Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @IlustrasiHappy Reading
___________________________________Suara berisiknya sepatu secara bersamaan terdengar sangat jelas. "Ada apa sih, Kak? Teriak-teriak."
Ternyata suara itu berasal dari sepatu Cici dan Darren yang lari akibat suara teriakan Arvaz barusan. Mereka tadi sempat terpisah, dikarenakan Arvaz sibuk sendiri mengambil video. Arvaz berada di balik patung muso, sedangkan Darren dan Cici berbincang di depan patung muso. Di mana patung itu, pembatasnya cukup lebar, jadi jaraknya dengan Arvaz tidak saling berdekatan. Di tempat itu juga terdapat Lea yang tengah berdiri menemani Arvaz.
"Bocah berdua ini malah mesum di tempat kayak gini," beritahu Arvaz dalam posisi kamera handphonenya masih menyala. "Tarah yo bocah-bocah belegug, malah ambung-ambungan."
(Memang anak-anak bodoh, malah cium-ciuman.)Darren terkejut dengan mulut Arvaz yang terlewat frontal. "Kamu juga Vaz, sedikit difilter bicaranya."
"Asli, gendeng (gila) emangan bocah-bocah ini, Kak." Kini berganti Lea yang ikut bersuara. Keadaannya, dia juga melihat dengan mata terangnya sendiri bersama kakak tirinya tadi.
"Kalian berdua ikut saya ke bawah. Jangan di sini, kurang baik pembahasan seperti itu di sini." Setelah Darren mengucapkan hal itu langsung jalan lebih dulu meninggalkan tempat berdirinya.
Kedua manusia berbeda gender itu mengangguk lalu mengikuti laki-laki dingin itu dari belakang. Begitu pun dengan teman-teman yang lainnya turun ke bawah.
Singkatnya mereka sudah sampai di bawah, dekat undak-undakan masuk monumen kresek. Darren sengaja tidak mencarikan tempat duduk, karena ia hanya ingin berbicara sebentar dengan remaja SMA itu.
"Kak, ini nggak ada tempat duduk gitu?" tanya gadis remaja SMA itu.
"Sengaja tidak mencarikan tempat duduk. Saya hanya ingin berbincang sedikit," jawab Darren datar menatap dua remaja di depannya. "Kalian berdua tahu 'kan letak kesalahannya di mana?" lanjutnya bertanya. Namun dua remaja di depannya hanya diam tidak memberikan respons.
Dua remaja yang tak segera menjawab pertanyaan Darren membuat Cici geram. "Kalian bisu? Punya mulut nggak?"
Dua remaja itu menggeleng sebagai jawaban, namun kepala dalam keadaan menunduk.
"Kalau memang nggak bisu, jawab! Jangan diam seperti tidak terjadi apa-apa." Perkataan Cici yang sedikit keras membuat Lea menyentuh bahu kanan Cici untuk menenangkan.
"Kami hanya berpegangan, Kak." Bukannya gadis remaja itu yang menjawab melainkan remaja laki-laki yang menjawab.
"Matanya cuma berpegangan. Iya berpegangan terus tangan kamu remes-remes dada cewek kamu. Enak bener kamu bocah. Masih bocah piyik mainnya udah jauh. Saya aja kalah," ucap Arvaz uring-uringan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pelindung Manis
Teen FictionSeorang gadis Jawa tapi tidak tertarik dengan budaya Jawa. Selain itu, dia juga tidak menyukai buku atau pun sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Namun, seorang laki-laki membuatnya mendadak memasuki dunia itu, ia berusaha menyukai itu semua ka...