Nichele mengirimkan pesan mengajak mereka untuk bertemu, katanya akan bercerita mengenai kejadian Chara yang di cegat oleh Flynn didepan gerbang asrama dua hari yang lalu. Besok weekend makanya ia mengajak teman-temannya berkumpul malam ini saja. Mereka semua sepakat berkumpulnya di apartemen Marva dan Jero yang sudah seperti markas mereka berkumpul.Kini mereka sudah duduk santai di ruang tengah dengan beberapa cemilan malam dan minum manis tersaji di atas meja, kecuali salah satu pemilik unit apartemen ini yang belum juga pulang.
Jero bilang abangnya ke kantor hari ini, ada pekerjaan penting dan meeting rutin dengan para karyawan. Mau tidak mau abangnya harus ke sana untuk melaksanakan kewajibannya sebagai branch manager. Tadi saat di telpon Marva mengatakan akan pulang, mungkin sekitar jam setengah sembilan malam baru sampai.
Jarak kantor cabang dari sini memang lumayan jauh, memakan waktu satu jam dari sini ke sana, itupun kalau mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Kalau normalnya bisa hampir satu jam setengah.
Untung hari ini Marva tidak punya jadwal kuliah, jadi tidak harus absen seperti yang dulu-dulu saat ada pekerjaan yang mengharuskannya datang langsung ke kantor. Dari pagi-pagi sekali saat matahari terbit ia sudah berangkat, sarapan pun tidak sempat. Berakhir sandwich yang dibuat oleh Jero di makan oleh Gavril saat anak itu memanggil Jero untuk berangkat ke kampus bersama.
Padahal bisa sandwich itu di masukkan kedalam kotak bekal dan dibawa, tapi yang namanya Jero tidak ada inisiatif sama sekali untuk melakukannya. Anak itu terlalu nanggung saat memberikan perhatian pada abangnya yang suka ia rampok kala sudah gajian.
Marva tidak mempermasalahkannya, ia bisa sarapan nanti saja saat sampai di tempat tujuannya. Adiknya memang seperti itu, setengah-setengah ketika memberikan perhatian padanya. Tapi kalau untuk Nichele, Jero akan memberikan perhatiannya secara penuh, bahkan ia kerap kali terlupakan dan dijadikan nomor kesekian.
Ada rasa penyesalan kenapa ia hanya memiliki satu adik, harusnya ia punya satu lagi yang manis dan menggemaskan yang bisa ia ajak jalan-jalan berdua saat hari libur. Pasti menyenangkan sekali mempunyai adik manis, sang ibu juga jadi ada temannya di rumah saat sang ayah sibuk. Tapi Jero tidak setuju, tidak mau titelnya sebagai si bungsu keluarga diambil oleh sang adik jika mempunyai adik.
Marva sendiri setuju saja mempunyai adik meskipun ia sudah dewasa, ia tidak mempermasalahkannya. Namun sang ibu sepertinya tidak mau karena sudah terlambat, sang ayah juga tidak bisa memaksa ibunya.
Ya sudahlah mungkin ia memang tidak ditakdirkan untuk mempunyai adik lagi, angan-angannya untuk memiliki adik manis yang imut lenyap begitu saja. Sudah jadi takdirnya mempunyai adik nakal seperti Jero yang tukang memerintah dan kelakuannya sebelas duabelas seperti begal -- sering sekali merampoknya.
Jika bukan adik saja pasti sudah Marva hanyutkan ke laut biar dimakan ikan paus sekalian, tapi ia masih punya perasaan untuk tidak melakukan tindakan jahat seperti itu pada adik satu-satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Destiny
Romance"Takdir memang tidak bisa ditebak oleh manusia, hanya Tuhan lah yang tahu." Seorang remaja imut yang baru pindah dari luar negeri yang niatnya ingin berkuliah dengan tenang di kampus barunya dan ingin meraih cita-cita nya menjadi sarjana untuk memb...