"Diem dulu di sini, jangan ke mana-mana. Aku mau cari bensin dulu."
Cici hanya diam tak membalas. Bahkan ia sangat malas, ingin rasanya melarikan diri dari laki-laki pemaksa ini.
"Awas kalau lari dari sini."
Cici memutar bola mata malas dengan ancamannya. Dia menatap kepergian laki-laki mengenakan jaket kulit berwarna hitam sampai menghilang dari pandangannya.
"Iwis kiliu liri diri sini," ucap Cici mengikuti dialog Liam dengan mulut menye-menye. "Ck! Rasanya pengin aku sumpal mulut dia pakai tai ayam sampai terkencing-kencing."
Cici terdiam menatap motor Liam yang berada di depannya ini. "Ini motor apa aku jual aja ya? Terus uangnya aku bawa lari ke luar kota sekalian ajak Kak Darren."
Cici menyeringai, setelahnya mengondisikan wajahnya dengan normal kembali. "Makin gila gini punya otak."
Suara notifikasi handphone terdengar sangat jelas. Cici pun segera merogoh handphonenya di dalam tas selempang kecilnya.
Kak Arvaz:
Dek, kamu di mana?
Aku lagi di Lapangan Gulun sama Darren. Kamu harus ke sini sih, lagi rame ini.
Ada event memasak, hadiahnya lumayan.Mendapatkan pesan tersebut, Cici terdiam sejenak. Dia menyorot sekelilingnya, dia baru menyadari kalau motornya mogok di dekat Lapangan Gulun Madiun. Cici pun segera membalas pesannya.
Kak Arvaz:
Pap tempat, Kak.
(Foto tempat)Setelah mengetahui tempat yang dikirim kakak tingkatnya itu. Cici segera memasukkan handphonenya ke dalam tas kembali. Gadis ini langsung berdiri.
"Tak gondol wae motore nang Lapangan Gulun. Dari pada aku di sini sendirian kayak orang idiot, mending lihat event memasak." Cici benar-benar membawa motornya menuju tempat lapangan Gulun tanpa menumpanginya melainkan jalan kaki. Jaraknya tidak terlalu jauh, tidak masalah baginya ke sana jalan kaki sembari membawa motor Liam. (Aku bawa aja motornya ke Lapangan Gulun.)
Belum lama Cici meninggalkan area ini, datanglah Liam sembari membawa botol aqua besar berisi bensin. Dia panik nduk cantik dan motornya mendadak menghilang, ia yakin meninggalkan gadis itu di tempat ini.
"Cia. Makin berani kamu nggak nurut. Salah. Salah, kamu main-main sama Liam Kusumawardhana, sampai ketemu aku seret kamu tanpa kata ampun."
Mata Liam berkeliling langsung menemukan seorang perempuan memarkirkan motornya. Dia mengenal motor dan pakaian yang dikenakan nduk cantiknya. Bahkan dia mengenali postur tubuh gadis itu.
"Ketemu! Siap-siap aku seret kamu sampai nangis." Mata Liam benar-benar menatap tajam gadis itu. Auranya mulai berbeda. "Jangan salahkan aku, jika berperan menjadi antagonis dalam ceritamu. Semua terjadi, berawal dari ulahmu yang suka menentang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pelindung Manis
Novela JuvenilSeorang gadis Jawa tapi tidak tertarik dengan budaya Jawa. Selain itu, dia juga tidak menyukai buku atau pun sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Namun, seorang laki-laki membuatnya mendadak memasuki dunia itu, ia berusaha menyukai itu semua ka...