Bab 19

9.6K 579 10
                                    

Gio berjalan dengan pelan mengikuti langkah suaminya itu masuk kedalam rumah yang sudah ia tinggalkan selama satu minggu lebih.

Rumahnya terasa sangat sepi, padahal biasanya ia tahu sendiri jika ayah atau ibu dari Kafano pasti akan berada diruang tengah untuk berbicara berdua namun sekarang dimana mereka? Perasaan penasaran itu muncul saat ia baru masuk kedalam rumah ini sekarang.

"Mas .."ujar Gio dengan menggenggam pakaian yang suaminya itu kenakan karena sekarang Kafano ingin ke lantai dua rumah ini, pasti ingin ke kamar mereka sedangkan ia merasa penasaran sekarang.

Kafano menatap kearah Gio dengan tatapan bertanya, ia mengira pemuda itu ingin langsung beristirahat karena perjalanan mereka cukup jauh dari panti asuhan kerumah ini, tapi nyatanya Gio malah menahannya disini.

"Ibu sama ayah dimana mas? Biasanya kan mereka duduk diruang tengah jam segini, tapi sekarang nggak ada?"

Kafano menatap kearah lain, dalam beberapa hari bersama waktu itu Gio sudah sangat tahu kebiasaan kedua orang tuanya.

"Ibu sama ayah tadi malam mengatakan ingin menghadiri satu acara diluar kota, jadi kemungkinan mereka akan pulang beberapa hari lagi."ujar Kafano sebelum berjalan kembali naik ke lantai atas, membuat Gio langsung mengikuti suaminya itu dengan cepat.

Rasa penasarannya sudah menghilang sekarang, jadi ia bisa merasa tenang. Masalah sepele sebenarnya tapi kalau tak dijawab ia bisa nggak bisa tidur nanti.

Saat sampai didalam kamar yang sudah ia tinggalkan selama seminggu ini, Gio tersenyum. Ia mengira dirinya tak akan pernah kembali kesini lagi dan juga merasakan semua ini secara langsung. Namun nyatanya takdir mengatakan hal yang berbeda karena sekarang ia bisa kembali kesini, merasakan rasa damai saat berada ditempat ini seakan-akan ini tempat ternyamannya saat ini.

"Kau tak apa sendirian dirumah? Saya ingin kembali ke kantor karena ada urusan yang lumayan banyak disana."ujar Kafano yang sekarang mulai mengambil pakaian ganti yang berbeda karena ia ingin kembali ke kantor, pekerjaan disana sangat banyak.

Sebelum berangkat tadi ia tak berpikir akan membawa Gio pulang, namun sekarang karena pemuda itu ikut bersama dengannya pulang, mau tak mau Gio harus tinggal dirumah sendirian sekarang karena ia akan lama berada di kantor nanti.

"Aku nggak papa dirumah sendirian, tapi mas Fano pulangnya cepatkan? Soalnya kalau malam hari aku kurang berani dirumah sebesar ini sendirian."cicit Gio dengan pelan, ia berkata berkata sangat jujur sekarang karena memang ia tak berani jika harus sendirian dirumah sebesar ini, mungkin kalau rumahnya kecil atau rumahnya sama seperti panti asuhan ia akan berani, namun ini sangat berbeda.

Kafano terdiam beberapa saat, ia tak bisa pulang cepat karena banyak sekali urusan di kantor miliknya, jadi akan sangat sulit untuk pulang cepat.

Ia tengah berpikir bagaimana cara membuat Gio tetap berada disampingnya untuk hari ini, karena kemungkinan terbesar ia akan pulang larut malam atau bahkan besok pulangnya. Pasti pemuda itu tak akan mau ditinggal selama itu, mungkin jika ada kedua orang tuanya, Gio tak akan takut namun sekarang kedua orang  tuanya tengah berada diluar, akan pulang beberapa hari lagi.

"Ikut saya ke kantor saja kalau begitu, itupun kalau kau mau,"ujar Kafano dengan mengambil pakaian ganti miliknya, membuat Gio langsung menganguk setuju, lebih baik ia ikut bersama dengan suaminya itu saja dari pada harus menunggu dirumah, karena itu akan sangat menakutkan kalau malam hari.

"Bawa pakaian ganti, agar disana nanti lebih mudah."ujar Kafano sebelum berjalan kearah kamar mandi, membuat Gio menganguk dengan senyuman tertahannya.

Mungkin jika suaminya itu belum berubah, dia akan langsung berangkat tanpa mengabari dirinya sedikitpun atau meminta izin padanya lebih dulu, sudah pasti Kafano akan langsung pergi saja tanpa meminta pendapat apapun darinya, tapi sekarang suaminya itu sudah mau sedikit berubah. Ia merasa senang untuk itu semua.

***

Gio berjalan disamping Kafano dengan tatapan mengarah pada interior yang ada di perusahaan ini. Karena ini pertama kalinya ia datang ketempat ini dan itu rasanya sangat menyenangkan, apa lagi bisa ikut bersama dengan suaminya itu kesini secara langsung.

Mungkin jika dulu, dengan sangat tegas suaminya itu akan mengatakan jika dia tak akan pernah mengajaknya pergi kemanapun itu karena tak ingin dikira menyukai dirinya, namun sekarang dengan bibirnya sendiri Kafano mengajaknya kesini tanpa paksaan apapun. Ada rasa bangga didalam hatinya, ia tak henti-hentinya mengatakan jika ia merasa sangat senang sekarang.

Walaupun Kafano sudah mengatakan padanya secara langsung kalau pria itu belum bisa mencintainya untuk sekarang, karena ingin menerima semua ini lebih dulu. Tapi tetap saja ia merasa senang, apapun akhirnya nanti ia akan menerimanya dengan senang hati karena sekarang ia sudah merasa sangat bahagia.

"Kau tunggu diruangan saya dulu. Saya akan rapat sebentar lagi."ujar Kafano saat mereka sampai diruangan miliknya, membuat Gio yang sejak tadi melamun dengan pikirannya sendiri langsung tersentak sebelum menatap kearah suaminya itu.

Ia menganguk saat paham dengan apa yang tadi Kafano katakan, walaupun ia tak tahu orang rapat mengatakan apa saja, tapi sepertinya itu sangat penting maka dari itu ia tak boleh ikut sekarang. Ia akan menunggu diruangan suaminya itu seperti yang sudah dikatakan Kafano tadi.

Setelah Kafano pergi, Gio langsung berjalan masuk kedalam ruangan milik suaminya itu, menatap seluruh penjuru didalam ruangan ini. Ia tahu sekarang, suaminya itu sangat menyukai warna hitam, oleh karena itu kamar, tempat berganti pakaian, kamar mandi semuanya dominan warna hitam, sampai sekarang ruang kerja Kafano pun berwarna hitam juga.

Dengan pelan ia duduk disalah satu sofa yang ada, dengan kedua mata bulat terus memperhatikan semua yang ada didalam sini. Di usis Kafano sekarang, suaminya itu sudah bisa mendirikan perusahaan sendiri tanpa bantuan kedua orang tuanya, itu semua membuat ia merasa sangat bangga.

Karena untuk ia sendiri, sekolah pun tak pernah karena butuh biaya yang sangat banyak, maka dari itu ibu panti tak menyekolahkan anak yang ada dipanti asuhan satupun, agar semuanya adil.

Maka dari itu Gio tumbuh tanpa bersekolah, namun sejak kecil ia sering belajar bersama anak-anak yang lainnya dan juga pengurus panti tentang bagaimana cara membaca, menghitung, semuanya diajarkan didalam panti asuhan tanpa harus bersekolah, itupun dengan buku seadanya. Ia beruntung bisa tumbuh disana walaupun kadang serba ke kurangan, karena ada 30 anak lebih disana, dan mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda.

Terkadang ia sering mengalah untuk anak-anak yang ada disana, sehingga sekarang saat bersama dengan Kafano ia merasa senang, karena sudah tak bisa merepotkan ibu panti lagi dengan kebutuhannya.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang