itu memang terlihat sederhana namun aku langsung tahu jika itu adalah pasangan dari cincin yang dikenakan Ayahku"

Scorpius kembali terdiam, sementara ingatanku melayang pada pesta itu, Mum memang menggunakan kalung namun aku hanya mengira itu salah satu perhiasan perak miliknya. Memang aku mengingatnya samar karena itu terlihat indah dan mewah melingkari leher Mum. Sebelumnya aku tidak pernah tertarik dengan perhiasan-perhiasan jadi aku tak terlalu memperhatikannya. Sekarang aku mulai menyesal karena melupakan kalung itu.

"Bahkan gelang yang kau pakai merupakan perhiasan yang sama dari apa yang mereka kenakan," Bisik Scorpius, ia mengatakan itu dengan lirih namun sukses menamparku dan membuatku menatap pergelangan tanganku dengan horror.

"Kau pasti bercanda," Ucapku dengan ngeri.

Scorpius memejamkan matanya dan menyandarkan dirinya sendiri di kursi taman, ia tersenyum kecut "Ironis bukan, bagaimana para pria Malfoy memiliki ketertarikan yang sama dengan gadis Granger,"

Kepalaku mendadak pusing, ucapan Scorpius seolah semakin menguatkan kecurigaanku. Jauh dalam hati aku sebenarnya takut mengakui kenyataan pahit ini, namun aku bukanlah orang yang suka mengabaikan fakta—sepahit apapun itu.

"Jika memang begitu, kau pasti mengetahui mengapa kita sebaiknya tidak bersama." Ucapku pahit.

"Rose Weasley, jangan berani-berani mengatakan hal bodoh itu lagi." Scorpius menegakkan duduknya dan menggeram ke arahku.

Aku tertawa kosong "Lalu apa Scorp, kau mau mengabaikan fakta ini?"

"Mereka pernah memiliki hubungan. Ya aku mengakuinya, bahkan jika mereka masih memiliki perasaan, aku tidak tahu dan jujur saja aku tidak ingin mengetahuinya. Tapi aku adalah anak kandung dari Astoria Malfoy. Hal terakhir yang kuingin kau tahu adalah aku tak ingin memiliki Ibu lain selain dirinya, seburuk apapun Ibuku. Ia tetaplah Ibuku Rose."

Aku terkejut karena Scorpius mencengkeram lenganku dan berkata dengan sedikit gusar, mata abu-abu dan hazelnya menyorotku dengan tajam. Indah tapi mematikan.

"Jadi singkirkan pemikiran idiot itu, karena kau akan selalu menjadi gadis yang akan kucintai. Sesulit apapun keadaannya nanti, tak akan ada yang merubah perasaanku. Kau boleh melakukan segalanya untuk membuktikan jika itu yang kau mau Rosie, pendapatku akan selalu sama."

Dengan itu, Scorpius berdiri dan berdissaparate setelah memastikan tak ada seorangpun yang melihatnya. Sejujurnya aku sedikit merasa bersalah karena Scorpius benar. Secara tidak langsung aku mempertanyakan statusnya sebagai anak kandung Astoria Malfoy. Aku sedikit malu namun aku tidak akan mengakuinya.

Aku menghembuskan napasku lelah. Another day another fight with Scorpius Malfoy.

Anehnya, itu tak menyurutkan rasa sukaku kepadanya. Aku menatap langit yang semakin kelabu, memutuskan untuk berjalan pulang, aku berusaha untuk menjernihkan pikiranku seraya menghirup udara luar sebelum kembali ke Hogwarts.

Aku membuka pintu rumah dan aroma pasta menyeruak ke dalam hidungku. Aku bergegas menuju meja makan, menemukan Dad yang tengah memakan fettucini dengan lahap.

"Rosie, kau sudah pulang?" Tanya Dad dengan mulut penuh makanan.

"Yuck, telanlah dulu Dad!" Aku berseru sambil tertawa.

Seperti sebelumnya, Dad pulang setelah tiga hari menghilang. Ia datang seolah tak terjadi apa-apa dan memeluk Mum seolah mereka tahunan tak melepas rindu. Hugo harus melakukan gerakan pura-pura muntah berlebihan hingga Dad pada akhirnya melepaskan Mum. Seperti itu saja dan semuanya kembali seperti semua. Tidak Mum dan tidak juga Dad mengungkit apapun pada malam itu. Mereka seolah menghindarinya.

Mum meletakkan sepiring fettucini didepanku. Sebenarnya aku tak ingin memasukkan makanan apapun setelah pertemuan dengan Scorpius tadi. Namun aku tak ingin mengecewakan Mum. Lagipula intensitasku berada di rumah jauh lebih sedikit dibanding di Hogwarts. Meskipun masakan para peri rumah lezat, namun masakan Mum selalu memiliki tempat tersendiri untukku.

"Ini enak Mum, kau semakin mahir memasak setiap kali aku pulang."

Pipi Mum sedikit bersemu merah. Aku masih mengingat bagaimana Uncle Harry dan Dad menggodanya yang tak bisa memasak dan mereka berdua selalu menjadi kelinci percobaan masakan Mum.

"Kau berlebihan Rosie," Mum berusaha menyembunyikan sneyum lebarnya dengan berkutat kembali ke arah oven.

Dad berusaha menggoda Mum, kami bertiga tertawa. Aku merekam memori ini baik-baik, betapa sempurnanya keluargaku. Aku tetap tertawa meskipun jauh di dalam hatiku aku ingin berlari saat itu juga ke arah kamar Mum, menemukan entah kalung sialan apa yang ada disana. Sedikit berharap bahwa Scorpius salah.

Harapan bodoh karena aku tahu bahwa pemuda itu benar.

.

.

.

To be continued.

Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang