A poet journeys only to understand the great truths hidden in all of us: of what is love, and why?.
Atticus, 215
.
Ruang makan manor terasa tegang, keluarga Potter lengkap ditambah dengan Hermione, Rose dan Hugo duduk dengan kaku berhadapan langsung dengan Grandmother, Mother dan juga Father. Harry Potter masih dengan protektif memegang tangan kiri Hermione, sementara Ginny Potter meletakkan tangannya di pundak Rose sambil memelototi Mother yang balas menatap dingin—sudahkah aku pernah mengatakan jika Ginny Potter adalah wanita yang menakutkan ditambah dengan rambutnya yang merah menyala?
Diantara mereka semua, hanya Hugo Weasley dan juga Lily Potter yang masih menatap kami dengan bingung. Father mengambil posisi di kepala meja, pemimpin keluarga Malfoy dan berdehem "Selamat datang di Malfoy Manor, sebelumnya aku ingin meminta maaf karena mengganggu waktu kalian semua. Aku tahu ini bukan waktu yang ideal, tapi—"
"Bagus jika kau tahu Malfoy, ini bukan waktu yang ideal. Jadi, cepatlah berbicara agar kami semua bisa kembali pulang dan berduka untuk keluarga kami dengan benar," Potong Ginny Potter dengan pedas, Hermione menggeleng pelan ke arah adik iparnya.
Namun Ginny hanya bergeming dan masih memandang Father dengan marah. Bisa kukatakan jika Father adalah gambaran Malfoy-Black yang sempurna, ia tak terpengaruh sama sekali oleh konfrontasi Ginny Potter, alih-alih ia hanya menelengkan sedikit kepalanya dan mengangguk samar. Mata dan raut mukanya sangat datar.
Banyak orang mengatakan jika Draco Malfoy adalah cetak biru Lucius Malfoy, tapi tak banyak yang tahu jika kepribadian dan hal-hal selain fisiknya adalah cetak biru Narcissa Malfoy. Mereka berdua adalah orang yang tenang dan selalu memperhitungkan segalanya. Well, kita semua tahu kebohongan Narcissa Malfoy yang terkenal dan membelot di saat-saat pertempuran terakhir telah menyelamatkan keluarga Malfoy dari kehancuran yang jauh lebih mengenaskan.
Begitu juga Draco Malfoy, ia selalu memperhitungkan segalanya. Termasuk dengan berani menguak luka dan rahasia yang telah lama ia simpan rapat-rapat. Aku yakin kematian Ron Weasley juga termasuk hal-hal yang diperhatikan Father sebelum memutuskan pertemuan menegangkan ini.
"Semua berawal dari datangnya Granger dan Potter,—" Albus, James dan Lily sontak memicingkan matanya pada Father yang menyebabkannya buru-buru menambahkan "Maksudku Harry Potter ke rumahku sekitar dua puluh dua tahun yang lalu, saat itu kau baru saja lahir Scorp,"
Father kembali berdehem sebelum menatap lurus ke arah Hermione yang tertunduk lesu. "Aku harus mengatakan kebenarannya, Hermione?" Tapi Hermione masih diam, ia hanya menggeleng pelan, Harry Potter-lah yang angkat berbicara "Sebaiknya kau yang mengatakan ini Malfoy,"
"Tunggu, apa kau tahu sesuatu?" Ginny Potter kembali menginterupsi, matanya ganti menusuk tajam ke arah suaminya yang kini salah tingkah. Ginny berdiri dengan gusar dan mondar-mandir "Merlin's beard! Aku tidak menyangka kau mengetahui sesuatu Harry James Potter dan tidak mengatakannya padaku. Apa kau benar-benar tidak percaya padaku? Kau juga Hermione? Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan? Apa Ron juga tidak mengetahuinya? Lalu kalian diam saja mengetahui bagaimana semua orang memperlakukan Rose dan Scorpius?" Omelnya tanpa henti.
"Mrs. Potter, biarkan Draco menjelaskannya. Bisakah kau duduk?"
"Oh yang benar saja, kau berharap aku—"
"Ginny," Bisik Hermione, ia mengangkat kepalanya dan berdiri perlahan menghampiri Ginny Potter yang sedikit merasa bersalah namun buru-buru memasang wajah galaknya lagi. "Sebenarnya, aku juga tidak ingin mengatakan ini. Tapi sejujurnya aku dan Harry masih tidak mempercayai Dra—Malfoy, maafkan aku," Gumamnya tanpa berani menoleh ke arah Father yang membuka mulutnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
FanfictionRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...