2🫒

709 26 0
                                    

Haloo-haloooo, gimana sama ceritaa inii?, gimana sama hari kalian hari ini?.
Btw,. jangan lupa vote and komen yaaa

🥦🥦🥦

Faira berjalan ke kasur menggoyangkan bahu Arkana pelan, "kak, Fai laper. Gak bisa tidur" ucap Faira dan terus menggoyangkan bahunya Arkana pelan agar Arkana bangun. Namun membangunkan seorang Arkana ternyata sangat sulit, tidur nya seperti orang mati. Faira berbalik menatap pintu kamar, gadis itu ingin keluar mencari makanan di dapur namun ia takut, apalagi sekarang sudah tengah malam.

Faira kembali menggoyangkan bahu Arkana, gadis itu benar-benar lapar. Tak peduli jika Arkana akan memarahinya habis-habisan karena sudah mengganggu waktu tidur nya yang nyenyak.

"Kak.., Fai laper. Perut Fai sakit" ucap Fai pelan. Tangannya sudah gemetaran menahan rasa lapar. Faira menangis di samping Arkana.

Hampir sejam Faira menangis, barulah Arkana bangun karena terganggu dengan suara tangis Faira. Arkana mengerjapkan matanya, perlahan mendudukkan dirinya di kasur menatap Faira dengan kesal.

"Ngapain lo?" Tanya Arkana ketus.

Faira menoleh, menatap Arkana dengan mata sembab, menarik ingusnya agar tak jatuh. Arkana menatap Faira jijik, "Fai, laper kak" ucap gadis itu terisak.

"Ya makan lah, apa mau gue kunyahin?" Tanya Arkana ketus. Faira menggeleng pelan. "Yaudah," Arkana kembali berbaring di kasur menutup wajahnya dengan selimut.

Faira menarik selimut itu, "Temenin Fai ke dapur kak, nyari makanan".

"Gak!, Gue mau tidur" Arkana kembali menarik selimut itu lagi.

Faira semakin terisak, menarik ingus dalam-dalam agar tak jatuh. Faira berdiri berjalan pelan mendekati pintu kamar. Mencoba membuka, namun rasa takut menguasainya. Gadis itu benar-benar takut apalagi rumah ini sangat besar, dan mereka hanya tinggal berdua. Faira kembali di dekat Arkana, gadis itu semakin terisak, ia memeluk lututnya merasakan lapar dan takut.

Arkana membuka selimut yang menutupi wajahnya lalu mendengus kesal. Ia kemudian turun dari kasur dan menarik tangan Faira yang basah, entah karena air mata atau ingus gadis itu. Arkana sudah tidak peduli, ia benar-benar mengantuk. Apalagi besok ia kembali kuliah.

Sesampainya di dapur Arkana melepaskan tangan Faira, "di lemari ada mie. Makan itu dulu, lo gak masak nasi kan?" Tanya Arkana namun Faira hanya terdiam.

Arkana menatap Faira jengkel, "gak bisa masak mie lagi, lo?" Tanya Arkana. Gadis itu mengangguk pelan, Arkana mengepalkan kedua tangannya menahan kesal. "Apasih lo yang bisa?".

Gadis itu kembali menangis, membuat telinga Arkana panas sendiri mendengar Faira terus menangis. Arkana berjalan menuju lemari, mengambil mie goreng dua bungkus, lalu mengambil panci untuk memasak mie goreng itu.

Arkana menoleh ke belakang, ternyata Faira masih setia menunduk, ingin sekali Arkana melemparkan gelas ke kepala gadis itu. Setelah beberapa menit mi goreng nya sudah jadi, Faira mengangkat kepalanya karena mencium aroma mie goreng itu.

Baru mencium aromanya saja sudah enak, apalagi memakannya. Faira menggeser kursi makan, lalu duduk menatap mie goreng itu penuh minat. Perlahan gadis itu mulai menyendok mienya dan segera memasukkan ke dalam mulutnya, namun terhenti karena Arkana memukul tangan gadis itu membuat sendok nya jatuh.

"Gak tau diri banget, emang!" Cibir Arkana.

Faira menatap Arakan, dan kembali menatap mie itu. "Ini buat Fai, kan?. Jadi gapapa kan, kalau Fai makan" ucap gadis itu.

"Mana ada, ini mie gue. Emang lo yang masak apa?" Arkana mengambil alir mie itu, lalu menyantap di depan Faira. Faira menelan ludah, gadis itu memilih pergi dari sana dari pada harus menyaksikan Arkana memakan mie itu.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang