22🫒

392 16 0
                                    

Haloo aku balik lagiii, dengan membawa kisah yang tidak aku mengerti. Wkwk, canda.

Lanjut aja ayoo. Eh, udah seminggu ya kan?, udah kan?.
Iya udah, wkwk.

Gasssss

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Langit dengan sengaja menyenggol bahu Faira, Faira hampir tersungkur ke depan jika saja Langit tak meraih lengan nya dengan cepat. "Lu punya cowok?", tanya Langit to the point.

Faira sedikit menjauh, lantas menggeleng. "Terus, yang nganter jemput lo ke sekolah, siapa?. Saudara lo?", tanya Langit.

Semenjak Arkana terus mengantar dan menjemput Faira, Langit selalu memperhatikan nya. "Kok diem?, kenapa?. Susah buat lo jawab?, jawabannya gampang padahal, tinggal lo bilang iya atau enggak".

"Gue taunya saudara lo cuman kembaran lo doang. Atau emang ada yang lain?", tanya Langit lagi.

"Kenapa emangnya?", Langit mengangkat alisnya sebelah, lalu terkekeh. "Bukannya ngejawab, malah nanya balik. Gak jelas lo".

"Langit juga gak jelas, kenapa malah nanya-nanya yang gak penting buat Langit?".

"Hm, itu menurut lo. Tapi menurut gue itu penting, karena apa?. Lo mau tau?", Langit mendekat kan dirinya, saat Faira mencoba untuk mundur, tangan Langit meraih lengan gadis itu agar berhenti mundur.

Faira memalingkan wajahnya saat Langit mendekat. "karena, gue suka sama lo!", Bisiknya kemudian menjauh.

"Udah jelas Kenapa gue nanya?".

"Hah?!", cengo gadis itu. Otaknya masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang Langit katakan.

"Gak ada pengulangan, males gue!", Langit berdecak sebal dan pergi dari depan Faira yang masih tidak mengerti. Suasana koridor sekolah sudah sangat sepi, karena kelas mereka keluar paling lambat dan Faira yang keluar paling belakang, jadi tidak ada yang bisa melihat mereka berdua sedang berbicara.

"Gue bukan karakter utama dari cerita ini, jadi wajar kalau kisah cinta gue ngangngong-ngangngong" batin Langit kesal.

Arkana berjalan masuk ke dalam sekolah setelah mendapatkan izin dari satpam, laki-laki itu sudah jengah menunggu Faira di dalam mobil, tapi gadis itu tak kunjung keluar dari dalam sekolah padahal sekolah sudah sangat sepi.

Langit dan Arkana sempat berpapasan di koridor lain, tapi keduanya tak saling melihat. Mereka berdua hanya fokus berjalan ke depan, hingga akhirnya Langit baru sadar jika orang yang berpapasan dengan nya adalah orang yang sering mengantar jemput Faira.

"Wanjayy," ucap Langit, suaranya sedikit ia besarkan agar Arkana mendengar nya. Namun Arkana tak peduli, "wanjay, cakep-cakep budeg. Busettt" seru Langit.

Arkana berhenti, dan membalikkan badannya menatap Langit dingin. "Kenapa?!, lo ada urusan sama gue?".

"Wish, sabar bang. Saya cinta damai kok. Eh, enggak ding, saya cinta sama cewek yang berdiri disana", Langit menunjuk dimana Faira sedang berdiri.

Arkana mengikuti arah yang Langit tunjuk, wajah nya tiba-tiba berubah semakin dingin. "Maksud lo apa?".

Langit menyengir lebar, namun terlihat mengesalkan bagi Arkana, "santai bang, gue mau pulang kok. Orang ganteng mana boleh kelaparan. Ahahaha" Langit melangkahkan kakinya menuju ke parkiran dan segera mengendarai motornya keluar sekolah.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang