Bab 15

10.9K 643 6
                                    

Gio terdiam didalam kamar kecil miliknya. Saat sampai disini tadi malam, ibu panti tak mengatakan hal apapun padanya. Ibunya itu hanya memeluknya sebelum membawanya masuk kedalam panti asuhan dan kembali kedalam kamarnya dulu, kamar bersama dengan anak kecil yang lainnya.

Semua keputusan ini memang ia ambil secara tiba-tiba tadi malam, karena hatinya terasa sangat sakit melihat orang yang sangat ia cintai sekarang, merasa sakit karena berada didekatnya.

Ia merasa seperti menjadi duri didalam hidup suaminya itu, sehingga membuat Kafano merasa sesak saat bersamanya.

Dari pada melihat semua itu, ia lebih baik pergi dari sana demi kebahagiaan suaminya itu walaupun yang harus merasakan sakit itu dirinya sendiri.

"Kakak?"

Gio langsung menatap kearah samping saat mendengar suara salah satu anak yang baru saja bangun tidur sekarang, karena anak-anak disini belum ada yang tahu jika ia sudah kembali ke panti asuhan. Mereka hanya tahu ia sudah pergi dan tak tahu kapan akan kembali, ia sangat yakin jika tahu ia sudah kembali pasti anak-anak akan langsung datang ke kamarnya nanti.

"Kakak kapan pulangnya? Aku kangen!"ujar salah satu anak itu, membuat Gio tersenyum sebelum merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin anak itu memeluknya.

Perasaan sakit dan juga sedih yang sempat hadir tadi, langsung menghilang saat melihat senyuman anak-anak yang ada disini.

Grep!

"Kakak pulangnya kok nggak bangunin aku? Kemarin aku pengen ke tempatnya kakak, tapi kata ibu aku nggak boleh kesana karena perjalanannya jauh."ujar anak itu dengan memeluk Gio dengan sangat erat.

Diantara banyak anak-anak yang lain, hanya Regy yang sangat dekat dengannya. Sudah pasti saat berjauhan seperti sekarang, anak itu akan langsunh mencari dimana keberadaannya bahkan jika bisa mungkin saja Regy ingin ikut bersama dengannya.

"Waktu kamu sudah tidur dengan teman-teman yang lainnya, kakak datang kesini. Kakak ingin melihat bagaimana keadaan adik kakak disini,"ujar Gio dengan mengelus surai milik anak yang sekarang tengah menatapnya, dengan senyuman.

Sekarang Regy baru berusia lima tahun lebih, namun diumurnya sekarang anak itu sudah sangat pandai berbicara tentang banyak hal karena ia sering mengajari Regy, yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Nasib mereka hampir sama, itu sebabnya Gio merasa ada ikatan khusus diantara mereka berdua, kerena anak-anak yang lain belum tentu dekat dengannya tapi Regy sangat dekat.

"Aku sudah pasti baik disini. Kakak sendiri gimana? Disana semua orang baik kan? Mereka nggak jahat sama kakak? Kalau ada orang jahat sama kakak, bilang sama aku nanti biar aku yang pukul dia."ujar Regy dengan sangat cepat.

Membuat Gio tersenyum kecil, ia sendiri bingung bagaimana cara mengatakan bagaimana suasana hatinya sekarang karena semuanya terasa sangat sakit dan juga sesak.

Disaat ia sudah mencintai Kafano semua ini terjadi dan mungkin saja mereka akan bercerai sebentar lagi tanpa bisa dihindari. Ia hanya bisa berdoa semoga Kafano bisa memikirkan semuanya setelah ia pergi dari sana jika memang kehadirannya sangat dibutuhkan oleh suaminya itu.

Tapi jika nanti Kafano mengirim surat perceraian kesini, maka mau tak mau ia harus menanda tangani itu semua karena itu artinya ia memang tak ada artinya disana. Karena meluluhkan hati seorang pria yang sudah sangat keras sangatlah susah, sehingga yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit.

Namun entah kenapa setelah ini semua, ia masih bisa mencintai suaminya itu dengan sangat dalam tanpa memikirkan bagaimana pernikahan ini nantinya.

"Aku baik juga. Disana orang-orang pada baik semua, sama seperti disini."ujar Gio dengan senyuman miliknya, setelah itu semua Regy segera beranjak dari dalam kamar mereka bersama dengan teman-teman yang lainnya, meninggalkan Gio sendirian didalam kamar ini.

Gio menunduk, menatap cincin yang sekarang ada dijari manisnya. Ini cincin yang Kafano kenakan saat mereka menikah waktu itu, mungkin ia sudah pergi dari rumah itu namun kenangannya masih ada bersama dengannya sekarang.

"Gio."

Gio langsung menatap kearah samping, dimana ada ibu panti yang tengah berjalan masuk kedalam kamar miliknya dan juga anak-anak yang lainnya.

"Bagaimana kondisi kamu sekarang? Tadi malam ibu ingin bertanya apa yang terjadi sama kamu, tapi saat melihat kondisi kamu kurang baik, ibu memutuskan untuk menunda dulu semuanya."ujar ibu panti dengan mengelus surai hitam pemuda yang dulu ia besarkan dengan tangannya sendiri.

Diantara penjaga panti disini hanya dirinya yang ingin sekali merawat Gio apapun yang terjadi, karena jatuh cinta pada ke lucuan bayi itu, sampai sekarang ia melihat sendiri anak yang ia besarkan tumbuh dengan baik.

Gio menunduk, ia tak bisa berbohong pada ibu panti, karena disini ia bebas mengatakan semua yang ia rasakan selama berada disana beberapa hari yang lalu.

"Kafano bersikap kurang baik sama kamu? Atau bersikap kasar?"ujar ibu panti dengan selembut mungkin, ia tahu ini pasti akan terjadi nantinya namun ia tak bisa melakukan apa-apa karena Nadia ibu Kafano merupakan donatur terbesar disini, bahkan wanita itu pernah ingin mengadopsi Gio namun ia menolak.

Sampai Nadia memintanya menikahkan Gio dengan Kafano, ia tak bisa menolak sama sekali karena rasa segan akan Nadia semakin besar sehingga mau tak mau ia membiarkan Gio bersama dengan Kafano.

"Ibu Nadia sudah mengatakan semuanya sama aku saat kami sudah menikah. Kalau mas Kafano memang kasar dan sulit untuk ditebak, dia memintaku untuk mengubahnya menjadi lebih baik dengan sikap baikku. Tapi itu semua tak cukup karena mas Fano memang menutup rapat-rapat semua tentang dia, sangat susah untuk mendekatinya. Bahkan selama empat hari ini kami hanya berbicara beberapa kali saja berdua, itupun tak panjang ..."

"Selama bersamanya aku merasakan cinta. Dalam empat hari aku sudah mencintai dia, namun dia masih tetap sama bahkan dia terlihat menderita saat bersama denganku. Semalam kondisinya sangat kacau karena perkataan seseorang tentang diriku dan juga dia. Aku sakit melihatnya seperti itu sehingga memutuskan untuk pergi dari sana dengan sangat berat hati. Meninggalkan pria yang aku cintai disana, berharap dia akan berubah atau malah akan langsung menceraikan ku nanti."

Ibu panti langsung memeluk Gio dengan sangat erat, ia mengerti apa yang anaknya itu rasakan. Semua ini karenanya, andai saja ia tak setuju mungkin Gio tak akan merasa sakit.

"Aku bahagia bersama dengannya bu, aku senang bersamanya, tenang bersamanya ..."ujar Gio dengan pelukan yang ia per erat. Rasanya sangat lega bisa membagi semuanya pada wanita yang sudah membesarkan dirinya selama ini.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang