Seorang gadis Jawa tapi tidak tertarik dengan budaya Jawa. Selain itu, dia juga tidak menyukai buku atau pun sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Namun, seorang laki-laki membuatnya mendadak memasuki dunia itu, ia berusaha menyukai itu semua ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—Happy Reading—
"Akhg! Mimom! Tolongin anakmu!" Seorang gadis berteriak lari dari kejaran hewan anjing sembari menyincing sepatunya.
Dari arah belakang seekor anjing menggonggong mengejar gadis di depan yang tengah lari dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu beberapa kali, lari sembari menoleh ke belakang untuk memastikan, apakah anjing tersebut masih mengejarnya. Ternyata hewan tersebut masih mengejar, bahkan semakin dekat dengan dirinya.
"Akh! Anjing sialan! Mimom tolongin!"
Gadis tersebut semakin mempercepat larinya, sampai memutari pohon mangga. Dari arah kejauhan seorang laki-laki tak sengaja melihat perempuan kejar-kejaran dengan anjing memutari pohon mangga.
Laki-laki itu memastikan perempuan itu siapa, sepertinya ia mengenalinya. "Eh, itu bukannya Dek Ci, itu lagi main sama anjing apa gimana? Tapi kok muterin pohon, kurang kerjaan banget."
Cici sampai melempar sepatunya mengenai hewan yang mengejarnya. Hal itu bukannya membuat hewan tersebut pergi melainkan semakin kencang menggonggong dan mengejarnya.
"Anjing, astaghfirullah ya Allah. Nyapo malah nguber-nguber aku (Kenapa, malah kejar-kejar aku) anjing. Ya Allah singkirkan hewan najis ini, Akh!" ucapnya memelas meminta do'a. Berharap hewan najis itu segera lenyap dari hadapannya.
Cici tak sengaja melihat seorang laki-laki tengah berdiri dari arah kejauhan, ia hanya menonton dirinya dikejar hewan najis itu.
"Kak Arvaz! Woiy! Malah diem, minimal tolongin kek, malah ditonton." Cici berteriak sekencang mungkin, agar laki-laki itu mendengarnya.
Cici jelas sangat kesal melihat laki-laki itu hanya diam melihat dirinya dikejar-kejar anjing. Padahal, kondisi Cici sudah sangat kelelahan, mati-matian menghindar agar tidak digigit hewan tersebut.
Arvaz sedikit bingung saat gadis itu memanggilnya. "Kenapa, Dek? Kamu manggil aku toh?" Laki-laki ini membalas dengan teriakan juga.
"Enggak, Kak! Tapi manggil kunti bogel di belakang Kakak." Cici balik menjawab dengan teriakan kembali.
Perkataan Cici membuat Arvaz refleks menghadap belakang untuk memastikan. "Mana? Mba kunti, mana?"
"Kak Arvaz! Woiy! Kamu apa nggak lihat, aku ngos-ngosan dikejar anjing? Aku cape Kak kejar-kejaran sama anjing."
"Lah siapa suruh main kejar-kejaran sama anjing, nggak punya temen ya, kasihan."