Bab 14

10.4K 612 6
                                    

Kafano terdiam di dalam kamar miliknya saat hari sudah mulai beranjak pagi. Dari semalam ia tak bisa tidur, padahal semua masalahnya sudah selesai dan juga menghilang karena Gio sudah pergi dari sini.

Namun entah kenapa ia merasa sedikit berbeda sehingga tak bisa tidur dari semalam.

Terdengar ketukan pintu dipintu kamar miliknya membuat Kafano mau tak mau beranjak dari atas tempat tidur untuk melihat siapa yang sekarang mendatangi dirinya pagi-pagi seperti ini, selama empat hari yang lalu ia selalu merasa tenang saat tidur karena Gio sama sekali tak mengganggu dirinya, namun sekarang pagi-pagi sekali sudah ada yang menggangu ke tenangan miliknya.

Terlihat ayahnya tengah berdiri didepan pintu kamar miliknya, membuat Kafano terdiam menunggu apa yang akan ayahnya itu katakan, karena selama ia dewasa sekarang, dirinya tak pernah lagi berbincang tentang hal yang menyenangkan bersama dengan ayahnya ataupun ibunya, ia hanya menghormati mereka karena sudah membesarkan dirinya, tak lebih dari itu.

Terdengar sangat jahat, namun inilah Kafano sekarang. Ia bukan pemuda baik seperti dulu, ia hanya pria jahat yang ingin mencari ketenangan lewat diamnya.

"Bisa kita bicara berdua sekarang? Ayah ingin kita membicarakan semua ini, sebagai sesama seorang pria. Karena pria sejati tak akan menjauh dari tugasnya."ujar Braham dengan menatap anak tunggalnya itu, ia tahu jika Kafano yang sekarang tak ingin terlalu banyak diganggu, namun jika bukan sekarang lalu kapan lagi ia harus memberi nasehat pada anaknya itu?

Kafano menganguk sebelum berjalan masuk kedalam kamar miliknya. Ia terdiam menatap kearah jendela kaca besar yang ada didalam kamar miliknya tanpa melihat kearah ayahnya yang ingin mengatakan sesuatu sekarang ini.

"Dimana Gio?"tanya Braham dengan menatap segala tempat yang ada didalam kamar anaknya ini. Semuanya sudah jauh berubah, tak ada lagi warna cerah didalam kamar Kafano seperti dulu, sekarang hanya ada hal berwarna hitam saja didalam sini.

Kafano terdiam ia tak tahu harus mengatakan apa sekarang, karena Gio sudah pergi tanpa ia usir seperti dulu lagi.

"Gio pulang kembali ke panti asuhan kan?"ujar Braham dengan tatapan nanar miliknya. Sopir pribadi miliknya yaitu Muk mengatakan padanya jika semalam ia habis mengantar Gio pulang ke panti asuhan, malam-malam sekali.

Mendengar itu semua ia tak bisa berpikir jernih karena semua ini pasti ada hubungannya dengan Kafano. Apa lagi saat Muk mengatakan jika kondisi Gio semalam kurang dibilang baik.

Kafano menatap kearah ayahnya itu sebentar sebelum menatap kearah lain, ia tak ingin menatap wajah kecewa itu sekarang karena sejak pernikahan itu ia tak pernah menyuruh kedua orang tuanya berharap padanya, salah mereka sendiri yang terlalu berharap pada manusia sepertinya.

"Menikah denganmu bukan pilihannya, melainkan pilihan dari ayah dan juga ibu untukmu. Sejak dulu kami ingin sekali dia menjadi bagian dari keluarga kita, namun pihak panti asuhan menolak keras saat kami mengajukan permintaaan ini mengadopsi Gio. Dia anak yang sangat baik, membuat kami merasa jika kami menemukan kamu yang dulu didalam dirinya. Rencana kami ingin mengadopsi dia gagal karena ditolak oleh pihak panti asuhan."

Braham menatap kearah Kafano yang sepertinya tengah mendengarkan apa yang tengah ia katakan sekarang.

"Lama kami menunggu. Menunggu kamu bisa menikah dengan seseorang namun nyatanya kamu juga belum menikah sampai saat itu. Sehingga kami memutuskan untuk menikahkan kalian berdua agar kamu bisa sedikit berubah saat bersama dengan Gio."

"Tapi itu semua masih tak bisa membuatmu berubah sehingga sering kali bersikap kasar padanya, ayah pernah melihat pipinya lebam mungkin itu juga karenamu? Tapi dia masih bertahan karena ia tak ingin pernikahan kalian hancur. Dia sangat menghargai apa itu sebuah hubungan, dia bisa mengerti tentang bagaimana kamu, bisa tahan berada disisimu setelah apa yang kamu lakukan padanya, tapi sekarang? Dia memilih pergi karena sudah muak dengan segala sikapmu itu."

Braham menatap kearah Kafano yang sekarang tengah menatap kearah lain tanpa ada niatan untuk melihat kearahnya.

"Ayah tahu semua yang terjadi sekarang bukan tanpa alasan. Pasti kamu mempunyai alasan tersendiri kenapa bisa melakukan ini semua pada pemuda sebaik dia. Mungkin ada luka masa lalu? Ayah tak terlalu tahu tentang semua ini. Tapi belajarlah untuk melupakan semua itu sebagai kenangan buruk didalam hidupmu, karena hidup tak harus berputar dalam gelombang masa lalu yang selalu datang. Belajar untuk menerimanya dengan perlahan walaupun itu sulit, jangan sampai kamu menyakiti orang yang sangat baik untukmu, hanya karena masa lalu yang sudah lama."ujar Braham dengan menatap kearah anaknya itu. Tak ada orang tua yang ingin anaknya terus-terusan bersikap buruk.

Braham akan memberikan nasehat apapun yang ia miliki apa anaknya itu, agar Kafano tak berada didalam putaran gelap itu terus-menerus. Anaknya itu harus bahagia bersama dengan pasangannya seperti orang lain diluar sana.

"Ingat ini, jika mau terus-terusan membiarkan masa lalu itu mendatangimu, maka itu sama saja dengan kamu sudah kalah karena masih membiarkan orang yang membuatmu seperti ini bahagia bisa melihatmu sengsara dan juga tanpa kebahagiaan. Tunjukan pada dia kalau memang kamu bisa keluar dari luka masa lalu yang dia berikan."ujar Braham dengan menepuk bahu anaknya dengan pelan.

Ia tahu ada luka mendalam dari tatapan anaknya itu, tapi sayangnya ia tak bisa tahu apa yang menyebabkan ini semua.

****

Kafano terdiam, semua yang ayahnya katakan itu memang benar.

Jika ia terus-terusan terjebak dalam luka masa lalu, itu sama saja membuat Rania bahagia karena sudah membuat hidupnya hancur sampai sekarang. Pasti saat melihat kondisinya seperti ini Rania akan tertawa senang, ia tak akan membiarkan semua itu terjadi.

Sekarang ia akan belajar untuk melupakan semuanya agar semua ini tak selalu menghantui dirinya, walaupun itu akan terasa sangat sulit, dan sekarang Kafano merasa jika sifat dinginnya juga tak bisa diubah lagi karena ini semua seperti sudah menyatu didalam dirinya.

"Saya tak akan pernah membiarkan kau datang lagi didalam pikiran saya. Sudah cukup 11 tahun ini saya habiskan untuk memendam semua rasa sakitnya sendirian, sekarang tidak lagi. Kau akan segera saya lenyapkan dari dalam pikiran ini."ujar Kafano dengan menatap datar kearah jendela kaca miliknya.

Ia akan berusaha melupakan semuanya dan belajar menerima semuanya sebagai kenangan buruk didalam hidupnya.

Ia tak ingin terus-terusan seperti ini sehingga membuat Rania merasa senang karena telah berhasil melukai dirinya sampai seperti ini. Kafano berjanji pada dirinya sendiri sekarang, ia tak akan membiarkan masa lalu menghantuinya lagi.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang