Bab 23

9.5K 576 24
                                    

"Makasih mas Fanoku!"

Setelah mengatakan itu semua, Gio langsung berjalan kearah penjual yang sangat ingin sekali ia beli dagangannya. Ia tahu walaupun banyak yang dirinya inginkan disini, namun ia tetap harus sadar jika ini semua Gio beli maka akan terbuang sia-sia saja karena tak dimakan, jadi lebih baik dari pada membuang-buang makanan saja, ia akan membeli apa yang sangat ia inginkan saja.

"Permisi pak, aku mau arum manisnya tiga ya! Yang ukuran paling besar!"ujar Gio saat sampai ditempat yang sangat ingin ia tuju selama ini saat ikut ibu panti, berbelanja disini.

Waktu itu ia tak punya uang untuk membeli arum manis, ingin meminta dibelikan pun ia merasa sungkan karena sudah pasti bukan hanya ia saja yang ingin arum manis ini, maka dari itu ia memilih menahan semuanya sampai sekarang semua keinginannya tercapai.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Gio kembali mendatangi Kafano yang sepertinya tengah menunggu dirinya disana, ditempat penjual sate tadi.

"Sudah?"tanya Kafano, sejak tadi ia melihat apa yang tengah Gio lakukan. Ia mengira pemuda itu akan membeli banyak makanan dan juga hal yang lainnya, namun nyatanya ia salah karena sekarang Gio kembali dengan membawa tiga bungkusan arum manis saja, tanpa ada makanan yang lainnya.

"Sudah! Makasih untuk arum manisnya."ujar Gio dengan senyuman mengembang miliknya, ia akan langsung pulang bersama dengan suaminya itu agar bisa menikmati sate yang tadi mereka beli, dan juga arum manis yang ia beli tadi.

Kafano hanya menganguk sebagai jawaban untuk Gio karena sekarang ia mulai fokus untuk menyetir mobil miliknya.

"Mas tahu? Dulu aku sering ikut ibu panti ke tempat kita beli sate dan juga arum manis tadi. Ibu panti bilang disana semua jualannya terjangkau, maka dari itu aku sering ikut sama ibu panti kesana untuk membantu dia berbelanja."ujar Gio dengan menceritakan kebiasaannya yang dulu, ia memang sangat terbuka dengan Kafano, ia merasa tak ada yang perlu di tutupi dari pria yang sudah menjadi suaminya itu, karena mereka sudah menikah sekarang.

***

Setelah membersihkan dirinya lebih dulu dari Kafano, sekarang Gio bergegas untuk menyiapkan piring dan juga yang lainnya agar mereka bisa segera makan malam, selagi menunggu suaminya itu mandi sekarang.

Ia memutuskan untuk makan didalam kamar saja biar lebih mudah lagi.

Saat Kafano selesai mandi, pria itu langsung berjalan mendekat kearah Gio yang tengah duduk lesehan didekat sofa yang ada, duduk disamping pemuda itu, sebelum mengambil jatah makanan miliknya.

"Selamat makan!"ujar Gio dengan semangat, ia sangat menikmati makanan miliknya begitupun dengan Kafano, ia merasa makanan dipinggir jalan tak begitu buruk karena rasanya sama-sama enak, apa lagi dengan harga terjangkau.

"Mas, aaa~"ujar Gio dengan mendekatkan sendok kearah suaminya itu bermaksud ingin menyuapi Kafano, membuat pria itu hanya terdiam tanpa menerima suapan yang Gio berikan, membuat pemuda itu langsung ingin menarik tangannya kembali sebelum ditahan oleh Kafano, dengan pelan pria itu mulai makan suapan makanan dari Gio, membuat pemuda itu tersenyum malu sekarang.

"Mas suka makanannya? Aku suka banget! Soalnya selain murah, ini juga enak!"ujar Gio seperti biasa, sejak Kafano mulai berubah ia juga mulai membuka sifat aslinya yaitu selalu ceria dan juga suka bicara.

"Suka."ujar Kafano dengan senyuman tipis miliknya, Gio selalu bisa membuatnya tersenyum terus-menerus entah kenapa, seperti ada daya tarik tersendiri untuk membuatnya tersenyum tipis.

***

Gio menatap langit-langit kamar dengan kedua mata bulat miliknya, saat mereka berdua sudah membaringkan diri diatas tempat tidur sekarang.

"Mas?"ujar Gio, ia belum bisa tidur sekarang maka dari itu ia ingin berbicara sebentar dengan suaminya itu, itupun kalau Kafano tak tidur sekarang.

"Hm."

Kafano menatap kearah samping dimana ada Gio yang tengah menatap kearah langit-langit kamar sekarang. Pemuda itu pasti tak bisa tidur sekarang ini, ia tahu itu semua. Karena ia juga tak bisa tidur sekarang entah karena apa.

"Kalau misalnya suatu saat nanti mas mulai bosan dengan hubungan kita, dan juga masih belum bisa mencintaiku. Mas langsung katakan saja ya nanti? Aku tak ingin mas merasa terbebani dengan hubungan ini, sedangkan hanya aku yang merasa senang disini. Jika hari itu datang maka aku akan benar-benar pergi dari kehidupannya mas Fano dan tak akan mengganggu mas lagi nantinya."ujar Gio, ia merasa jika nanti setelah mereka sama-sama menjalani hubungan ini kedepannya nanti, dan Kafano masih belum bisa mencintai dirinya maka ia rela jika harus berpisah nantinya, namun jika semuanya berjalan dengan baik maka ia berjanji akan menjadi istri yang baik untuk pria itu.

Kafano mendudukan dirinya saat merasa jika pembahasan Gio sudah cukup berat sekarang, kenapa tiba-tiba pemuda itu membicarakan tentang perpisahan? Bukannya Gio sendiri yang mengatakan jika dia tak menyukai perpisahan lalu apa yang ia dengar tadi.

"Kenapa tiba-tiba kau membahas tentang perpisahan seperti ini? Bukannya kau sendiri yang mengatakan jika tak menyukai perpisahan tapi apa ini?"ujar Kafano secara refleks, ia tak suka pembahasan seperti ini sekarang, entah karena apa.

Gio ikut mendudukan dirinya juga, sebelum tersenyum kecil kearah suaminya itu.

"Aku kan cuman bilang kalau misalnya. Kitakan nggak tau gimana kedepannya, yakan mas? Kita nggak bisa mengatur hati kita kan? Jika nanti mas memang tak mencintaiku, aku bisa apa selain pergi."ujar Gio lagi.

Entahlah, ia merasa jika semua ini harus ia katakan sekarang. Dirinya sudah merasa sangat bahagia sekarang, jadi jika nanti Kafano mengatakan jika ingin melepasnya pergi, maka ia akan pergi. Semua kebahagiaan ini sudah sangat berarti untuknya.

Kafano terdiam, entah kenapa mendengar ini semua ia ingin sekali marah karena tak terima dengan perkataan pemuda itu sekarang. Ada rasa aneh yang muncul namun ia tak bisa mengatakan apa itu.

"Mas tahu? Dulu aku merasa dunia sangat jahat denganku karena membuat takdir seperti ini. Namun setelah hidup bersama dengan mas Fano selama beberapa hari ini, aku merasa jika semua pemikiranku dulu itu salah. Nyatanya takdir begitu baik dengan menghadirkan sosok mas Fano didalam hidupku sekarang."ujar Gio yang sekarang mulai menatap kearah Kafano, membuat pria itu terdiam.

Kenapa setiap perlakukan pemuda itu sekarang, selalu membuatnya merasa aneh entah karena apa. Gio mampu membuatnya tak bisa berkata-kata lagi sekarang, rasa ingin marahnya tadi langsung menghilang.

Pemuda itu seperti bulan yang selalu bisa membuatnya merasa tenang sekarang.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang