Hehehe, haloooo. Sebenarnya seneng banget karena kalian udah mau pada baca cerita ini, makasih banyak loh udah mau mampir. Tapi, aku bakal seneng lagi kalau kalian vote and coment cerita ini, hihihi.
Terimakasih banyak yaaa 🌻
🥦🥦🥦
Hari ini gadis yang selalu menguncir rambut nya itu tidak jadi pergi ke sekolah, karena Arkana tiba-tiba demam, dan Arkana juga memintanya untuk tidak kesekolah. Gadis itu menurut karena merasa kasihan dengan Arkana tidak ada yang menjaganya. Bu Susi juga sedang tidak masuk kerja, karena anak bungsunya juga sedang sakit. Jadi Faira meminta bantuan Fairi untuk mengizinkan nya hari ini.
Faira berdiri di samping tempat tidur dengan bingung, ia tidak tahu harus melakukan apa. Sebenarnya ada banyak kerjaan yang ingin gadis itu kerjakan tapi ia tidak tahu harus memulainya dari mana. Arkana membuka matanya dengan pelan, menatap Faira yang tampak bingung. "Kenapa?", Faira terlonjak kaget mendengar suara Arkana yang tiba-tiba bersuara.
"Eh?, anu. K-kak Arka mau makan, gak?", tanya Faira.
Arkana menatap Faira malas, "menurut lo, gue butuh makan apa enggak?", tanya Arkana.
"Butuh kayaknya, kan kak Arka masih mau hidup. Jadi pasti butuh" jawab cewek itu santai.
"Yaudah!, sana!", usir Arkana, ia sudah jengah melihat kehadiran Faira di samping nya.
"Kemana?".
"Terserah, lo!".
Faira pergi dari sana, ia berjalan turun ke arah dapur untuk memasak bubur untuk Arkana, gadis itu mengambil panci lalu diisi dengan beras dan langsung di cuci. Setelah selesai mencucinya, Faira mulai memasak beras itu agar menjadi bubur. Ini adalah kali pertamanya Faira memasak bubur, dan semoga saja tidak akan bermasalah nantinya.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, melihat seisi rumah, "luas amat, pasti bi Susi kecapekan bersihin rumah sebesar ini sendiri. Bi Susi emang strong, ibu-ibu emang strong".
Faira meraih sapu, ia menatap seisi rumah, tak tahu harus mulai menyapu dari mana dulu. "Ish, belum di kerjain aja udah capek. Gimana kalau udah di kerjain, ya Allah sesungguhnya aku tidak bisa" gadis itu merengek sendiri.
Ia mulai menyapu seisi rumah, menyapu sendiri di rumah yang lumayan besar itu benar-benar membuat Faira lelah. Sehabis menyapu ia langsung mengepel lantai, sesekali ia pergi melihat bubur yang di masaknya apakah sudah matang atau tidak.
Tinggal bagian atas yang belum Faira bersihkan, sebelum naik ke atas untuk membersihkan, ia mematikan kompor terlebih dahulu karena buburnya sudah jadi. Gadis itu mengambil mangkuk kecil lalu diisi dengan bubur, Faira terus mengaduknya agar cepat dingin.
Dirasa sudah cukup, ia berjalan naik ke atas dengan membawa nampang berisi bubur, air, dan obat demam yang sempat dia beli tadi di apotek. Gadis itu tadi sempat ke apotek terdekat untuk membeli obat demam buat Arkana.
Dengan susah paya, Faira membuka pintu kamar dengan pelan agar Arkana tak terganggu, lalu menutup nya kembali dengan pelan. Langkah kakinya pun ikut pelan, Arkana yang tidak tidur membuka mata saat mendengar pintu terbuka. Kemudian melirik Faira yang tampak acak-acakan, padahal gadis itu sudah mandi waktu subuh tadi.
"Eh, bangun?", ucap Faira saat melihat Arkana tengah melihat nya.
"Lo dari mana?, kenapa keringetan gitu?", tanya Arkana sembari mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana [On Going]
Teen Fiction[UTAMAKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU] ⁰ Sebuah perjodohan yang awalnya di tolak oleh seorang laki-laki yang bernama Arkana, entah karena apa papanya bisa menjodohkan nya dengan seorang gadis yang sama sekali tak pernah ia lihat sebelumnya. Dengan...