They are fools, you know—those ones who think you can never change, those who think you can never grow—for as long as you live you will have today to prove them wrong.
Atticus, 148
.
Chaos. Adalah satu kata yang menggambarkan situasi saat ini. Draco Malfoy berdiri dan meninju meja yang terbuat dari kaca itu—tentu saja meja makan antik dan mahal itu retak. Narcissa Malfoy yang biasa anggun dan dingin masih menangis dan tubuhnya yang telah menua bergetar hebat. Astoria Malfoy berteriak marah dan bergegas pergi dari ruangan. Sementara Mum begitu terkejut hingga seolah tak ada lagi darah di wajahnya, Uncle Harry dan Aunt Ginny melongo dengan mulut terbuka lebar. Aku melirik ke arah Scorpius, berlawanan dengan reaksi semua orang, ia hanya terdiam sambil masih memegangi permadani itu.
Sementara aku.. itu berarti ia juga merupakan kakak lelakiku. Itu artinya aku dan Scorpius memiliki ikatan keluarga. Meskipun secara teknis aku dan Scorpius murni tidak memiliki hubungan darah. Lamunan itu diinterupsi oleh suara Scorpius.
"Aku memiliki seorang saudara," Ucap Scorpius lirih.
"Son.." Draco menggelengkan kepalanya, tapi Scorpius seolah tak peduli, ia mengedarkan pandangannya ke arah semua orang. Aku sedikit terkejut melihatnya tersenyum. Dengan bangga ia mengulangi ucapannya "Aku tidak percaya hari ini tiba. Aku memiliki saudara!"
"Scorpius, kau tidak perlu khawatir. Kau masih pewaris sah Malfoy karena hanya anak dalam pernikahan sah yang akan mewarisi segalanya—" Narcissa sedikit tergagap dan menjelaskan dengan takut-takut.
Draco segera memotong ucapannya "Apa kau sudah gila Mother? Kau menyembunyikan putraku!"
Ucapan itu bebarengan dengan Scorpius yang mengatakan "Grandmother! Aku tidak peduli tentang siapa yang menjadi pewaris. Aku memiliki saudara yang selama ini kuminta dan cukup. Aku bahagia."
Sontak saja hatiku mengembang, menatap Scorpius yang menerima kabar itu dengan baik. Ruangan itu mendadak hening karena suara Mum yang tiba-tiba berdiri. Tubuhnya bergetar lebih hebat daripada Narcissa, seolah sebentar lagi ia akan pingsan "Maaf, aku tidak bisa—aku tidak.."
Draco segera berdiri dan meraih Mum yang menghindarinya dengan terhuyung kebelakang. Beruntung Aunt Ginny berada di belakangnya.
"Hermione—" Ucap Draco putus asa. Tapi Mum hanya menggeleng dan bergegas keluar dari ruangan itu. Draco dengan cepat mengejarnya.
"Jadi, dimanakah ia sekarang Narcissa?" Uncle Harry menatap Narcissa yang masih menunduk dengan pandangan kecewa.
Mendadak aku merasakan tanganku digenggam, aku menoleh ke arah James. Pandangannya seolah menenanganku. Segera aku melepaskan tangannya dan melirik ke arah Scorpius yang seolah tak peduli dengan semuanya. Matanya masih berbinar menatap permadani di tangannya. Tampaknya ia benar-benar bahagia mengetahui memiliki saudara.
Mengapa aku tak bisa merasakan kesenangan yang sama seperti Scorpius? Aku hanya merasa, kosong. Seolah ada beban yang bertambah di hidupku.
Narcissa mendongak dan menggenggam tangan Scorpius "Saat ini ia berada di Prancis, aku telah mewariskan rumah kuno Black yang berada disana. Ia bekerja sebagai seorang Unspeakable. Ia menempuh pendidikan di Durmstrang, sesuai keinginan Lucius."
"Apakah ia tak pernah bertanya tentang keluarga atau orang tuanya?"
"Lucius dekat dengannya, meskipun didepan semua orang ia mengatakan membenci cucunya yang berdarah campuran, tapi aku selalu tahu ia begitu mencintai Eltan. Mereka sering berkirim surat. Meskipun pada awalnya aku kesulitan menjelaskan mengapa kakeknya berada di Azkaban,"
"Apa yang kau katakan padanya tentang itu?" Lanjut Uncle Harry. Scorpius terdiam dan menunggu penjelasan neneknya, sementara kami semua terlalu ingin tahu tentang cerita itu sehingga tak ada yang berani menginterupsinya.
"Bahwa Ayahnya bekerja di luar negeri dan menitipkannya padaku. Ibunya adalah seorang pahlawan perang yang gugur,"
"Aku tidak percaya dia begitu naif mempercayaimu—"
Narcissa menggeleng sedih "Tentu saja tidak Mr. Potter. Bagaimanapun, ia adalah putra dari Hermione Granger yang tersohor. Seiring ia bertumbuh dewasa ia telah mencari tahu segalanya sendiri. Ia tahu tentang Ibunya adalah Hermione Granger, ayahnya adalah Draco Malfoy. Saat itu, aku menceritakan segalanya. Tapi Eltan— begitulah aku memanggilnya—terlalu sempurna. Ia hanya mengatakan terima kasih telah jujur kepadanya, tapi ia tak ingin merusak keluarga bahagia Ayah dan Ibunya."
Aunt Ginny terisak, dan aku merasakan air mata yang menetes di pipiku. Bagaimana mungkin ada seseorang sebaik itu?
"Maaf, tapi apakah aku bisa bertemu dengan kakakku?" Bisikku lirih.
Narcissa menggeleng "Ia tengah berlibur dengan kekasihnya ke Asia Rose,"
"Ia memiliki kekasih?" Tanya Scorpius terkejut.
"Ya, Diana Fawley namanya. Mereka bekerja di kementrian dan bertemu disana"
"Aku akan mengirim burung hantu untuknya," Ucap Scorpius sambil berdiri. Ia menoleh ke arahku "Sepatah kata Rose?"
Aku bergegas berdiri dan mengikuti Scorpius ke arah balkon. Di tengah perjalanan aku berhenti karena mendengar suara tangisan dan sayup-sayup suara Draco.
"Rose, jangan." Scorpius memegang lenganku dan dengan lembut mengarahkanku ke arah balkon.
Hamparan salju seolah menyelimuti kawasan Whiltshire dan Malfoy Manor. Beberapa Granian tertidur di istal dan tidak terlihat merak albino yang biasa berkeliaran di halaman. Aku sedikit menggigil ketika kurasakan sebuah mantel menyelimuti bahuku dan gumaman mantra penghangat dari Scorpius.
"Terima kasih," Bisikku lirih,
"Anytime, love."
Aku mengalihkan pandanganku mendengar panggilan sayang itu. Merasa berdosa karena yang ada di otakku hanyalah mata hijau teduh dan genggaman menenangkan. Bukan berarti bersama Scorpius aku tidak merasa tenang, tapi entah mengapa aku hanya ingin berlari dan memeluk James. Mengingat aku saat ini menjalin hubungan asmara dengan pria yang juga berbagi ikatan keluarga dengan kakak lelaki kami yang baru saja kami ketahui, dan di suatu ruang di manor ini, Ibuku yang baru saja ditinggal pergi oleh Ayahku sedang berpelukan dengan Ayah Scorpius.
"Ada apa Scorp?"
"Bagaimana perasaanmu Rose?"
"Entahlah, aku hanya merasa... bingung, apakah kau bahagia?"
Scorpius memandang bentangan putih didepannya dan tersenyum "Ya, terlepas dari segalanya. Aku selalu menginginkan seorang saudara. Kau tahu itu,"
Mengangguk, aku memahami bagaimana Scorpius selalu mengeluhkan kesendiriannya. Meskipun ia hampir seperti saudara bersama Albus, tapi diam-diam ia iri dengan keluarga besar Albus.
"Ya, mengapa kau membawaku kesini Scorp?"
Scorpius mendadak terdiam, senyuman menghilang dari wajah tampannya. "Apa kau mencintaiku Rose?"
Jantungku berdetak hebat "Kau tahu jawabannya Scorp,"
"Tidak, aku tidak tahu lagi Rose," Bisiknya lirih. Sebuah pisau seolah mengiris hatiku dan air mata mengalir pelan dipipiku.
"Aku masih ingin bersamamu Scorp—"
"Jujurlah Rose, aku tahu bagaimana caramu memandangnya. Semua sikap Albus belakangan ini, bahkan saat ini, kau tidak mau memandangku" Ucap Scorpius pahit.
"Jangan sekarang Scorp—"
"Lalu kapan Rose? Entah sejak kapan semua ini berubah. Entah sejak kapan aku kehilanganmu. Entah sejak kapan kau telah mencintai James Potter."
Aku tersedak dan menggeleng panik mendengar Scorpius mengatakan itu, namun ia hanya tersenyum sedih dan menatapku dengan sendu "Rose, aku tak akan pernah menang darinya kan?"
Setelah mengatakan itu, ia meninggalkanku yang terhuyung, menyadari Scorpius telah menyerah dan melepaskanku. Aku memegangi dadaku yang mendadak sesak. Tak pernah kusadari jika kehilangan Scorpius Malfoy terasa sangat menyakitkan.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
FanficRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...