Bab 1

35.3K 1.2K 32
                                    

Seorang pria berbaring diatas ranjang miliknya dengan tatapan datar. Kedua tatapan tajam itu mengarah pada langit-langit kamar miliknya, dengan pikiran jauh mengelana memikirkan apa yang sudah terjadi hari ini. Dalam sehari semuanya berubah begitu saja tanpa bisa ia hindari sedikitpun.

Ia benci saat tak bisa mengatakan hal apapun saat kedua orang tuanya dengan lancangnya menetapkan tanggal pernikahannya dengan seorang pemuda. Dirinya masih bisa menerima jika dinikah kan dengan seorang wanita tapi ini seorang pemuda yang sama jenis dengan dirinya.

Ia lemah jika menyangkut ibunya sendiri sampai saat ibunya mengancam akan meminum racun jika ia tak menerima pernikahan ini membuat dirinya mau tak mau harus menerima.

Pria itu bernama Kafano Nathaner yang baru saja berusia 29 tahun beberapa hari yang lalu.

Hari ulang tahun yang seharusnya menjadi hari bahagia dalam hidupnya, malah membuatnya merasa benci dengan hari itu.

Hari dimana kedua orang tuanya mengatakan ingin menikah kan dirinya dengan seorang pemuda yang mereka kenal, seorang pemuda yang menurut mereka baik dan juga cocok untuknya.

Ia sama sekali tak merasa cocok apa lagi menyukai pemuda itu, karena Kafano pria normal. Ia tak akan pernah mencintai seorang pria yang sama dengannya karena itu sama sekali tak menguntungkan, seorang pria tak bisa mempunyai anak, dia juga tak akan bisa memberi dirinya kepuasan lalu kenapa kedua orang tuanya sangat ingin dirinya bersama dengan pemuda itu?

Bahkan ibunya sampai meminum racun sedikit demi pemuda itu saja. Apa hebatnya pemuda itu? Ia bahkan bisa dengan mudah menemukan pemuda seperti itu di club malam, karena banyak pria seperti pemuda itu disana. Kedua orang tuanya tak perlu mencarikan dirinya dan juga sampai mengancam, jika ia mau dirinya akan mendapatkannya, tapi sayangnya Kafano tak menyukai pria.

Tatapan yang semula mengarah pada langit-langit kamar, sekarang beralih menatap seorang pemuda yang tengah berdiri dengan kaku didekat pintu masuk kamarnya. Sejak mereka sampai dikamar Kafano, pemuda itu hanya berdiri disana dengan tatapan takut dan juga tak nyaman.

Kafano menatap tubuh kecil dan juga kurus itu dalam diam, melihat apa yang menarik ditubuh itu sehingga kedua orang tuanya ingin ia bersama dengan pemuda itu. Dada pemuda itu rata, wajahnya standar, tubuhnya kurus bahkan sangat kurus lalu apa yang harus dibanggakan didalam tubuh itu? Tak ada.

Kafano mendudukan dirinya sekarang, menatap kearah pemuda itu sebentar sebelum berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya, pemuda itu sama sekali tak penting, jadi tak ada alasan yang kuat untuknya berbicara pada pemuda itu kan?

Itu malah akan membuat ia muak dan juga semakin benci, apa lagi saat mendengar suara pemuda itu tadi. Dilembut-lembutkan, cih!

***

Kedua mata bulat yang sejak tadi menunduk dengan sesekali mencuri pandang kearah pria yang sekarang berada didalam kamar mandi. Mulai terangkat sekarang, menatap kearah kamar dominan warna hitam itu dalam diam, karena sejak masuk tadi ia sama sekali tak ada keberanian untuk menatap kearah kamar ini apa lagi menatap pemilik kamar ini secara langsung karena terlalu takut.

Tadi ia sempat tak ingin ikut bersama dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu untuk masuk kedalam kamar pria itu seperti sekarang. Namun ibu mertua yang sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri memaksa dirinya ikut dengan alasan ia harus ikut kemana pun suaminya itu pergi sehingga sekarang ia berada disini.

Tatapan itu perlahan mulai berubah menjadi sendu karena ini semua bukan keinginannya sendiri, apa lagi saat melihat tatapan tak suka dari suaminya itu tadi, ia semakin takut dan ragu dengan semua ini.

Pemuda itu bernama Giondra yang baru berusia 22 tahun sekarang. Seorang anak yang tak tahu seperti apa kedua orang tuanya karena sejak lahir ia sudah dibuang ditempat sampah didekat panti asuhan, sampai ibu panti menemukannya disana dan juga merawatnya sampai sekarang.

Saat ibu panti yang sudah ia anggap sebagai ibu kandung sendiri memintanya menikah dengan seorang pria yang merupakan anak dari donatur paling besar disekolah ini, ia hanya bisa mengikuti keinginan ibunya itu karena tak ingin ibu panti kecewa karena ia menolak.

Sehingga disinilah sekarang ia berada, didalam kamar pria yang sama sekali belum pernah ia temui selama ini.

Mereka hanya bertemu tadi siang saat ingin melaksanakan pernikahan, sehingga ia tak tahu apa yang Kafano yang merupakan suaminya itu sukai dan tak sukai. Satu yang Gio tahu, suaminya itu sama sekali tak menyukai dirinya.

Tak apa, ia tahu itu semua jadi dengan perlahan-lahan ia akan mencoba membuat Kafano mengerti dan bisa menerimanya dengan baik nantinya walaupun itu akan sangat lama.

***

Kafano keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian tidurnya, sebelum tatapan tajam itu mengarah pada seorang pemuda yang tengah duduk didekat pintu dengan menyembunyikan kepalanya dilututnya, membuat Kafano merasa bingung apa yang tengah pemuda aneh itu lakukan?

Apa pemuda itu merasa lelah berdiri terlalu lama sehingga sekarang memilih untuk duduk saja? Sepertinya begitu, namun Kafano sama sekali tak peduli dengan itu semua sekarang, terserah pemuda itu ingin terus duduk disana sampai mati pun karena ia mengantuk ingin segera tidur sekarang karena sudah larut malam sekarang.

Kafano mulai membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur kembali, sebelum terdiam beberapa saat. Sekarang hidupnya sudah berubah, semuanya tak akan sama lagi karena sudah menikah sekarang, semua orang tahu tentang pernikahannya dengan pemuda yang ia benci itu.

Mungkin dikehidupan dahulu ia pernah berbuat dosa besar sehingga bisa mendapatkan ini semua. Ia membenci takdir yang sekarang ada didalam hidupnya.

Beberapa jam berlalu, sekarang sudah pukul dua dini hari. Tubuh yang sejak tadi duduk ditempatnya mulai terusik, tubuh itu terlihat bergetar membuat Gio langsung menatap kearah tempat tidur dimana ada Kafano yang merupakan suaminya sekarang tengah tidur.

Ia tiba-tiba sakit sekarang, mungkin karena terlalu lama duduk dilantai yang sangat dingin sehingga membuat ini semua terjadi, tatapan itu mulai berkaca-kaca karena sekarang rasa pusing mulai datang pada dirinya, membuat Gio hanya bisa menangis. Ia tak tahu ingin nengatakan apa atau meminta tolong pada pria itu, dirinya takut saat meminta bantuan nanti, Kafano malah akan marah dan ia tak menyukai bentakan karena itu membuat dadanya sakit.

Kafano memiringkan tubuhnya, sebelum mendengar suara samar-samar dari orang yang tengah menangis. Karena merasa penasaran Kafano menatap kearah samping dimana ada tubuh kecil yang terlihat sangat bergetar disana, itu pemuda yang sangat ia benci, kenapa pemuda itu menangis?

Apa dia sengaja melakukan itu semua supaya kedua orang tuanya merasa bersimpati dan akan memarahi dirinya? Sebelum itu semua terjadi maka Kafano akan menggagalkan semuanya sekarang, lihat saja.

Pemuda itu bisa licik, namun ia juga bisa jauh lebih licik dari pemuda bernama Gio itu.

Bersambung..

#gimana? Lanjut?

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang