SPM 1. Akad?

6.5K 388 37
                                    

Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh. Selamat datang di cerita baruku🤩

Sebelum lanjut jangan lupa tinggalkan vote dan komen, yang belun Follow—follow dulu ya ok🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lanjut jangan lupa tinggalkan vote dan komen, yang belun Follow—follow dulu ya ok🤗

Jika ada penulisan typo mohon diingatkan kembali Authornya. Wajar manusia tidak luput dari salah🙂

Cerita ini berdasarkan sudut pandang dari Cici.

.
.
.

Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

Happy Reading
_________________________________

Dari arah ruang rias terdapat gadis berstatus lajang, dalam sekejap berubah menjadi seorang istri. Di depan cermin rias ia terlihat cantik mengenakan gaun serba putih, dari bibirnya terbitlah senyum manis memperlihatkan gigi ginsulnya.

"Ya Allah, emang boleh ya secepat ini. Haaa Mimomm, ini beneran anak gadismu sudah punya suami." Seorang perempuan berteriak, terharu lalu memeluk wanita yang meninggalkan kerutan di wajahnya.

Wanita berstatus—memiliki dua anak ikut bahagia melihat putrinya. "Alhamdulillah, sekarang kamu sudah mempunyai suami. Ayo keluar, Ibu antar untuk menemui suamimu."

Anak bungsu yang sudah menjadi seorang istri menatap manik mata ibunya senyum, mengangguk mantap.

Saat wanita tersebut hendak membantu putri bungsunya berdiri, tiba-tiba saja ditahan. "Kenapa, Sayang?"

"Sekedap (Sebentar), Mom. Jantung putrimu niki (ini) berdetak lebih cepat dari kecepatan normalnya," ucapnya sembari menyentuh dadanya, di mana tempat jantung berdetak.

Wanita dengan panggilan Yunita langsung mendorong kening putrinya ke belakang. Karena, menghadapi tingkah aneh putrinya yang mulai kumat penyakitnya. Lebih tepatnya penyakit absurd merujuk tingkat gawat.

"Duh. Mom-Mom suka bener keras sama anak sendiri," ucapnya sembari menyentuh keningnya.

"Kumat! Ayo ... Uwes dienteni bojomu kae loh. Di gondol kucing kapok we ngko," balas Yunita menggertak putri bungsunya. (Ayo ... Sudah ditunggu suamimu itu loh. Di bawa kucing kapok kamu nanti.)

"Dikira ikan tongkol, di bawa kucing."

"Makanya, nurut sama Ibu!"

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang