Bab 11

10.5K 639 12
                                    

Kafano diam sejak tadi, mendengarkan semua yang Hendra katakan tentang bisinis perusahaan bersama milik mereka berdua.

"Jadi jika nanti saat mulai berjalan semuanya, ada kendala dari keuangan atau karyawan yang masuk, Anda bisa langsung bicarakan dengan saya nantinya. Karena ini project sudah dari lama kita tunggu untuk bisa sampai ditahap ini sekarang."ujar Hendra dengan menjelaskan apa saja yang perlu Kafano lakukan nanti jika keuangan atau karyawan yang masuk berkurang, Kafano bisa mengatakan itu semua secara langsung padanya agar ia bisa membantu masalah itu, karena ini project lama mereka berdua.

Kafano menganguk mendengar itu semua, ia pasti akan melakukan apa saja demi kelangsungan dari kerja sama ini, karena ini kerja sama yang sudah lama mereka kerjakan.

"Kau tak perlu selalu datang ke perusahaan itu untuk melihat apa yang tengah karyawan baru lakukan. Cukup seminggu sekali atau lebih dari seminggu saja baru datang kesana, karena kau juga butuh waktu bersama dengan istrimu juga."ujar Hendra lagi, ia tahu ada masalah diantara Kafano dan juga istrinya itu, padahal pernikahan mereka masih sangat baru.

Ia tak bisa memberi pengertian secara langsung karena itu akan membuat Kafano merasa tidak nyaman, maka dari itu ia hanya mengatakan ini semua seakan-akan tak tahu tentang apa yang tengah Kafano hadapi sekarang.

"Baiklah."ujar Kafano sebelum pamit undur diri, mereka sudah selesai membahas tentang bisnis bukan? Maka dari itu ia akan langsung keluar dan pulang saja, karena jika terlalu lama maka dirinya akan mendengar sesuatu yang tak ia sukai. Karena ini pernikahannya, tak ada satupun orang yang berhak ikut campur ataupun mengomentari apa yang ia lakukan sekarang.

***

Gio berdiri dari tempat duduknya saat melihat Kafano berjalan kearah dirinya dan juga Elo berada sekarang, dari tatapan pria itu ia bisa melihat jika sekarang Kafano sedang tak ingin diganggu ataupun mengatakan hal satupun itu, maka dari itu ia langsung pamit undur diri dari Elo agar bisa menemui suaminya itu sekarang.

"Aku pulang duluan ya, nanti kalau ada kesempatan lagi mungkin kita bisa bertemu lagi."ujar Gio sebelum beranjak dari sana, membuat Elo menganguk karena ia tahu jika sekarang bukan saatnya berbicara pada Kafano.

"Kita mau langsung pulang mas?"ujar Gio saat sampai disamping Kafano sekarang, andai ia tak mendatangi suaminya itu mungkin Kafano akan langsung pulang sendirian sekarang.

Tadi ia mengira pria itu akan mendatangi dirinya, namun nyatanya semua itu salah karena sekarang Kafano terlihat berjalan terus keluar tanpa memperhatikan area sekitar.

Gio terdiam, suaminya tak mengatakan hal apapun sekarang, itu artinya ia juga tak boleh berbicara sekarang karena Kafano tengah dalam suasana hati yang buruk, entah apa yang terjadi disana tadi sehingga semua ini bisa terjadi sekarang.

Saat sampai di mobil pun sama, Kafano masih tak mengatakan hal apapun selain langsung masuk kedalam mobil membuat Gio ikut masuk juga, karena takut akan ditinggal disini sekarang, demi apapun ia tak akan bisa pulang jika sampai suaminya itu pulang sendirian sekarang karena ia tak tahu area sekitar ini, keluar dari panti asuhan saja jarang apa lagi jika harus melakukan perjalanan jauh seperti sekarang.

Keheningan masih terus saja terjadi sampai sekarang saat mereka sudah sampai didalam kamar milik Kafano.

Membuat Gio merasa sangat bingung sekarang, ingin rasanya bertanya namun ia takut jika nanti suaminya itu akan marah atau bahkan menyakiti dirinya nanti.

"Mas Fano ..."ujar Gio pada akhirnya saat melihat Kafano akan keluar dari dalam kamar setelah berganti pakaian barusan, bukan berganti pakaian tapi hanya melepas jas yang tadi suaminya itu kenakan.

Kafano terdiam saat mendengar suara Gio. Sejak tadi ia dalam suasana hati yang sangat buruk, karena semua hal selalu saja memaksanya untuk dekat dengan pemuda itu, sedangkan ia tak mau itu semua. Ia tak ingin menjadi orang bodoh lagi dengan terlalu baik jika nanti bersama dengan Gio.

Grep!

"Mas kenapa? Jangan diam terus seperti ini. Mas biasanya akan marah sama aku kan? Atau bahkan memukulku jika mau, lakukan itu semua. Tapi jangan diam saja seperti sekarang. Aku lebih suka mas marah dan melukaiku dari pada harus diam saja seperti ini karena itu membuatku takut ..."ujar Gio yang sekarang memeluk Kafano dari belakang, ia tak tahu lagi harus melakukan apa.

Lebih baik ia melakukan semua ini, membuat Kafano marah atau membuat pria itu memukulnya dari pada harus melihat suaminya itu diam saja seperti ini.

Kafano menutup kedua matanya, setiap kali pemuda itu memeluknya ia selalu tak bisa melakukan apa-apa. Seakan-akan semua tenaganya sudah habis hanya karena pelukan ini, namun entah kenapa sekarang rasa kesal dan juga muaknya itu mulai menghilang dengan perlahan seiring eratnya pelukan yang Gio berikan sekarang.

"Jangan diam saja, aku takut ..."ujar Gio lagi, selama ini ia tak pernah dicuekan seseorang sama sekali bahkan saat tahu Kafano tak suka bicara, ia masih mengajak pria itu berbicara tanpa merasa takut sedikitpun. Tapi sekarang setelah mereka hidup bersama, saat melihat Kafano diam saja seperti sekarang ia merasa sangat takut.

Lebih baik Kafano menyakiti dirinya seperti waktu itu dari pada harus melihat suaminya itu hanya diam seperti tadi.

Kafano melepas pelukan Gio dengan pelan, terdiam lagi tanpa menatap kearah Gio sama sekali.

"Saya butuh waktu."ujar Kafano sebelum beranjak keluar dari dalam kamar, meninggalkan Gio yang sekarang terduduk diatas lantai yang sangat dingin dengan tatapan sendu, bahkan sekarang kedua mata bulat itu mulai menangis. Ia tahu semua ini pasti tak jauh dari dirinya, karena setelah bertemu dengan pak Hendra yang merupakan orang yang sama seperti dirinya, suaminya itu menjadi seperti ini.

Mungkin saja ada perkataan yang kurang enak sehingga membuat suaminya itu sangat marah seperti sekarang, walaupun Kafano hanya diam namun ia tahu jika suaminya itu tengah marah sekarang.

"Kenapa mas memilih pergi? Kenapa tak menyakiti diriku saja jika memang masalah yang ada sekarang karenaku. Aku tahu jika semua ini pasti karena kejadian tadi."gumam Gio dengan air mata yang terus saja turun sekarang.

Rasanya sangat sakit saat melihat suaminya marah namun ia tak bisa meredahkan amarah itu. Bahkan menahan suaminya saja ia tak bisa, apa lagi untuk yang lainnya.

"Mas pasti merasa sangat tak suka bahkan sangat membenciku, karena saat kehadiranku. Kehidupan damai yang mas yang dulu rusak begitu saja ..."gumam Gio, tatapan itu menatap nanar kearah pintu kamar berharap Kafano hanya membohongi dirinya saja sekarang.

Bersambung..
Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang