SPM 1. Akad?

6.1K 377 37
                                    

Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh. Selamat datang di cerita baruku🤩

Sebelum lanjut jangan lupa tinggalkan vote dan komen, yang belun Follow--- follow dulu yaw ok🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lanjut jangan lupa tinggalkan vote dan komen, yang belun Follow--- follow dulu yaw ok🤗

Jika ada penulisan typo mohon di-ingatkan kembali Authornya. Wajar manusia tidak luput dari salah🙂

Cerita ini berdasarkan sudut pandang dari Cici.

.
.
.

Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

Happy Reading
_________________________________

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyuttaufiq." Satu tarikan napas dilafalkan secara lantang, lancar tanpa ada kendala apa pun.

"Bagaimana para saksi?

"SAH!"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Penghulu senyum ikut bahagia, semua para saksi dan tamu mengucapkan puji syukur.

Dari arah ruang rias terdapat gadis berstatus lajang, dalam sekejap berubah menjadi seorang istri. Di depan cermin rias ia terlihat cantik mengenakan gaun serba putih, dari bibirnya terbitlah senyum manis memperlihatkan gigi ginsulnya.

"Ya Allah, emang boleh ya secepat ini. Haaa Mimomm, ini beneran anak gadismu sudah punya suami." Seorang perempuan berteriak, terharu lalu memeluk wanita yang meninggalkan kerutan di wajahnya.

Wanita berstatus memiliki anak dua ikut bahagia melihat anak bungsunya. "Alhamdulillah, sekarang kamu sudah punya suami. Ayo keluar, Ibu antar untuk menemui suamimu."

Anak bungsu yang sudah menjadi seorang istri menatap manik mata ibunya senyum, mengangguk mantap.

Saat wanita ini hendak membantu anak bungsunya berdiri, tiba-tiba saja ditahan anak bungsunya. "Kenapa sayang?"

"Sekedap, Mom. Jantung anak mu ini berdetak lebih cepat dari kecepatan normalnya," ucapnya sembari menyentuh dada yang di mana tempat jantung berdetak. (Sebentar)

Wanita dengan panggilan Yunita langsung mendorong kening anaknya ke belakang. Karena, melihat tingkat anak bungsunya mulai kumat penyakitnya. Lebih tepatnya penyakit absurd merujuk tingkat gawat.

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang