Bab 5

12.4K 827 4
                                    

Kafano terdiam saat melihat Gio mengambil piring kotor yang tadi sempat ia gunakan untuk makan malam, sekarang pemuda itu terlihat mencuci semua itu tanpa mengatakan hal apapun padanya.

Mungkin ini yang dulu sering ayahnya lakukan saat pulang kerja dan dilayani oleh ibunya. Rasanya seperti memiliki seorang teman walaupun pemuda itu tak berbicara apapun sejak tadi.

Ia bukan ingin bersimpati atau merasa tersentuh dengan perlakukan pemuda itu, hanya saja ia merasa aneh dengan Gio. Pemuda itu sering ia bentak bahkan dirinya sakiti namun masih bersikap baik padanya? Kafano tahu betul jika pemuda itu takut padanya tapi kenapa Gio seakan-akan memaksakan diri untuk dekat denganya? Atau dirinya saja yang merasa seperti ini?

Selama ini Kafano selalu bersikap cuek pada kedua orang tuanya karena merasa ia sudah dewasa, semua hal sudah bisa ia lakukan tanpa bantuan mereka lagi, dirinya tak perlu bercerita apapun pada mereka karena tentang masalah yang terjadi padanya, karena sekarang ia sudah dewasa, semua itu sudah tak perlu.

Namun itu semua berhasil mengubah dirinya menjadi seperti sekarang, selalu bersikap dingin tanpa tersentuh apapun, menjauh saat ada seseorang yang ingin mendekati dirinya karena ia tak butuh teman hidup, ia merasa bisa melewati semuanya sendirian tapi saat kedua orang tuanya menikahkan dirinya.

Kafano merasa aneh, bahkan sangat aneh. Ia merasa privasinya selama ini akan menghilang begitu saja saat memiliki istri, ia merasa itu semua hanya akan merepotkan dirinya saja dan Kafano tak menyukai itu semua.

Tapi sekarang saat berhadapan secara langsung dengan Gio, ia merasa semua yang sempat ia pikirkan selama ini salah. Pemuda itu tak pernah mencoba merusak privasinya atau bahkan mengatakan pada kedua orang tuanya tentang sikap kasarnya, karena jika itu semua sampai terjadi sudah pasti sekarang kedua orang tuanya sudah marah padanya bukan? Itu artinya pemuda itu tak terlalu buruk seperti yang ia pikirkan selama ini, walaupun tetap saja ia tak menyukai Gio karena sudah mau menikah dengannya, mereka sama-sama seorang pria.

"Mas mau aku bikinin kopi atau mau langsung tidur?"tanya Gio setelah selesai mencuci piring kotor yang tadi sempat suaminya itu pakai.

Ia merasa tak terlalu takut lagi karena Kafano sepertinya sudah tak marah seperti tadi siang, maka dari itu dirinya berani bertanya hal seperti ini pada pria itu.

Terlihat Kafano menatap kearah Gio sebentar sebelum menganguk, ia memang ingin meminum kopi sekarang karena belum mengantuk sama sekali, membuat Gio tersenyum kecil sebelum membuatkan apa yang suaminya itu inginkan.

***

Setelah minum kopi yang sudah dibuatkan oleh Gio, Kafano langsung beranjak dari dapur untuk kembali kedalam kamar diikuti Gio dari belakang.

Diantara mereka berdua memang selalu terjadi keheningan karena baik Kafano sendiri tak ingin mengatakan hal apapun dan juga Gio yang merasa canggung jika ingin berbicara lebih dulu karena pemuda itu aslinya sangat suka berbicara.

Saat sampai dikamar Kafano langsung membaringkan tubuhnya, sedangkan Gio hanya diam melihat apa yang tengah pria itu lakukan karena jujur ia tak tahu harus bagaimana sekarang.

Semalam ia bisa tidur satu tempat dengan Kafano karena tengah sakit dan juga atas izin dari pria itu tapi sekarang? Ia tak tahu harus bagaimana, bertanya pun sepertinya ia tak berani sekarang.

Sedangkan Kafano yang merasa tak ada pergerakan apapun ditempat tidur disampingnya langsung menatap kearah pintu masuk, dimana ada Gio tengah terdiri dengan kaku disana.

Pasti pemuda itu merasa takut jika langsung berbaring disampingnya, ia bisa langsung tahu semua itu hanya karena melihat raut wajah takut itu. Untuk sekarang ia merasa biasa saja saat satu tempat tidur dengan Gio karena selagi pemuda itu tak berbuat hal yang aneh, maka ia akan biasa saja.

"Apa yang tengah kau lakukan disana sekarang? Kau ingin sakit lagi seperti semalam?"tutur Kafano dengan mendudukan dirinya diatas tempat tidur, membuat Gio langsung menggeleng dengan cepat karena ia benci sakit.

"Tidur disamping saya. Saya tak masalah dengan itu semua, namun jika kau berani melakukan hal yang aneh maka saya akan langsung mengusir kamu dari kamar ini."ujar Kafano dengan nada dingin miliknya, membuat Gio menganguk dengan pelan.

Ia tak akan pernah berani melakukan hal yang aneh pada pria itu, melihatnya saja takut apa lagi untuk hal yang lainnya, bisa mati ditempat.

Gio mulai membaringkan dirinya disamping Kafano dengan tatapan mengarah pada langit-langit kamar mereka. Ini sudah hari kedua sejak mereka menikah namun interaksi yang mereka lakukan masih sangat sedikit, Gio bingung bagaimana cara agar Kafano mau berbicara pada dirinya sekarang.

Sedangkan Kafano sendiri hanya diam saja sejak tadi dengan pemikirkan jauh sekarang, sangat tiba-tiba sekali ia memikirkan bagaimana kehidupan Gio saat dipanti asuhan dulu karena ia sedikit tahu jika pemuda itu tinggal dipanti asuhan sejak kecil, entahlah sekarang ia merasa penasaran dengan kehidupan pemuda itu yang kemarin sangat ia benci saat menikah dengannya.

"Bagaimana kehidupanmu saat dipanti asuhan? Apa enak tinggal disana karena banyak orangnya?"ujar Kafano pada akhirnya, baru beberapa hari hidup satu kamar dengan Gio sudah membuatnya berani berbicara banyak, entah bagaimana kedepannya nanti karena yang jelas sekarang ia merasa bosan saat tak berbicara hal apapun, padahal sejak dulu ia termasuk manusia yang sangat jarang berbicara pada seseorang.

Gio tersentak mendengar suara Kafano yang tiba-tiba saja terdengar, ia tak salah dengarkan? Kafano berbicara padanya sekarang? Itu pun dengan nada santai, bukan seperti biasa yang penuh dengan tekanan didalamnya, itu semua membuatnya tersenyum kecil tanpa sepengetahuan dari pria itu.

Gio membalik tubuhnya agar bisa menatap kearah Kafano, membuat pria itu ikut menatap kearah dirinya sekarang.

"Tinggal dipanti asuhan, ada senang dan juga sedihnya. Senang karena banyak teman-teman disana yang bisa mendengarkan setiap ceritaku, dan juga merasa sedih karena tak bisa melakukan hal yang aku inginkan. Banyak keinginan yang kusimpan sendirian karena tak bisa dikatakan disana, karena bukan hanya aku yang punya keinginan saja, anak-anak yang lain juga punya keinginan terpendam mereka."ucap Gio dengan senyuman kecilnya, sehingga lesung pipinya terlihat sekarang.

"Apa yang kau inginkan?"ujar Kafano yang mulai merasa penasaran sekarang, karena sejak kecil apapun yang ia inginkan pasti akan menjadi nyata. Walaupun sekarang ia tumbuh menjadi pria dingin.

Gio tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu semua, "aku ingin bebas. Aku ingin melakukan hal yang anak lain bisa lakukan, seperti pergi jalan-jalan ke taman bermain, melakukan perjalanan indah. Namun itu semua tak bisa aku lakukan karena saat dipanti asuhan, makan dengan teratur saja susah apa lagi untuk itu semua."ujar Gio yang seperti mengatakan semua yang ia rasakan selama ini.

Banyak keinginan yang tersimpan namun tak ada satupun yang menjadi nyata.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang