Bab 2

17.1K 911 3
                                    

Kafano turun dari atas tempat tidur sebelum berjalan kearah pemuda itu dengan pelan, suara tangisan serta suara lirihan terdengar membuat ia merasa bingung apa yang sebenarnya terjadi? Setelah ia pikir-pikir tak ada alasan yang jelas sehingga membuat pemuda itu menangis hanya karena ingin mencari perhatian dari orang tuanya karena kamar miliknya kedap suara.

"Hey, apa yang kau lakukan."ujar Kafano yang sama sekali tak santai dengan menyentuh bahu Gio dengan kasar, membuat tubuh yang terlihat sangat bergetar itu dengan perlahan mulai mendongak dengan air mata yang terlihat turun dari kedua pipi tirus itu.

Tatapan Kafano terkunci pada kedua mata bulat yang terlihat sangat merah itu karena terlalu lama menangis mungkin, sebelum tatapannya mengarah pada tubuh pemuda itu yang masih saja bergetar dengan sangat hebat.

Sedangkan Gio sendiri hanya diam dengan tatapan mengarah pada pria itu, tatapan yang ia lihat dari Kafano sama sekali tak bisa ditebak, dirinya ingin mengatakan jika tubuhnya terasa sangat dingin dan juga demam sekarang namun ia takut akan membuat pria itu marah sehingga meninggalkan dirinya.

"Apa kau bisu? Dimana suara yang tadi kau lembut-lembutkan itu?"ujar Kafano yang sekarang mulai mengalihkan tatapannya kearah tangan Gio yang terlihat basah karena keringat.

"Apa kau sakit?"tanya Kafano pada akhirnya, ia bisa melihat dari tubuh pemuda itu yang terlihat sangat bergetar dengan wajah pucat yang langsung membuat ia berpikir jika Gio tengah sakit sekarang.

Kenapa pemuda itu harus sakit sekarang? Itu akan membuat kedua orang tuanya berpikir hal yang aneh dan juga mengira ia telah melakukan sesuatu pada Gio, padahal kenyataannya melihat pemuda itu saja ia muak apa lagi untuk mendekati dan juga menyentuh Gio, ia tak sudi untuk itu semua.

Tapi untuk sekarang ia harus merawat pemuda itu agar kedua orang tuanya tak menyalakan dirinya dengan apa yang terjadi sekarang.

"Berdiri."ujar Kafano dengan mengulurkan tangannya, badan Gio terasa sangat dingin namun penuh dengan keringat, jadi sekarang ia akan menyuruh pemuda itu berganti pakaian agar rasa panasnya berkurang, demi apapun ia sama sekali tak mempunyai pengalaman untuk merawat orang yang tengah sakit.

Dengan pelan Gio mulai berdiri dengan tubuh bergetar miliknya, menatap kearah Kafano yang sekarang tengah berjalan kearah lemari.

"Ini, ganti pakaianmu agar rasa dingin yang kau rasakan berkurang."ujar Kafano dengan melempar pakaian kearah Gio, membuat pemuda itu langsung mengambil pakaian itu, menatap pakaian tidur itu dalam diam sebelum berjalan kearah kamar mandi dengan langkah pelan miliknya, tubuhnya terasa tak ada tenaga lagi namun jika tak berganti pakaian itu akan membuat suaminya itu marah.

"Merepotkan saja. Sudah saya katakan selama ini jika tak ingin menikah dulu sekarang karena mempunyai pasangan itu akan merepotkan saja, dan sekarang semua itu terbukti dengan sangat nyata."ujar Kafano dengan tatapan datar miliknya.

Ia benci memiliki sebuah hubungan karena itu hanya akan membuat dirinya kesusahan seperti sekarang.

Beberapa saat kemudian, terlihat Gio keluar dari dalam kamar mandi menggunakan pakaian tidur milik Kafano yang terlihat sangat kebesaran ditubuh itu karena memang ukuran mereka jauh berbeda.

"Kemari."ujar Kafano yang sekarang tengah duduk disalah satu sofa yang ada didalam kamar miliknya, sejak tadi ia menunggu pemuda itu keluar dari dalam kamar mandi sehingga sekarang saat Gio keluar dari dalam kamar mandi ia langsung menyuruh pemuda itu menghampiri dirinya sekarang.

Dengan pelan Gio berjalan kearah Kafano, itupun tanpa menatap kearah pria itu karena terlalu takut. Tatapan tajam itu membuat ia merinding setiap kali melihatnya.

"Minum obat ini dan tidur disana."ujar Kafano dengan memberikan obat yang ia miliki untuk Gio, sebelum menunjuk kearah tempat tidur agar pemuda itu mengerti.

Gio terdiam setelah mengambil obat yang Kafano berikan dengan pelan, pria itu menyuruh dirinya tidur diatas ranjang? Bukan kah itu ranjang milik Kafano? Ia diperbolehkan tidur disana juga?

"Tunggu apa lagi? Sana tidur. Saya tak ingin kedua orang tua saya marah karena kau sakit sekarang. Cukup mereka memaksa saya saja untuk menikahi kamu tidak dengan masalah sekarang."ujar Kafano dengan nada kasar miliknya, ia sama sekali tak bisa bersikap lembut sejak dulu. Walaupun ia sangat menyayangi ibunya namun tetap saja saat ingin bersikap manis pada ibunya itu ia merasa tak bisa.

Gio tersentak mendengar semua yang Kafano katakan barusan, sehingga tanpa mengatakan hal apapun ia langsung berjalan kearah tempat tidur, mengambil sedikit air minum sebelum meminum obat yang tadi suaminya itu berikan, ia tahu dengan keadaannya sekarang pasti kedua orang tua Kafano akan berpikir aneh namun ia akan mengatakan dengan jelas jika semua ini terjadi karena tubuhnya terlalu lemah saja. Bukan karena pria itu.

***

Gio mulai membuka kedua matanya dengan pelan saat merasa hari sudah mulai pagi. Kedua mata bulat itu menatap kearah langit-langit kamar sebelum ia mengingat jika semalam dirinya sempat sakit karena terlalu lama berdiam diri dilantai yang sangat dingin, sampai Kafano yang merupakan suaminya itu menyuruh dirinya berganti pakaian dan juga tidur.

Dengan cepat Gio langsung mendudukan dirinya sebelum menatap kearah samping, disana ada Kafano tengah tidur, itupun dengan jarak yang lumayan jauh dari dirinya karena ranjang ini sangat luas. Ia terdiam menatap wajah pria itu yang terlihat sangat damai saat tengah tidur seperti sekarang, padahal saat bangun tatapan itu akan terlihat sangat tajam membuat ia yang tak sengaja melihat mata itu merasa merinding karena takut.

Tapi saat tengah tidur seperti sekarang, Kafano terlihat sangat berbeda.

Ia memang tak pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya sampai kemarin saat mereka menikah, ia baru bisa melihat secara langsung siapa pria yang akan menikah dengannya. Dirinya berpikir pria itu akan menerima dirinya dengan baik karena mereka akan menikah, namun nyatanya semuanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

Kafano terlihat sangat membenci dirinya, dari tatapan pria itu untuknya saja sudah membuat ia merasa sangat takut dan juga tahu jika Kafano tak menyukai dirinya, itu hal yang cukup wajar terjadi karena pria itu tak mengenal dirinya.

Namun berbeda halnya dengan Gio, ia akan sangat menghormati Kafano sebagai suaminya karena sekarang mereka sudah menikah. Sudah menjadi tugasnya untuk patuh dan juga menuruti apa yang suaminya itu inginkan.

Mungkin Kafano membutuhkan waktu untuk bisa menerima pernikahan mereka sekarang, ia akan menunggu saat-saat itu. Untuk sekarang biarkan ia berjuang untuk mendapatkan perhatian suaminya itu bagaimanapun caranya nanti.

Walaupun untuk sekarang menatap wajah Kafano secara langsung pun ia belum berani karena terlalu takut.

Bersambung...

Votmen_

#tembus 50 vote, lanjut

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang