SPM 7. Tempat Sakral

2K 146 7
                                    

Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

Follow akun lain authornya juga:Instagram: @wattpad_ilustrasiTiktok: @Ilustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
___________________________________


Suara berisiknya sepatu secara bersamaan terdengar sangat jelas. "Ada apa sih, Kak? Teriak-teriak."

Ternyata suara itu berasal dari sepatu Cici dan Darren yang lari akibat suara teriakan Arvaz barusan. Mereka tadi sempat terpisah, karena Arvaz sibuk sendiri mengambil video. Arvaz berada di balik patung muso, sedangkan Darren dan Cici berbincang di depan patung muso. Di mana patung itu, pembatasnya cukup lebar, jadi jaraknya dengan Arvaz tidak saling berdekatan. Di tempat itu juga terdapat Lea yang tengah berdiri menemani Arvaz.

"Bocah berdua ini malah mesum di tempat kayak gini," beritahu Arvaz dalam posisi kamera handphonenya masih menyala. "Tarah yo bocah-bocah belegug, malah ambung-ambungan."
(Memang anak-anak bodoh, malah cium-ciuman.)

Darren terkejut dengan mulut Arvaz yang terlewat frontal. "Kamu juga Vaz, sedikit difilter bicaranya."

"Asli, gendeng emangan bocah-bocah ini, Kak." Kini berganti Lea yang ikut bersuara. Karena memang keadaan dia juga melihat dengan mata terangnya sendiri bersama kakak tirinya tadi.

"Kalian berdua ikut saya ke bawah. Jangan di sini, kurang baik pembahasan seperti itu di sini." Setelah Darren mengucapkan hal itu langsung jalan lebih dulu meninggalkan tempat berdirinya.

Kedua manusia berbeda gender itu mengangguk lalu mengikuti laki-laki dingin itu dari belakang. Begitu pun dengan teman-teman yang lainnya turun ke bawah.

Singkatnya mereka sudah sampai di bawah, dekat undak-undakan masuk monumen kresek. Darren sengaja tidak mencarikan tempat duduk, karena ia hanya ingin berbicara sebentar dengan remaja SMA itu.

"Kak, ini nggak ada tempat duduk gitu?" tanya gadis remaja SMA itu.

"Sengaja tidak mencarikan tempat duduk. Saya hanya ingin berbincang sedikit," jawab Darren datar menatap dua remaja di depannya. "Kalian berdua tahu 'kan letak kesalahannya di mana?" lanjutnya bertanya. Namun dua remaja di depannya hanya diam tidak memberikan respons.

Dua remaja yang tak segera menjawab pertanyaan Darren membuat Cici geram. "Kalian bisu? Punya mulut nggak?"

Dua remaja itu menggeleng sebagai jawaban, namun kepala dalam keadaan menunduk.

"Kalau memang nggak bisu jawab! Jangan diam seperti tidak terjadi apa-apa." Tangan Lea menyentuh bahu kanan Cici untuk menenangkan.

"Kami hanya berpegangan, Kak." Bukannya gadis remaja itu yang menjawab melainkan remaja laki-laki yang menjawab.

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang