Bab 27

9.2K 558 33
                                    

Kafano menatap datar kearah dokumen-dokumen yang ada di mejanya sekarang.

Ia baru saja mengambil cuti satu hari namun kerjaannya sudah sebanyak ini, entah bagaimana jika ia tak masuk ke kantor selama seminggu lebih, mungkin ruang kerjanya akan penuh dengan dokumen semua, ia tak bisa membayangkan itu semua.

Namun satu hari kemarin sangat luar biasa untuk Kafano, karena ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Gio dengan menikmati indahnya pantai yang mereka kunjungi kemarin, belum lagi saat sore harinya mereka bisa melihat matahari terbenam secara langsung berdua disana, seakan-akan pantai ini hanya milik mereka berdua saja. Ia juga masih ingat dengan jelas semua perkataan Gio saat mereka tengah menikmati indahnya matahari terbenam kemarin.

"Mas tahu? Aku merasa sangat bahagia hari ini. Seakan-akan semua rasa bahagia di dunia ini hanya ada padaku saja sekarang. Aku merasa bahagia bisa datang ke tempat ini bersama dengan pria yang merupakan suamiku sekarang, aku merasa senang bisa melihat mas Fano tersenyum walaupun hanya senyuman tipis saja. Aku merasa sangat-sangat bahagia sehingga semuanya tak bisa dijelaskan hanya dengan perkataan saja."

Kafano tersenyum tipis saat mengingat itu semua. Gio selalu bisa membuatnya merasa aneh sekarang, karena sekarang ia sudah merubah semua sifat yang dulu ada, mencoba menjadi pribadi yang baik walaupun hanya untuk keluarganya saja, ia akan bersikap sama seperti dulu jika bertemu dengan orang luar, namun saat berada dirumah ia akan menjadi cukup baik dari sebelumnya.

Ia merasa ini bukan hanya perasaan aneh saja, ini hal yang berbeda namun ia ragu untuk mengakuinya. Apa mungkin ia mulai mencintai Gio sekarang? Tapi ini semua sangat berbeda saat dirinya mencintai Rania dulu, karena dulu ia tahu mengapa ia bisa mencintai perempuan itu, tapi sekarang saat bersama dengan Gio ia tak tahu alasan yang pasti mengapa ia bisa mencintai pemuda itu, maka dari itu Kafano merasa ragu dengan hatinya sendiri sekarang ini.

Apa memang mungkin ia mencintai Gio karena kebaikan pemuda itu? Atau karena Gio selalu ada untuknya? Ia merasa bingung dengan alasan yang pasti kenapa ia bisa mencintai pemuda itu, satu yang jelas sekarang.

Ia merasa nyaman dan juga tenang saat berada didekat Gio, seakan-akan pemuda itu mempunyai daya tarik sendiri sehingga membuat is bisa merasakan ini semua. Bahkan sekarang Kafano yang dulunya sangat gila akan kerjaan, sekarang mulai bosan dengan apa yang ia lakukan, ia ingin berada dirumah bersama dengan Gio, melihat apa yang pemuda itu lakukan dengan senyuman tipisnya.

Namun sayang ia tak bisa melakukan itu semua karena pekerjaan di kantor sangatlah banyak, ia tak bisa bersenang-senang jika seperti ini jadinya, sehingga Kafano hanya bisa beersabar dengan mulai mengerjakan semua yang ada didalam ruangannya sekarang agar bisa segera pulang dan bertemu dengan Gio.

Tadi ia ingin mengajak pemuda itu ikut dengannya lagi seperti waktu itu, namun ia merasa takut jika pemuda itu akan merasa bosan dan berakhir tidur seperti waktu itu. Kafano hanya bisa pasrah sekarang, terlebih kedua orang tuanya juga melarang ia membawa Gio saat kerja karena mungkin itu akan membuat pemuda itu kurang nyaman karena harus bertemu dengan orang-orang berbeda setiap saatnya, berbeda dengan dirinya yang sudah terbiasa akan kehadiran orang baru yang datang ke perusahaannya untuk melakukan kerja sama.

***

Gio terdiam didalam kamarnya dan juga Kafano sekarang. Ada hal yang aneh terjadi sekarang, ia merasa dadanya sesak sejak tadi pagi hingga sekarang saat sudah beranjak siang.

Ia merasa takut, ia takut semua yang ibu panti katakan waktu ia berumur 20 tahun itu memang kenyataan.

Ibu panti pernah mengatakan jika ia memiliki satu kelainan didalam tubuhnya saat dilakukan pemeriksaan dirumah sakit. Pemeriksaan itu dilakukan saat ia baru saja ditemukan ditempat sampah waktu masih bayi.

Ibu panti baru bisa mengatakan semuanya saat Gio berumur 20 tahun hingga sekarang, ia baru bisa merasakan semuanya. Jantungnya sering kali terasa sesak dan juga susah bernapas, ia takut apa yang ibu panti katakan memang benar, jika ia memiliki penyakit jantung bawaan, mungkin itu sebabnya ia dibuang saat masih bayi waktu itu.

Namun kenapa harus sekarang penyakitnya itu muncul? Kenapa tak sejak ia masih kecil saja? Mungkin kalau sejak ia kecil semua ini datang, dirinya tak perlu merasa takut untuk meninggalkan semuanya, meninggalkan kebahagiaannya disini.

Gio meringis saat rasa sesak itu semakin terasa, ia tak berani mengatakan semuanya pada kedua orang tua Kafano karena takut mereka merasa khawatir, namun jika seperti ini jadinya ia tak bisa menyembuyikan rasa sakitnya sekarang, mungkin jika hanya sakit sesaat atau sesak sesaat ia bisa menahan semuanya, tapi ini semua sudah mulai terasa sejak tadi pagi hingga sekarang.

"Hah! N-napasku."

Gio menatap kearah pintu kamar, ia tak bisa berjalan karena susah bernapas sehingga sekarang ia hanya bisa terduduk dilantai dengan air mata nya perlahan turun, ini sangat menyakitkan, rasanya sangat sulit untuk bernapas, ia tak ingin ini terjadi namun semua ini tak bisa ia hindari sehingga yang hanya ia lakukan sekarang, mencoba bernapas walaupun itu susah dengan harapan akan ada orang yang datang ke kamar ini sekarang walaupun itu terdengar sangat mustahil.

***

Kafano masuk kedalam rumah dengan tatapan datar seperti biasa, ia sudah berniat ingin menghabiskan pekerjaannya lebih dulu sebelum pulang dan bertemu dengan Gio, namun entah kenapa hatinya terasa sangat gelisah sehingga mau tak mau membuatnya langsung pulang sekarang.

Dari pada nanti semua dokumen yang ia kerjakan salah, lebih baik ia pulang lebih dulu untuk bertemu dengan Gio, mungkin nanti jika hatinya sudah terasa tenang ia akan kembali ke kantor lagi.

Ia mulai menyadari semuanya sekarang, ini memang perasaan cinta untuk pemuda itu. Terlihat sangat cepat namun ini semua memang nyata, ia yang dulunya mengatakan jika dirinya normal dan tak akan pernah mencintai Gio, nyatanya bisa mencintai pemuds itu karena terlalu terbiasa akan kehadiran pemuda yang membuatnya jatuh cinta itu.

Kafano langsung naik ke lantai atas tanpa menyapa kedua orang tuanya yang tengah menatapnya dengan tatapan penasaran karena ia pulang cepat hari ini. Ia ingin langsung menemui Gio sekarang, dan mendengarkan semua yang akan pemuda itu katakan nantinya.

Saat pintu kamarnya terbuka, ia bisa melihat Gio tengah duduk dengan tubuh bergetar sangat hebat, karena sudah pernah melihat pemuda itu seperti ini Kafano langsung berjalan mendekat sebelum menyentuh bahu bergetar itu dengan pelan.

Tatapan itu terlihat sangat khawatir karena saat malam pertama mereka dulu, Gio juga pernah seperti ini. Dengan perlahan kepala yang tengah menunduk itu terangkat.

Deg!

Bersambung...

Votmen_

#lanjut 60 vote, komen 50. No spam next atau apapun yang spam, apakah kalian bisa?🗿🙏

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang