6🫒

516 22 0
                                    

hloo, terimakasih banyak sudah mau mampir.
aku saranin untuk vote lebih dulu sebelum membaca, yaa.

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Setelah kejadian tiga minggu lalu, Arkana tak pernah menemui orang tuanya, apalagi membalas pesan-pesan dari papanya. Sedangkan Zea sudah kembali ke Amerika dua minggu yang lalu karena masa liburnya sudah selesai.

Hari ini ada kelas di jam sembilan nanti, semenjak ia bangun untuk sholat subuh ia tak pernah lagi melanjutkan tidurnya seperti kemarin-kemarin.

Itu disebabkan karena Faira yang tiba-tiba demam, membuat Arkana pusing. Dirinya selalu di susahkan oleh Faira, setiap hari gadis itu pasti membuat masalah. Arkana menghela nafas pelan menatap Faira yang sedang meringkuk di sofa. Ingin mengangkat tubuh gadis itu untuk naik di atas kasur tapi dirinya ogah membopong tubuh Faira.

Ingin membangunkan nya untuk pindah sendiri tapi pasti gadis itu tidak bisa, Arkana berdiri, tangannya terulur untuk menyentuh dahi Faira. Panas, itu lah yang di ucapkan Arkana dalam hati. Arkana berjongkok di depan gadis itu, mencoba membangunkan Faira. "Bangun" ucapnya dengan pelan sembari menggoyangkan bahu gadis itu pelan.

Faira membuka matanya perlahan, menatap Arkana dengan mata teduhnya. "Dingin, kak" ucapnya pelan dan kembali memejamkan matanya.

"Pindah di kasur dulu, ayo" Arkana menggoyangkan bahu gadis itu lagi, agar Faira tidak tertidur. Namun mata gadis itu tak lagi di bukanya. Dengan paksa Arkana mendudukkan tubuh gadis itu, mata Faira masih setia terpejam, tubuh gadis itu benar-benar lemah.

Mau tak mau Arkana mengangkut tubuh gadis itu untuk pindah ke kasur. Saat Arkana mengangkat Faira, gadis itu membuka matanya, "kak Arka, ngapain?", tanyanya pelan. Arkana diam tak menjawab pertanyaan Faira.

"Lo dingin?", tanya Arkana dan di angguki oleh Faira dengan pelan. "Tapi tubuh lo panas" ucap Arkana lagi.

Arkana berjalan keluar menuju ke dapur untuk mengambil baskom dan mengisinya dengan air, tak lupa mengambil handuk kecil. Dan kembali ke kamar untuk mengompres Faira. "Maafin Fai, bibi. Maafin Fai, maaf karena Fai gak bisa apa-apa kayak Fairi. Maaf karena Fai selalu nyusahin bibi, bibi tau tidak?, kalau Fai itu sayang sama bibi sama paman, Fai sadar, kalau Fai ini emang gak berguna. Kak Arkana juga sering banget marahin Fai, tapi Fai gapapa. Fai kuat kata bunda" ucap gadis itu pelan dengan mata terpejam.

Arkana diam di depan pintu kamar mendengar ucapan gadis itu, matanya menatap wajah Faira. Disana ia melihat air mata Faira membasahi pipi mulusnya. Arkana mendekat mengompres dahi Faira, jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat, pasti bu Susi sudah ada didalam rumah.

Arkana kembali berjalan keluar, mencari keberadaan bu Susi. "Eh, den" ucap bu Susi di belakang Arkana, Arkana kaget, ia menoleh kebelakang. "Eh?, kaget ya den. Maaf bibi gak bermaksud untuk buat den Ark--".

Arkana segera memotong ucapan bu Susi, "udah gak papa, bisa buatin bubur gak, bi?", tanya Arkana.

Bu Susi terdiam beberapa detik, tumben sekali Arkana memintanya membuat bubur. "dikit aja, bi. Buat sekali makan aja" ucap Arkana lagi.

"Iya, den. Bisa" jawab bu Susi. Belum sempat bu Susi bertanya bubur nya untuk siapa, Arkana sudah pergi lebih dulu. Arkana kembali ke kamar, ia mendekati Faira kemudian duduk di samping Faira.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang