Bab 21

10.2K 601 9
                                    

Gio mengikuti Kafano dengan pelan, ia merasa kurang nyaman karena banyak yang memerhatikan dirinya sejak tadi.

Suaminya itu mengatakan jika mereka akan makan malam disini agar nanti bisa langsung pulang dan juga istirahat.

Ia lebih memilih masak sendiri dirumah walaupun membutuhkan waktu yang lama, karena saat berada disini ia merass kurang nyaman dengan tatapan orang-orang. Ia tahu tatapan itu bukan untuknya saja tadi Kafano juga, tapi rasanya tetap saja kurang nyaman.

Sedangkan Kafano sendiri. Pria itu sangat sadar akan tatapan orang-orang yang mengarah pada mereka berdua, namun ia memilih cuek karena mereka hanya bisa menatap mereka saja tanpa bisa melakukan hal apapun itu, jadi ia tak terlalu khawatir untuk itu semua.

Saat sampai di meja yang sudah ia pesan, Kafano langsung duduk diikuti Gio yang sekarang tengah menatap suaminya itu dengan tatapan aneh. Ia merasa tak nyaman, sangat tak nyaman sekarang.

"Kau kenapa?"tanya Kafano karena saat mereka keluar dari mobil tadi, Gio masih bisa tersenyum kearahnya bahkan sampai lesung pipinya terlihat. Namun sekarang pemuda itu terlihat sangat murung dengan tatapan aneh miliknya.

Gio tersentak sebelum kembali membalas tatapan yang suaminya berikan. Ia menatap kearah lain untuk melihat apa mereka masih menatap mereka, dan benar saja mereka masih menatap kearahnya tanpa fokus pada makanannya.

"Mas sadar ada yang liatin kita sepanjang jalan dan juga sekarang nggak?"tanya Gio, ia merasa mungkin Kafano juga merasa kurang nyaman sepertinya karena diperhatikan seperti itu.

Kafano menatap kearah sekitar sebelum menganguk, ia tahu itu semua namun ia sama sekali tak merasa takut akan semua itu, karena disini ia dilindungi selain karena ia pengusaha besar, dirinya juga sering datang kesini saat berbicara dengan rekan kerjanya, dengan kata lain ia pelangan disini.

"Biarkan saja dia menatap kita seperti itu. Toh dia tak akan berani mendatangi kita atau melakukan hal yang nekad karena tak ada yang berani melakukan semua itu. Menjadi berbeda memang seperti ini, kau harus tahan akan tatapan tak suka orang lain. Saya juga baru membiasakan ini semua."

Kafano mengatakan itu bukan tanpa sebab apapun, karena mereka memang berbeda kan? Itu sebabnya mereka menatap dirinya dan juga Gio seperti melihat pelaku pembunuhan berencana. Ia sudah mulai membiasakab semua ini saat sudah menikah dengan Gio karena ia tahu resiko menjadi berbeda itu sangatlah sulit.

Gio menganguk, ia hanya merasa takut dan juga kurang nyaman secara berlebihan saja karena mereka semua tak akan berani melakukan hal yang aneh disini. Karena disini ada Kafano bersama dengannya.

Tak lama dari itu seorang wanita yang berpakaian sangat minim mendekat, membuat Gio yang menyadari semua itu sejak awal langsung menatap kearah wanita itu dengan tatapan bertanya, diikuti Kafano yang sekarang mulai mendatarkan tatapan miliknya.

Dia Salsa, wanita yang sejak kuliah dulu menyukai dirinya secara terang-terangan namun tak pernah ia hiraukan sama sekali. Ia tak menyukai wanita liar seperti itu yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia tak menyangka akan bertemu dengan wanita gatal ini sekarang.

"Wah wah wah! Dulu dengan sangat kasarnya kau mengatakan padaku jika kau tak menyukaiku karena aku terlalu liar. Namun sekarang lihat, kau malah menikahi seorang pria yang sangat menyedihkan, liat tubuh itu sangat kurus dan juga tak bisa memuaskan mu sama sekali. Ternyata tipemu pria seperti dia?"ujar Salsa dengan menunjuk kearah Gio yang sekarang mulai menatap wanita itu.

Kenapa wanita itu tiba-tiba mengatakan itu semua? Siapa wanita itu? Punya masalah pada dia dengan dirinya?

"Berhenti menatapku dengan matamu yang jelek itu. Aku tak sudi ditatap pria menjijikan sepertimu yang sudah menjebak Kafano sehingga mau menikahimu. Apa yang kau lakukan sampai Kafano mau denganmu? Kau merayunya? Menjebaknya dengan minuman dan mengancamnya? Ternyata wajah polosmu itu penuh dengan kebusukan!"

Gio menatap kearah lain, selama ini tak ada yang berani menghinanya dengan sangat kejam seperti ini, bahkan sekarang mereka menjadi pusat perhatian semua pengunjung yang ada disini.

Kafano mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat mendengar hinaan terakhir yang Salsa berikan untuk Gio, ia memang pernah menghina pemuda itu namun jika mendengar orang lain mengatakan hal itu juga ia merasa tak terima. Yang hanya boleh melakukan itu semua hanyalah dirinya.

"Dan kau juga pasti merasa banggakan telah mendapatkan semua yang kau inginkan? Aku yakin jika Kafano terpaksa menikah dengan pria gatal sepertimu!"

Kafano berdiri dari duduknya, tatapan itu terlihat sangat datar membuat siapa saja pasti akan merasa bingung apa yang ingin pria itu lakukan.

"Sudah? Sudah berbicaranya? Sekarang giliran saya yang berbicara dan kau mendengarkan semuanya,"ujar Kafano dengan tatapan mengarah pada Gio yang sekarang tengah menunduk, pasti pemuda itu merasa sangat sedih sekarang. Ia sudah mengatakan jika hanya dirinya yang boleh menyakiti pemuda itu, tak dengan orang lain.

"Saya rasa kau yang membutuhkan kaca yang sangat besar sekarang. Mungkin nanti saya akan kirimkan kaca yang sangat besar kerumahmu agar kau bisa berkaca dengan dirimu sendiri. Kau mengatakan jika dia menjebak saya? Merayu saya demi mendapatkan ini semua? Bukannya kau yang melakukan itu semua? Saat acara kelulusan kuliah kau menaruh sesuatu didalam minuman saya dan mulai merayu saya dengan sikap liarmu itu. Dan apa tadi? Kau bertanya apa yang saya sukai darinya? Jelas karena dia baik, sopan dan juga memiliki sopan santun, dari pakaian saja kalian jelas berbeda, itu sebabnya saya tak ingin mempunyai hubungan dengan seorang wanita liar sepertimu."

Kafano beranjak dari tempat duduknya sebelum menggenggam pergelangan tangan Gio agar mengikuti dirinya, napsu makannya langsung menghilang karena kejadian ini semua.

Mereka berjalan keluar meninggalkan Salsa yang tengah berdiri disana tanpa mengatakan hal apapun.

***

Saat sampai di parkiran tempat mereka memarkirkan mobil tadi, Kafano menatap kearah Gio yang sejak tadi diam tanpa mengatakan hal apapun itu.

"Kau tak apa?"tanya Kafano, sekarang ia mulai merasakan kembali rasa peduli terhadap orang lain, tak seperti dulu lagi.

Gio menatap kearah Kafano dengan kedua mata berkaca-kaca, ia tak bisa mendengar itu semua dari orang asing yang sama sekali tak tahu bagaimana dirinya, dan dengan gampangnya wanita tadi melakukan itu semua.

"Aku kira tak ada orang seperti dia di dunia ini, ternyata aku-nya yang mainnya tak terlalu jauh."ujar Gio dengan memeluk Kafano sekarang.

Ia mengira tak ada orang jahat seperti itu di dunia ini ternyata ia salah, banyak orang jahat diluar sana namun ia baru tahu ini semua sekarang, karena sering berada dipanti asuhan, ia mengira semua orang itu baik.

Bersambung...

Votmen_

Kafano Nathaner {Tersedia Pdf}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang