Bab 10

11.5K 671 6
                                    

Kafano berjalan dengan langkah santai miliknya, masuk kedalam loby hotel milik Hendra.

Tatapannya mengarah pada segala sudut takut Hendra sudah menunggunya sekarang, sedangkan Gio terus mengikuti kemana suaminya itu akan membawanya sekarang, karena ini pertama kalinya ia datang ketempat semewah dan juga semegah ini, hidupnya hanya diisi dengan kehidupan didalam panti asuhan tanpa tahu jika dunia luar sangatlah cantik dan juga luar biasa seperti sekarang.

"Kemari."ujar Kafano setelah menemukan dimana Hendra berada sekarang, tangan kekar itu secara refleks menggenggam tangan kurus milik Gio, membuat pemuda itu tersentak karena sejak tadi ia sibuk memerhatikan semua interior yang ada di hotel ini sampai tak fokus dengan apa yang tengah suaminya lakukan.

Tatapan Gio mengarah pada pergelangan tangannya yang tengah digenggam oleh tangan besar milik Kafano, rasanya sangat membahagiakan dan juga mendebarkan karena bisa merasakan sentuhan fisik secara perlahan dari suaminya itu.

Sedangkan Kafano yang melakukan itu semua sama sekali tak merasa aneh sedikitpun karena refleks melakukan ini. Tujuannya hanya satu yaitu menemui Hendra yang sekarang tengah datang bersama dengan seorang pria juga, walaupun pak Hendra sudah seumuran ayahnya namun tetap terlihat masih muda apa lagi saat berada didekat prìa satunya yang tak tahu siapa itu.

"Pak Hendra?"ujar Kafano saat sampai disana, membuat pria paruh baya bernama Hendra itu langsung menatap kearah Kafano dengan senyuman miliknya, sebelum mempersilahkan Kafano duduk bersama dengan Gio yang hanya menuruti apa yang suaminya itu lakukan sekarang.

Kafano duduk dengan tatapan bertanya pada pak Hendra, karena seingatnya pria itu ingin bertemu dengannya dan juga Gio saja sekarang tapi kenapa ada pria baruh baya lain disini?

"Istri Anda?"tanya Hendra pada Kafano, ia mengerti akan tatapan bertanya yang Kafano berikan, namun ia ingin berbasa-basi terlebih dahulu sebelum mengatakan semuanya.

Kafano menatap kearah Gio yang sekarang tengah tersenyun kecil, "iya, dia istri saya,"ujar Kafano dengan sesantai mungkin, padahal didalam hatinya ia merasa tak ingin mengatakan itu semua, karena itu hanya akan membuat Gio terlalu berani pada nya nantinya.

"Kalau begitu karena Anda sudah memperkenalkan istri Anda, sekarang giliran saya yang memperkenalkan pria yang sekarang duduk disamping saya,"ujar Hendra dengan tersenyum menatap kearah pria yang sekarang duduk disampingnya.

"Selama ini saya selalu menutup hal apapun tentang saya dan juga kehidupan saya di dunia karena tak ingin privasi saya terganggu. Namun sekarang saat merasa ada orang yang sama juga, saya merasa tak perlu ada kebohongan disini. Pria yang ada disamping saya sekarang itu istri saya, dia bernama Elo."ujar Hendra dengan menatap Kafano dan juga Gio secara bergantian.

Membuat Kafano terdiam, ia tak menyangka ternyata Hendra juga bagian dari pasangan sesama juga, ia mengira kehidupan pria itu memang sengaja di privat, namun ternyata ada alasan yang jelas untuk itu semua.

"Saya berani mengatakan ini pada kalian berdua, karena merasa kita itu sama. Saya juga dulu dijodohkan dengan Elo saat usia saya 30 tahun sepertinya karena kedua orang tua saya menyukai sifat baiknya. Awal pernikahan saya sangat tak menyukai dia karena kami sama-sama seorang pria. Namun seiring berjalannya waktu bersama saya mulai mencintai dia, sehingga sampai sekarang kami bersama, sudah dua puluh tahun lebih."ujar Hendra dengan senyuman tipisnya.

Sedangkan Kafano sendiri tak tahu harus mengatakan apa karena merasa sangat terkejut dengan fakta yang ada sekarang.

"Baiklah karena pertemuan ini sudah dilakukan, maka sekarang kita akan membahas tentang bisnis perusahaan kita. Mari ikut saya sebentar, biarkan istri kita bicara disini."ujar Hendra, saat merasa tak ada yang membuka pembicaraan lagi, ia tahu Kafano pasti merasa terkejut maka dari itu ia memilih untuk membahas tentang bisnis kerja mereka saja.

Kafano menganguk, dengan mengikuti langkah santai dari Hendra, meninggalkan Gio bersama dengan Elo sekarang.

***

Gio menunduk, ia tak tahu harus nengatakan apa sekarang, tapi saat mendengar apa yang pak Hendra katakan tadi, ia merasa seperti mempunyai teman yang pernah berjuang seperti dirinya sekarang.

"Suami kamu bikin merinding juga ya, liat auranya aja bikin takut apa lagi berurusan langsung dengan dia,"ujar Elo, walaupun sudah berumur 48 tahun namun ia bisa menyesuaikan cara berbicaranya sama siapa ia tengah berbicara.

Gio menatap kearah pria paruh baya didepannya sebelum tersenyum kecil, "ternyata bukan aku aja yang merasakan itu semua saat bersama dengannya. Menatap kedua matanya saja aku belum berani jika terlalu lama,"ujar Gio yang sekarang mulai merasa nyaman untuk berbicara, tadi Kafano melarang nya berbicara saat pria itu tengah berbicara bukan? Maka ia akan berbicara sekarang selagi suaminya itu tak ada disini.

"Melihat kalian yang dijodohkan, aku seperti melihat diriku sendiri dua puluh tahun yang lalu. Tapi sepertinya lebih berat perjuangan kamu untuk mendapatkan dia, karena Hendra tipikal pria yang harmonis namun dulu saat baru menikah dia memang bersikap cuek dan kasar beberapa kali, tapi setelah itu semuanya berjalan dengan baik. Dan untuk kamu, aku merasa itu cukup sulit karena suamimu itu sangatlah berbeda dengan Hendra, kuharap kalian juga akan berakhir sama seperti kami berdua sekarang. Hidup bersama selama dua puluh tahun."ujar Elo, ia merasa sedikit deja vu sekarang karena ini semua sama seperti yang pernah ia alami sebelumnya.

"Aku tahu ini mungkin akan sangat sulit. Karena sangat susah untuk mendekati dia, karena mas Fano sangat tertutup tentang semua hal yang ada didalam dirinya, aku harus berusaha semaksimal mungkin agar dia mau terbuka. Tapi untuk itu semua sepertinya membutuhkan waktu yang sangat lama."

Gio mengatakan itu semua bukan tanpa alasan, karena memang sifat Kafano sangat sulit untuk ia tebak. Apa lagi ia tak bisa bertanya tentang hal apapun yang menyangkut suaminya itu karena Kafano sangat tertutup.

Ia hanya tahu jika ini semua bukan karena kedua orang tua suaminya itu. Karena ia sempat mengira jika ini semua terjadi karena sikap orang tua suaminya itu berbeda namun semua itu ternyata salah.

Dibalik ini semua ada hal yang berbeda terjadi sehingga bisa membentuk kepribadian suaminya yang menjadi seperti ini.

Gio tahu perjuangannya untuk tahu akan itu semua masih sangatlah lama, karena sekarang dekat dengan Kafano saja ia belum bisa apa lagi untuk meminta suaminya itu menceritakan semuanya, itu akan sangat sulit.

"Aku yakin perjuanganmu tak akan berakhir sia-sia. Jadi bersemangatlah, semuanya baru saja dimulai."ujar Elo saat melihat Gio hanya diam, ia tahu pasti pemuda itu merasa takut akan gagal sekarang.

Bersambung..
Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang