Bab 7

11.9K 709 2
                                    

Kafano masih terdiam ditempatnya, perkataan Gio berhasil membuatnya merasa aneh sekarang.

Pemuda itu mengatakan itu semua tanpa adanya kebohongan disana, dengan penuh keyakinan Gio mengatakan jika dia akan mempertahankan pernikahan ini untuk kebahagiaan kedua orang tuanya, tanpa nemikirkan perasaannya sendiri.

Kafano sudah mengatakan jika setelah mereka bercerai maka Gio bisa dengan bebas menikmati kehidupannya kembali, tanpa harus dibebani dengan semua ini. Pemuda itu bisa hidup dengan damai atau bahkan menemukan sosok yang baik untuk pemuda itu sendiri, namun Gio malah memilih tetap bersamanya walaupun sudah tahu jika ia hanya akan memberikan rasa sakit saja untuk pemuda itu.

Sejak lulus dari sekolahnya, Kafano berubah drastis. Dari dulunya menjadi pemuda yang sangat baik, selalu menurut dengan semua yang kedua orang tuanya katakan, menjadi anak yang baik bahkan sering berbicara pada orang terdekatnya.

Namun karena sesuatu hal, membuat semua itu berubah. Kafano mengubur dalam-dalam sosok dulu didalam hidupnya dengan menciptakan sosok baru yang sampai sekarang ada didalam dirinya, menjadi anak yang tak terlalu menuruti apa yang kedua orang tuanya katakan, keras kepala, dingin serta kasar. Semua itu ada didalam dirinya sekarang tanpa bisa diubah lagi.

Sehingga sekarang saat melihat Gio, ia langsung mengingat dirinya yang dulu. Terlalu baik sehingga tak tahu apa yang terjadi itu sangatlah menyakitkan, menjadi orang baik akan selalu membuat diri sendiri kesusahan maka dari itu Kafano benci menjadi orang baik sekarang.

"Hidupmu sudah berantakan sejak lahir dulu karena saat baru lahir saja kau dibuang. Hidup dipanti asuhan yang membuatmu menjadi pribadi yang baik sekarang walaupun penuh rasa sakit disana, kau terlalu baik untuk dunia ini. Dan sekarang saat sudah tau alasan dibalik pernikahan ini kau masih mau bertahan? Menikmati setiap rasa sakit yang ada demi kedua orang tuaku? Kau juga punya perasaan yang harus kau jaga agar tak terlalu baik seperti sekarang, karena menjadi baik hanya akan membuatmu merasa sakit dan juga sengsara."gumam Kafano dengan menatap punggung kecil milik Gio.

***

Pagi harinya, seperti biasa. Gio sudah bangun lebih dulu dibandingkan dengan Kafano yang masih tertidur sekarang.

Pemuda itu menatap kearah Kafano beberapa saat, mengingat apa yang mereka katakan semalam, entah nanti pria itu akan setuju dengan syaratnya yang meminta waktu satu bulan untuk pernikahan mereka.

Gio juga merasa tak yakin selama sebulan kedepan ia bisa mempertahankan pernikahan ini atau tidak, namun apapun nanti hasil akhirnya maka ia akan menerimnya dengan baik.

Jika memang mereka harus berpisah nantinya, ia akan kembali kepanti asuhan sama seperti dulu lagi dan berusaha melupakan semuanya seperti pernikahan ini tak pernah terjadi sebelumnya walaupun itu akan sangat sulit.

Setelah cukup lama menatap Kafano, Gio segera beranjak dari sana untuk membersihkan dirinya serta nanti membantu ibu mertuanya memasak makanan yang semalam ia tahu tengah Kafano makan, mungkin dengan memasakan apa yang pria itu inginkan bisa sedikit meluluhkan hati Kafano yang sekeras batu itu.

Gio yakin jika usaha yang ia lakukan akan membuahkan hasil walaupun akan sangat lama menunggu semua itu nantinya.

Beberapa saat kemudian setelah membersihkan dirinya, Gio keluar dari dalam kamar mandi dengan tatapan mengarah pada Kafano yang tengah merapikan tempat tidur sekarang.

Sekarang ia sedikit tahu tentang kebiasaan pria itu, Kafano akan langsung merapikan tempat tidur setelah bangun dari tidur, berangkat ke kantor di jam yang tepat agar tak terlambat datang kesana, ke pribadian pria itu sangat baik, namun tertutup oleh sifat dinginnya.

"Apa yang kau lihat?"ujar Kafano saat merasa Gio memperhatikannya sejak tadi, membuat pemuda itu yang merasa tertangkap basah tengah mengagumi sifat baik dari Kafano, langsung saja menatap kearah lain.

"Mas Fano lebih baik langsung mandi aja sekarang, nanti aku yang akan merapikan tempat tidur yang masih berantakan."ujar Gio tanpa melihat kearah Kafano karena ia merasa malu karena habis ketahuan tengah menatap suaminya itu dengan terang-terangan sekarang.

Kafano menatap datar kearah Gio, pemuda itu sangatlah aneh. Selain sering membuatnya muak, Gio juga seting kali membuatnya merasa bingung dengan tingkah aneh yang dia tunjukan.

***

Setelah membersihkan diri serta berganti pakaian kerja, Kafano segera keluar dari dalam kamar untuk segera berangkat kerja.

Tatapan itu mengarah pada kedua orang tuanya yang tengah menikmati hari mereka dengan menonton tayangan televisi dipagi hari seperti sekarang, ini sudah menjadi kebiasaan orang tuanya sejak dulu jadi ia sudah tak terlalu terkejut dengan semua itu sekarang.

"Fano, kemari sebentar,"ujar Nadia saat melihat anaknya itu mulai berjalan kearah pintu utama membuat Kafano mau tak mau berjalan mendekat kearah kedua orang tuanya itu, melihat apa yang ingin mereka katakan sekarang. Jika memang penting maka ia akan mendengarkan semuanya dengan baik, namun jika tak penting maka ia akan langsung berangkat kerja saja.

"Kenapa?"tanya Kafano dengan menatap kedua orang tuanya, demi apapun jika hanya ingin diam saja seperti ini maka ia lebih memilih untuk langsung berangkat kerja saja sekarang.

"Kamu tahu pak Hendra?"ujar Braham yang merupakan ayah dari Kafano, membuat pria itu menganguk dengan pelan karena ia memang tahu siapa itu pak Hendra, ia terlibat kerja sama dengan pria yang seumuran dengan ayahnya itu.

"Semalam dia menghubungi ayah dan mengatakan ingin bertemu kamu dan juga Gio secara langsung nanti malam, untuk melakukan makan malam bersama. Karena waktu kamu menikah dia tak sempat datang maka dari itu dia mengundang kamu secara langsung datang ke hotel miliknya untuk makan malam disana, bersama dengan Gio juga."ujar Braham dengan langsung mengatakan semuanya, ia tahu anaknya itu tak suka basa-basi yang akan membuang waktunya saja.

Kafano menatap kearah lain, ia tak menyukai ini semua. Jika memang pak Hendra ingin bertemu dengannya maka dirinya saja yang akan datan, jika hanya ingin mengucapkan selamat untuk pernikahannya sekarang.

Ia tak ingin keluar bersama dengan Gio karena itu akan terlihat sangat mencolok jika ia telah menikah dengan seorang pria juga.

"Ayah bilang sama pak Hendra jika nanti malam saya sendiri yang akan datang kesana."ujar Kafano dengan cepat tanpa berpikir lebih dulu, membuat Gio yang baru saja datang hanya bisa terdiam, karena ia sudah diberitahu tentang semua ini tadi.

Tapi sekarang tanpa berpikir lebih dulu Kafano langsung mengatakan itu semua.

"Tapi pak Hendra ingin bertemu dengan Gio juga, bukan hanya kamu saja."ujar Nadia ikut menimpali, membuat Kafano menatap kearah lain sehingga tanpa sengaja menatap kearah Gio sekarang.

"Kalau begitu biarkan Gio saja yang menemui dia, saya tak peduli dengan itu semua. Lagi pula pernikahan ini hanya sementara, tak perlu membesar-besarkan sesuatu yang akan hancur nantinya." Kafano langsung beranjak dari sana tanpa mendengarkan apa yang akan kedua orang tuanya itu katakan nantinya, ia terlalu muak dengan mereka.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang