Seorang laki-laki mengenakan kemeja biru tua dengan dalaman putih, turun dari motornya. Dia pun melangkahkan kaki, hendak memasuki perpustakaan. Namun, tak sengaja matanya mendapatkan sosok gadis bergamis hitam tengah menyerahkan buket bunga kepada seorang laki-laki.
Laki-laki mengenakan kemeja biru pun bersembunyi di balik dinding, mengintip apa yang dilakukan gadis itu. "Cepil. Ngapain dia memberikan bunga kepada Liam?" Otak pun memberikan pertanyaan, yang belum ia dapatkan jawabannya.
"Lebih baik aku diam dulu di sini."
Cici memukul dada Liam menggunakan buket bunga asli dan cantik. "Bunga buat kamu."
Liam senyum penuh arti lalu tangan kanan mengambilnya. "Aku tahu kamu masih menginginkan ku. Aku terima bunganya. Lain kali biar aku saja yang memberikanmu bunga."
"Sst ... Sttt ... " Cici meletakkan telunjuk jarinya di bibirnya sendiri, seolah tidak mengizinkan laki-laki di depannya mengeluarkan suara. "Jangan percaya diri dulu, buket itu bukan dari aku, tapi Kak Alana." Gadis ini langsung membalikkan badan, meninggalkan Liam.
Liam menatap punggung Cici yang mulai menghilang dari belokan menuju ruang perpustakaan. Dia pun membuang buketnya dengan penuh amarah. "Gue maunya lo yang memberikan buketnya, bukan Alana! Lihat saja, cepat atau lambat gue bakal dapetin lo! Nduk cantik ..." Diakhir kalimat ia merendahkan nada suaranya. Dia pun tersenyum miring. Kakinya menendang buket bunga lalu meninggalkan area luar perpustakaan kampus.
¶¶¶
Darren mulai memasuki perpustakaan lalu meletakkan tasnya di dalam laci, di mana dikhususkan untuk menyimpan barang yang tidak terlalu penting di bawa masuk. Sorotan mata sangat fokus menyusuri setiap tempat di ruang perpustakaan, seolah tengah mencari seseorang.Kampus mungkin libur, akan tetapi area lingkungan kampus selalu terbuka bagi mahasiswanya. Begitu pun dengan perpustakaan, pengunjungnya lumayan meningkat. Dari arah kejauhan, mata Darren menemukan sosok perempuan, di mana di sekelilingnya dipenuhi buku.
"Uangnya sudah aku transfer ya, Dek. Terima kasih sayangku. Lain kali aku pesan buket bunga lagi buat Liam. Tapi, minta tolong ke kamu lagi." Dari balik telepon Alana terkekeh.
"Kenapa nggak Kak Alana sendiri aja? Kalau aku yang melakukan, nantinya dia malah salah paham. Tadi aja, Liam mengira aku yang memberikan bunganya."
"Terus, kamu jelasin nggak? Kalau aku yang memberikan bunga itu?"
"Iya lah, Kak. Yakali enggak. Wong buketnya memang dari Kakak, bukan aku."
"Ouh ya udah bagus itu, terus bagaimana? Dia tetap menerima buketnya, kan?"
"Diterima, Kak."
"Alhamdulillah kalau diterima. Jadinya aku bisa memberikan sesuatu lagi ke dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pelindung Manis
Fiksi RemajaSeorang gadis Jawa tapi tidak tertarik dengan budaya Jawa. Selain itu, dia juga tidak menyukai buku atau pun sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Namun, seorang laki-laki membuatnya mendadak memasuki dunia itu, ia berusaha menyukai itu semua ka...