SPM 4. Berhenti Berharap

2.7K 212 27
                                    

Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

Happy Reading
___________________________________

"Ternyata berharap ke manusia itu seni ya. Seni menyakiti diri sendiri."
-Cicik Nur Amaliya-

¶¶¶

° Empat karakter Sang Pelindung Manis °

¶¶¶

"Akrg! Siapa sih yang naruh tembok di sini. Ngeselin banget." Cici menatap kesal dinding berwarna abu-abu di depannya sembari memukul, menggunakan telapak tangannya. Matanya berganti menatap lututnya berbalut kain gamis. "Sakitnya nggak seberapa tapi malunya itu nggak ada obat."

Gadis tersebut memang selalu tidak bisa santai selalu grusah-grusuh. Tidak lihat kanan-kiri terlebih dahulu, langsung diterobos hingga membuatnya tidak lepas dari kata apes. Seperti yang dialami gadis tersebut barusan. Saat hendak menuju ke kelasnya ia lari hingga 'tak sengaja hampir menabrak seniornya. Di mana ia terjerat kakinya sendiri hingga tubuhnya hendak menubruk seniornya. Sialnya laki-laki itu menghindar, bukannya menubruk laki-laki tersebut, jadinya menubruk dinding. Kening dan lututnya mendarat dengan kencang mengenai bahan keras sampai jatuh.

Cici melirik ke depan sudah mendapatkan wajah seorang laki-laki tengah berjongkok.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya laki-laki tersebut.

"Ya pikir aja sendiri!" Sewot Cici.

Bagaimana Cici tidak kesal, jelas-jelas di depan matanya langsung menyaksikan tragedi antara orang dan benda mati tubrukan, masih dijadikan bahan pertanyaan. Buta kali ya cowok itu?!

"Nggak usah ngegas. Saya tanyanya baik-baik."

"Bodo amat! Emang pada dasarnya nggak peka, ya nggak peka aja."

"Dasar cewek."

"Ya emang cewek, nggak ada yang bilang aku cowok." Sangat tidak bisa santai nada bicara gadis ini. Perempuan selalu begitu, ingin dimengerti tetapi laki-laki tidak tahu maksudnya.

Pembawaan gadis itu saat bicara membuat laki-laki tersebut sangat gemas, rasanya ingin menarik mulutnya. Tetapi ia urungkan, karena menghargai perasaan seorang perempuan. Sudah sewajarnya seorang perempuan dijaga, dia termasuk makhluk lemah lembut yang membutuhkan kelembutan seorang laki-laki.

No! Sepertinya tidak berlaku untuk Cici. Gadis itu sedikit berbeda, dibilang lemah lembut sangat jauh. Sangat bar-bar, tidak bisa diam, suka marah-marah, suka nantang, tetapi sekali kena marah menangis. Pada akhirnya tetap sama saja, masih membutuhkan kelembutan. Dia akan lemah ketika mendengar suara keras seseorang di hadapannya, tetapi ia tutupi.

"Jangan keras kepala." Laki-laki ini menyerahkan kotak warna putih, di mana ada tanda plus merah. "Kening berdarah, jangan lupa diobati."

Cici menerima ragu-ragu kotak tersebut.

"Ini cepet ambil," ucap laki-laki ini tidak sabaran. Karena, melihat gadis itu 'tak kunjung segera menerima kotanya, ia langsung meletakkan kotaknya di lantai. "Lama! Obati lukamu." Laki-laki ini langsung berdiri.

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang