Chapter sixteen

375 31 0
                                    

Langit malam ini begitu gelap tidak ada bulan yang terlihat, sang bintang pun tidak menampakkan diri membantu bulan menerangi gelapnya malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit malam ini begitu gelap tidak ada bulan yang terlihat, sang bintang pun tidak menampakkan diri membantu bulan menerangi gelapnya malam. Suasana terasa sunyi dan sejuk, angin malam berhembus menyentuh permukaan kulit sesosok pria yang sedang duduk di balkon apartemennya. Duduk sendirian menikmati gelapnya malam dengan ditemani sebuah benda kecil di tangannya, benda itu terus di hisap lalu menghembuskan asapnya keluar berbaur dengan udara yang sejuk.

Matanya sesekali terpejam memikirkan masalah yang menimpanya, semuanya terasa begitu sulit padahal ini barulah awal, penyelesaian masalahnya belum di lakukan.

Tiga hari sudah berlalu dari hari di mana Janne dan Savva memberi kabar tentang Chara yang di rawat di rumah sakit, di keesokan harinya kedua orang itu pulang begitupun dengan Rachal dan Nichele. Mereka berkata kondisi Chara perlahan membaik setelah di rawat, dan tadi sore ia di telpon oleh Rachal mengatakan jika Chara sudah kembali dari rumah sakit, kondisinya sudah pulih.

Ia sangat senang mendapat kabar baik mengenai Chara yang sudah sembuh, syukurlah anak manis itu sudah kembali sehat tidak perlu menginap di rumah sakit terlalu lama. Rachal juga berkata jika Chara akan masuk kuliah lusa, memulihkan kondisinya dulu di rumah sebelum kembali ke asrama dan menjalankan aktivitasnya sebagai mahasiswa.

Hatinya semakin senang mendengar hal itu, sebentar lagi ia akan bertemu Chara kembali. Jujur saja ia merasa gelisah belum melihat Chara dengan matanya sendiri, ada rasa asing yang baru pertamanya kali ia rasakan yang biasanya orang sebut dengan kata 'rindu'.

Iya, Marva merasa rindu pada anak manis itu. Rindu dengan wajah cantiknya, senyuman manisnya dan tingkah yang menggemaskan. Ia rindu semuanya.

Memang tidak pantas Marva menyimpan kerinduannya itu, ia bukanlah sosok yang patut merindukan Chara mengingat status mereka hanya sebatas senior dan junior di kampus. Tapi ia tidak bisa mengontrol perasaannya -- ia tidak bisa berbohong jika didalam hatinya terdapat sebuah kerinduan.

Namun yang ia takutkan apa ia bisa melepaskan kerinduan yang dirasakannya ini? Sepertinya tidak, Chara pasti tidak akan mau bertemu dengannya, kalau berpapasan pun mungkin anak manis itu akan menghindar. Seperti yang sudah-sudah Chara memang terlihat menghindari saat di kampus, hanya aja terkadang mereka bertemu yang membuat anak manis itu tidak bisa menghindarinya.

Baru hal kecil saja Chara terus menghindarinya, apalagi yang terjadi saat ini adalah masalah besar dan memiliki dampak yang luar biasa, sangat membekas bagi Chara maupun bagi dirinya sendiri. Chara pasti trauma dengan kejadian itu yang menimbulkan rasa ketakutan saat melihatnya. Memikirkan hal itu saja membuat dadanya semakin sesak.

Tidak ada manusia di dunia ini yang mau membuat orang yang dicintainya trauma dan takut padanya, semua orang pasti menginginkan sosok yang dicintainya itu bisa menerima cintanya lalu mereka bahagia bersama.

Begitupun dengan Marva, ia tidak mau Chara trauma dengan kejadian malam itu hingga takut padanya, ia mau Chara menerima pertanggungjawaban darinya lalu mereka memulainya dari awal untuk meraih kebahagiaan bersama. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kejadian malam itu sangat membekas menimbulkan trauma mendalam bagi Chara, dan karena itulah Chara takut padanya dan menolak pertanggungjawaban darinya.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang