Bab 8

10.7K 660 3
                                    

Gio terdiam saat kedua orang tua Kafano menatap kearahnya. Pasti mereka akan memberi banyak pertanyaan untuknya sekarang karena sudah mendapatkan semua ini, saat mereka bertanya ia selalu mengatakan jika semuanya baik-baik saja karena tak ingin membuat mereka merasa khawatir namun sekarang saat mereka melihat sendiri apa yang Kafano katakan, Gio ragu jika semua perkataannya akan dipercayai lagi oleh kedua orang tua suaminya itu.

"Gio ..." suara yang akan Nadia katakan tercekat begitu saja didalam hatinya sekarang, selama beberapa hari ini ia selalu bertanya pada menantunya itu bagaimana sikap anaknya pada Gio, namun menantunya itu mengatakan jika semuanya baik-baik saja karena kafano selalu baik padanya, tapi sekarang saat melihat sendiri bagaimana tingkah anaknya yaitu Kafano, ia merasa ragu jika selama beberapa hari ini Gio diperlakukan dengan baik.

Dengan pelan ia mulai berjalan mendekat kearah menantunya itu, sebelum memeluk tubuh yang terasa sangat kurus itu dengan pelan.

Karena semua ini ia menjadi sangat bersalah pada Gio karena sudah membawa pemuda yang tak tahu apa-apa itu, dalam urusan keluarga mereka yang sangat rumit ini.

Niatnya dulu ingin menjadikan Gio bagian dari keluarga mereka, agar bisa membuat pemuda itu merasa bahagia dan juga mendapatkan banyak kasih sayang dari mereka, namun semua itu ternyata salah. Dengan membawa Gio dalam rumah mereka dengan menjadikan pemuda itu sebagai menanti mereka, ternyata itu kesalahan terbesar mereka.

"Maafkan ibu karena sudah membuatmu dalam kondisi seperti ini. Ibu tak berniat membuatmu merasa sakit sekarang."ujar Nadia dengan isakan tangis yang mulai terdengar, membuat Gio yang sejak tadi terdiam langsung membalas pelukan wanita yang selama ini ia anggap sebagai orang tua kandung sendiri.

Ia menggeleng dengan cepat saat mendengar semua yang ibu mertuanya itu katakan, karena disini tak ada yang bisa disalahkan.

"Ibu tak salah sama sekali. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya kan? Aku yakin pilihan yang ibu berikan untukku sekarang inilah yang terbaik. Hanya saja untuk itu semua harus lebih banyak usaha lagi."ujar Gio dengan membalas pelukan yang ibunya itu berikan.

Ia sama sekali tak merasa jika takdir yang sudah ibunya itu berikan justru membuatnya merasa sakit, ia malah merasa senang karena bisa mendapatkan semua ini. Bisa mempunyai keluarga yang sangat baik padanya, walaupun suaminya masih belum bisa menerimanya dengan baik.

"Kafano pasti selalu bersikap kasar sama kamu kan? Atau dia sering memperlakukanmu dengan kasar? Apa saat malam pertama kalian itu, kamu sakitkan? Apa itu karena Kafano? Kamu harus jawab ibu dengan jujur sekarang, tak boleh ada kebohongan apapun."ujar Nadia dengan menatap menantunya itu,  ia ingin Gio berkata jujur agar nanti dengan perlahan dirinya akan membuat Kafano mengerti walaupun itu cukup sulit.

Gio terdiam, ia tak bisa lagi berbohong sekararang, tapi untuk mengatakan semua yang sudah Kafano berikan padanya selama beberapa hari ini ia tak bisa.

"Ibu sendiri pernah mengatakan sama aku kalau mas Fano itu pribadi yang sangat dingin dan juga kasar. Sudah pasti dia akan bersikap kasar dengan kata-katanya, terlebih sama aku yang hanya orang baru yang datang didalam hidupnya, pasti dia merasa tak suka dengan apa yang terjadi sekarang. Selama beberapa hari ini, aku hanya mendapatkan perkataan kasarnya seperti tadi saja tak lebih, itupun tak selalu karena dia sangat jarang ingin berbicara. Dan untuk malam pertama aku sakit waktu itu, itu memang karena kelelahan akibat terlalu lama berdiri saat acara pernikahan berlangsung."ujar Gio dengan jujur, namun semua perlakukan Kafano tak ia katakan karena itu hanya akan membuat hubungan mereka semakin merenggang.

Nadia menatap sendu kearah Gio, semua perubahan yang terjadi pada Kafano sekarang, baik dirinya maupun suaminya tak tahu apa penyebabnya. Yang hanya ia tahu, semua ini ada sejak Kafano lulus sekolahnya, semuanya mulai berubah bahkan Kafano yang dulunya bersikap baik, menjadi sangat berubah dengan sikap kasarnya itu.

"Kamu tahu? Baik ibu maupun ayah tak tahu alasan yang pasti kenapa Kafano bisa berubah seperti ini. Yang kami tahu hanyalah, dia mulai berubah setelah lulus sekolah, mulai bersikap nakal, tak mendengarkan apa yang kami katakan, padahal dulunya dia sangat baik sama sepertimu."ucap Nadia dengan nada sendu miliknya, membuat Gio terdiam mendengar semua itu. Sudah ia katakan jika semua yang terjadi pada Kafano itu ada sebabnya, namun untuk membuatnya bercerita itu akan sangat sulit karena Kafano selalu menutup dirinya.

"Aku akan berusaha membantu apapun yang aku bisa nantinya. Semoga saja suatu saat nanti Mas Fano bisa menceritakan semuanya agar kita tahu apa penyebab ini semua bisa terjadi."

****

Kafano menatap datar kearah beberapa dokumen yang ada dihadapan dirinya sekarang, semua itu sudah ia kerjakan sebagian sehingga tertinggal sebagian lagi namun entah kenapa ia merasa malas mengerjakan itu semua sekarang.

Padahal setiap harinya ia selalu berurusan dengan ini semua tanpa merasa bosan sedikitpun, sampai-sampai pulang sangat larut karena ingin menyelesaikan semuanya.

Apa lagi semua dokumen ini akan bertambah setiap harinya jika tak ia periksa, sehingga sekarang saat merasa tak mood mengerjakan itu semua, Kafano hanya menatap datar kearah dokumen itu.

Masalah tadi pagi selalu muncul didalam pikirannya sekarang, seakan-akan ia tengah melakukan dosa besar dengan langsung berangkat dari dari rumah tanpa memikirkan apa yang akan kedua orang tuanya katakan, apa lagi saat melihat tatapan sendu Gio tadi, ia merasa aneh.

Padahal sebelum ini semua, setiap ia melakukan hal yang bisa menyakiti orang lain, ia tak pernah merasa aneh sedikitpun tapi sekarang?

Terdengar suara ketukan pintu diruang kerja miliknya, membuat Kafano langsung menatap pintu itu sebelum menekan tombol agar pintu itu terbuka, terlihat sekretarisnya berjalan masuk dengan membawa tablet ditangannya, membuat Kafano merasa penasaran apa yang tengah sekretarisnya itu bawah sekarang.

"Permisi tuan. Maaf sebelumnya jika mengganggu waktu Anda sekarang. Saya hanya ingin nengatakan jika tadi pak Hendra sempat memberi saya e-mail, dia mengatakan jika nanti malam dia ingin bertemu dengan Anda. Bukan hanya Anda saja namun istri Anda juga, dia berharap Anda mau datang ke hotel miliknya nanti malam, sekalian membahas tentang bisnis kita bersama dengan pak Hendra juga."

Kafano menganguk, membuat sekretarisnya itu langsung meminta izin undur diri dari sana.

"Kenapa setiap orang yang berhubungan dengan saya, selalu mencoba membuat saya dekat dengan pemuda itu? Jika nanti saya menolak sudah pasti pak Hendra akan membatalkan kerja sama kami nanti."ujar Kafano dengan nada tak suka miliknya, semua hal yang ada selalu memaksanya menjadi orang baik, ia benci semua itu.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang