—Happy Reading—
"Mas Adit!" Cici lari menghampiri Adit langsung memeluknya. Tubuhnya bergetar. Tangisnya semakin jadi dalam pelukan Adit.
Adit mengusap kepala Cici dengan lembut dan membalas pelukan adiknya. Kedatangan Adit di sini bukan tanpa sengaja, memang Cici lah yang diam-diam menghubungi Adit. Dia benar-benar membutuhkan Adit, di saat kondisinya seperti ini.
"Mas Adit, aku nggak mau sama Liam. Aku nggak mau punya pasangan seperti dia. Dia sangat kasar, aku nggak mau." Cici mengadu pada kakaknya dengan suara tersendat karena tangisnya.
"Bukannya perjodohan kalian nggak jadi, Dek?" tanya Adit.
Cici sedikit mendongak menatap kedua mata Adit. "Nggih, Mas. Tapi, Liam tetep ngeyel maksa aku untuk jadi perempuannya. Udah aku tolak mentah-mentah, dia tetep menggangguku terus dari kemarin-kemarin. Dan makin ke sini bukan cinta yang dia tunjukin, tapi obsessed dia.
Cici memperlihatkan pergelangan tangannya yang memar dan sedikit berdarah. "Lihat tanganku, Mas. Ini gara-gara dia memaksaku sampai mencengkram pergelangan tanganku dengan kuat."
Adit menggenggam pergelangan tangan adiknya. Luka ini membuat Adit panas hati, tidak terima. Hatinya terasa sangat sakit, adik perempuannya diperlakukan seperti ini. Sorotan matanya tertuju pada Liam yang tengah adu otot dengan laki-laki bertopi. Tangan kirinya menggepal kuat-kuat.
"Sebelum-sebelumnya, Liam juga sampai menyeretku. Tidak hanya itu. Setiap laki-laki yang sekadar mengobrol denganku, Liam akan menghajar habis-habisan sampai bonyok. Dia bilang yang boleh dekat sama aku hanya dia, laki-laki lain nggak boleh dekat sama aku. Hidupku jadi nggak nyaman semenjak adanya dia."
"Siluman! Beraninya dia melukai adik perempuanku. Bedes!" Adit melepas pelukan adiknya lalu menitipkan kepada Arvaz dan teman-teman lainnya.
"Mas Adit, arep nangdhi?" tanya Cici menatap punggung belakang Adit. ("Mau ke mana?")
Adit menoleh ke belakang sedikit. "Awakmu nang kunu ae sek. Mas arep membasmi binatang liar ini." Langkah kakinya tertuju pada Liam yang terjatuh di bawah akibat tendangan laki-laki bertopi itu. ("Kamu di sana saja, dahulu.")
"Dek, ayo ikut aku dulu. Liam biar diurusi mereka." Arvaz menawari gadis tersebut bukan tanpa alasan. Dia hanya ingin menjauhkan gadis tersebut dari Liam dan tidak menyaksikan pertengkaran itu.
Cici menatap laki-laki di sebelahnya. "Tapi, Kak."
"Nggak ada tapi-tapian, ayo," ajak Kevin lebih dulu jalannya. Arvaz pun mendorong punggung belakang Cici sebagai tanda tanpa penolakan.
Cici pun pasrah, mengikuti mereka sementara waktu. Sedangkan, laki-laki tadi ada urusan sendiri antara pria.
Adit sedikit membungkuk di hadapan Liam, di mana laki-laki tersebut terduduk di bawah dengan wajah babak belur. Adit langsung menarik kerah kaos Liam dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pelindung Manis
Teen FictionSeorang gadis Jawa tapi tidak tertarik dengan budaya Jawa. Selain itu, dia juga tidak menyukai buku atau pun sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Namun, seorang laki-laki membuatnya mendadak memasuki dunia itu, ia berusaha menyukai itu semua ka...