Bab 30

10.2K 502 6
                                    

Kafano terdiam didalam kamar miliknya. Hari ini kedua orang tuanya memutuskan untuk menjaga Gio dirumah sakit, sedangkan dirinya disuruh pulang oleh kedua orang tuanya, karena sudah satu minggu lebih ia berada dirumah sakit untuk menemani Gio disana, kedua orang tuanya memaksa ia pulang karena tak ingin dirinya ikut sakit karena memaksa menetap disana.

Selama satu minggu berada dirumah sakit, ia merasa lebih tenang karena ada rasa nyaman saat dekat dengan Gio, walaupun pemuda itu belum menunjukan tanda-tanda akan siuman. Dokter mengatakan ini memang biasa terjadi saat selesai melakukan operasi jantung, karena tubuh penerima sulit untuk beradaptasi dengan jantung yang baru, tapi tetap saja rasanya sangat aneh karena biasanya hari-harinya diisi dengan kehadiran Gio disampingnya.

Pemuda itu akan membangunkan dirinya, menyuruhnya tidur jika sedang sibuk dengan kerjaannya, bahkan sampai menemaninya bergadang, namun itu semua menghilang membuat ia merasa sangat-sangat aneh.

Sekarang saja saat berada didalam kamar yang biasa mereka tempati bersama selama beberapa hari ini, ia merasa aneh karena tak ada lagi sosok Gio yang akan menemaninya dengan penuh semangat. Didalam sini hanya diisi dengan rasa dingin dan juga hampa, sama seperti dulu saat ia masih sendiri. Rasanya sangat aneh saat sudah terbiasa dengan kehadiran seseorang didalam hidup kita, lalu orang itu dengan begitu tiba-tiba menghilang begitu saja, rasanya sangat aneh dan juga asing dan itulah yang Kafano rasakan sekarang, hampa, kosong, sepi, dan menyakitkan.

"Saya masih menunggu janji yang kau katakan jika kau tak akan meninggalkan saya."

Kafano berjalan kearah tempat tidur untuk segera beristirahat, karena sejak tadi ia hanya melamun didalam kamar miliknya tanpa ada niatan untuk beristirahat, padahal kedua orang tuanya sudah menyuruhnya untuk beristirahat saja dirumah agar nanti bisa kembali menemani Gio dirumah sakit. Entahlah, ia merasa tak bisa tidur karena tak ada Gio disampingnya sekarang, katakan lah ia seperti anak kecil karena masih membutuhkan teman untuk tidur karena inilah kenyataannya, sejak terbiasa akan kehadiran Gio, ia merasa aneh saat tak ada pemuda itu disini.

Dengan perlahan Kafano membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, tatapan itu mengarah pada langit-langit kamar miliknya dengan pikiran jauh, ia masih sangat berharap jika Gio akan kembali dan mereka bisa memperbaiki semuanya.

Membentuk keluarga yang baik dan juga bahagia tanpa harus memikirkan semuanya lagi, namun itu semua hanyalah sekedar harapan saja, karena nyatanya sekarang pemuda itu tak kembali lagi. Gio masih ingin beristirahat sekarang, tanpa ingin melihatnya lagi.

Kedua mata tajam itu dengan perlahan tertutup menandakan jika Kafano sudah tertidur sekarang, setelah satu minggu lebih terjaga dan tidur sebentar, sekarang ia bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus memikirkan semuanya lagi.

*****

Kedua mata tajam Kafano terbuka saat mendengar suara yang tak asing di telinga miliknya.

"Mas ... bangun ..."

Tatapan itu mengarah kearah samping dimana ada Gio yang tengah tersenyum manis kearahnya, senyuman yang sudah ia nantikan selama satu minggu ini. Dengan cepat Kafano langsung mendudukan dirinya dengan senyuman tipis miliknya, setelah penantian selama satu minggu lebih akhirnya ia bisa melihat senyuman itu lagi dan juga panggilan lembut itu.

"Kau ingin kemana?"ujar Kafano saat melihat Gio akan beranjak, bahkan tangan itu dengan cepat mencekal pergelangan tangan Gio, membuat pemuda itu membalik tubuhnya dengan senyuman yang selalu ada setiap harinya, senyuman yang selama ini mengisi hari-harinya.

"Mas lupa? Sekarang tugasku sudah selesai. Oleh karena itu aku akan pergi sekarang, mas tahu sendiri bukan jika selama ini kita bersama  untuk mengubah kamu menjadi lebih baik lagi, dan sekarang mas Fano sudah menjadi lebih baik lagi. Itu artinya aku harus pergi kan? Tugasku untuk mengubah mas Fano sudah selesai sekarang."

Kafano menggeleng dengan cepat, bahkan genggaman tanganya di pergelangan tangan Gio mengerat. Ia tak ingin pemuda itu pergi karena sekarang mereka sudah bersama dan pemuda itu sendiri yang mengatakan padanya jika Gio mencintainya bukan? Lalu untuk apa perpisahan? Jika Gio melakukan ini semua karena terlalu lama menunggu maka ia akan mengatakan semuanya sekarang.

"Tidak. Saya tak akan membiarkan kamu pergi. Kamu sendiri yang mengatakan jika kau mencintai saya bukan? Itu artinya kau tak akan pernah meninggalkan saya sekarang. Kau juga mengatakan jika akan menunggu saya membalas cinta yang kau berikan, maka kau harus mendengarkan semuanya sekarang."

Kafano menatap dalam pada kedua mata bulat yang terlihat sangat berbeda itu, tak ada tatapan penuh cinta lagi. Disana hanya ada tatapan biasa saja, ia tak ingin melihat itu, ia ingin melihat tatapan penuh cinta itu kembali karena tatapan yang sekarang Gio berikan sangat berbeda dan ia tak menyukai itu.

Gio melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan pemuda itu sebelum memundurkan dirinya sedikit.

"Mas tak akan mengerti. Aku memang sangat mencintai mas Fano, namun kita sudah tak bisa bersama-sama lagi. Sekarang mas mempunyai jalan sendiri, begitupun denganku. Kita akan berjalan dengan tujuan masing-masing, kita tak bisa bersama lagi karena sekarang kita berbeda. Aku berharap mas mengerti dan mas akan tetap menjadi pribadi yaang baik seperti ini terus apapun yang terjadi nantinya."

Kafano beranjak dari tempat duduknya untuk meraih pergelangan tangan Gio lagi, namun anehnya ia tak bisa melakukan itu semua.

"Gio!"

"Gio, saya mohon jangan tinggalkan saya, Gio!"

"Gio! Kau sudah berjanji ingin terus bersama dengan saya 'kan? Maka lakukan itu! Tak akan ada yang akan menghalangimu lagi!"

"Gio! Saya mohon!"

"GIO!"

Napas Kafano memburu dengan tubuh yang penuh dengan keringat, bahkan tubuhnya terasa sangat dingin sekarang. Mata itu terlihat sangat memerah, sebelum menatap kearah samping dengan cepat, dimana ada Gio yang tengah tersenyum padanya tadi.

Kafano beranjak dari tempat duduknya untuk mencari Gio didalam kamar ini, mulai dari dalam kamar mandi, ruang ganti pakaian, tempat kerja namun nihil ia tak bisa menemukan pemuda itu.

"Gio?"

Tatapan Kafano tanda sengaja mengarah pada jam yang ada didalam kamar miliknya, sekarang baru jam satu dini hari tapi kenapa ia bisa merasakan itu semua? Semuanya terasa nyata seakan-akan pemuda itu memang ada di dalam kamar ini tadi, tapi kenapa saat ia sadar Gio sudah pergi?

Apa ini semua hanya mimpi? Tapi kenapa mimpinya terasa sangat nyata? Bahkan sampai membuatnya berkeringat seperti ini, ini semua memang mimpi itu artinya Gio tak meninggalkannya bukan?

Kafano merasa gelisah sekarang, ingin sekali datang kerumah sakit, tapi ia takut mengganggu saja disana karena sekarang pasti sudah tutup karena larut malam.

Bersambung..

Votmen_

#bercanda~🗿🙏

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang