14🫒

438 16 0
                                    

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Arkana menjauhkan tubuhnya dari Faira, cowok itu menatap Faira dengan tajam. "Kenapa cuman diem aja, hah?!. Kenapa gak berusaha ngelawan?. Modal nangis doang gak bakal bikin orang yang mau apa-apain lo kasian liat lo nangis kayak gembel gitu!!".

Faira semakin menangis dan menunduk, "apa lo emang suka disentuh sama cowok lain?, iya?!!", ujar Arkana.

Gadis itu menggeleng, "liat gue, liat gue, bego!!", sentak Arkana.

"Lo itu perempuan, seharusnya lo punya harga diri biar enggak sembarangan orang yang bisa nyentuh lo, apalagi sampai peluk-pekukan segala".

"K-kak Arga udah minta izin sama Faira buat mel---".

"Terus lo, mau mau aja, gitu?", sela Arkana cepat.

Faira kembali terdiam, "kenapa diem?, bener kan yang gue bilang?", ucap Arkana sembari tersenyum remeh.

"Katanya kak Arga cuman kangen sama orang yang kak Arga suka dulu, kebetulan wajahnya mirip sama Fai" jelas Faira. Gadis itu masih setia menunduk.

Arkana berdecih, "lo emang, bego!", ketus Arkana. Laki-laki itu memilih untuk tidur, ia sudah malas berdebat dengan gadis itu.

Faira mengangkat pandangannya, menatap Arkana yang sudah memejamkan mata. Faira berjalan pelan mematikan lampu, dan berbaring di sofa seperti biasa. "Kalau besok dan seterusnya lo masih bareng Arga ke sekolah, awas aja. Gue bakal bikin lo gak bisa sekolah lagi, dan bikin lo nyesel seumur hidup!!", gertak Arkana.

Faira sedikit tersentak mendengar suara Arkana secara tiba-tiba. Gadis itu menatap Arkana dengan keadaan gelap, mendengar ancaman dari Arkana menjadi beban pikiran untuk gadis itu. Secara tak langsung, Arkana menyuruh Faira untuk menjauhi Arga.

"Kalau gue tau lo deket atau lagi jalan sama Arga, gue gak bakal maafin lo. Gue bakal ngasih lo perhitungan yang bikin lo nyesel karena udah gak denger apa kata gue!", peringat Arkana.

Faira kembali menangis, padahal hanya Arga lah satu-satunya orang yang mendukung dirinya, hanya Arga yang bisa mengerti keadaan gadis itu. Tapi sekarang?, ia harus menjauhi laki-laki itu. Tidak adil rasanya, ingin membantah tapi takut jika Arkana akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

Faira menarik selimut, mencengkeram kuat ujung selimutnya. Tubuhnya bergetar, ingin sekali gadis itu menangis keras, tapi mengeluarkan sedikit suara saja Faira tak mampu mengeluarkan nya.

Arkana membuka matanya karena mendengar Faira menarik ingus karena menangis. Ia tak bisa tidur karena ulah gadis itu, Faira memang tak bersuara saat menangis, tapi saat Faira menarik ingusnya membuat Arkana geram. "Gak usah berisik, kalau lo gak mau tidur di kamar sebelah" peringat Arkana.

Faira langsung memelangkan tarikan itu. Agar Arkana tak terganggu dan berujung harus tidur sendiri di kamar sebelah. Faira memejamkan matanya mencoba tidur mencari posisi yang nyaman.

Sofa bukanlah tempat ternyaman untuk tidur, bagaimana pun posisi nya pasti tak akan nyaman. Tapi gadis itu sudah terbiasa tidur di sofa, jadinya gadis itu selalu nyaman tidur di sofa itu bagaimana pun posisi tidurnya.

🥦🥦🥦

Arkana menatap Faira yang sedang turun tangga bersiap berangkat ke sekolah. Laki-laki itu memasang wajah datar, sedangkan Faira tak pernah memalingkan wajahnya untuk menatap Arkana yang tengah menatapnya. Bu Susi berteriak dari dalam dapur memanggil Faira dan Arkana untuk sarapan pagi.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang