SPM 12. Hadirnya Luka

1.9K 163 27
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@wattpad_ilustrasi
@_cicikcantiksss
@_darrenadhitama

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Jam kelas telah usai, dua sahabat saling berpamitan menuju ambang pintu keluar. "Aku duluan ya, Ci, udah ditunggu kak Kevin juga di depan. Assalamu'alaikum." Aisyah melambaikan tangan.

Cici senyum membalas lambaian tangan itu. "Wa'allaikumussalam. Hati-hati," teriaknya menatap kepergian Aisyah.

Cici menghela napas. Ya begitu, semenjak Aisyah menikah, jadwal mereka berdua untuk menghabiskan waktu bersama jadi berkurang. Apalagi setelah Aisyah mempunyai anak, seminggu sekali untuk sekadar menghabiskan waktu bersama saja jarang.

Bayangan Aisyah telah menghilang. Lebih baik Cici segera meninggalkan kelas, baru melangkahkan satu kaki ia mendengar suara seseorang.

"Gue tahu orang yang lo maki-maki di Warung Latte itu temen lo sendiri."

Suara itu. Cici seperti mengenalnya, ia pun memutar tubuhnya. Seketika matanya membulat mendapatkan sosok laki-laki mengenakan kaos panjang berwarna cokelat tortilla. Tidak lupa anting tindik bulat di sebelah telinga kanannya. Posisi tangan bersedekap dada menyandar dinding kelasnya.

"Liam. Ngapain kamu di sini?"

Liam tersenyum miring. "Lo lupa, ayah Galih sendiri yang nitip lo ke gue."

"Aku bukan barang Liam. Nggak usah didengerin apa yang dikatakan ayahku beberapa hari yang lalu."

Liam terkekeh lalu berjalan mendekati gadis mengenakan kemeja putih dimasukkan dalam rok bermotif bunga, tidak lupa dengan ciri khas hijab pashmina setengah dililit dan membiarkan kain sebelahnya menjuntai ke depan.

"Sorry, gue nggak bisa. Sebelum ayah lo mengatakan itu, gue sudah berinisiatif akan menjaga lo. Siapa cowok di Warung Latte waktu itu?" tanya Liam dengan tatapan mengintimidasi

"Dia pacarku. Jadi, jauhin aku mulai sekarang. Nggak usah repot-repot menjagaku." Cici terpaksa berbohong demi menghindari laki-laki bertindik bulat tersebut agar tidak masuk di kehidupannya lagi. Cukup kemarin-kemarin ia dibuat sakit hati, tidak untuk kedua kali.

Pernyataan itu mengundang kekehan Liam yang terdengar sangat menyebalkan. "Lo pikir gue percaya gitu? Percuma. Gue akan tetap mengikuti lo ke mana pun berada."

"Gendeng (gila), itu yang kamu sebut menjaga? Goblok! Itu namanya kamu obsesi." Seperti biasa gadis ini ketika berbicara tidak dipikirkan dahulu sebelum melontarkan kata-kata menyakitkan. "Menjaga itu nggak seperti ini. Menjaga nggak harus kamu ikuti aku terus. Aku tanya, kalau aku loncat dari tebing emang mau ngikuti juga? Enggak 'kan?"

Liam menggeleng sebagai jawaban.

"Makanya jangan goblok mendadak cuma gara-gara cinta. Menjaga itu, saat kamu membiarkan dia beraktivitas dengan bebas dan kamu mengawasinya dari jarak jauh."

Liam tertawa renyah dengan perkataan gadis di depannya yang cukup menyinggung sebagian orang. "Renyah sekali makian lo, untung lo cewek yang gue suka jadi aman."

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang