20🫒

575 15 0
                                    

Haloooo...
Gimana kabarnya?
Hihihi, baru up. Sengaja wkwkw.
Lanjut aja yaa, jangan lupa ninggalin jejak yawww.
Maacciiwww.

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Saat Faira ingin membuka pintu rumahnya ia langsung dikejutkan dengan Arkana yang lebih dulu membuka pintu. Arkana menatap Faira dari bawah sampai atas, lalu melewati Faira begitu saja tanpa bertanya darimana gadis itu.

Gadis itu tertegun karena Arkana hanya melewati nya saja, ia tak menegur atau bertanya membuat gadis itu sakit hati. Biasanya Arkana akan marah-marah padanya, tapi kali ini tidak.

Faira berbalik menatap Arkana yang tengah masuk kedalam mobil, detik selanjutnya kembaran gadis itu bersuara, membuat nya sedikit terkejut. "Faira?!, dari mana?. Kamu baru balik?", tanya Fairi Faira menoleh, menatap saudara kembarnya yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Tiba-tiba gadis itu tersenyum miris, apa masih pantas ia memakai seragam yang sama dengan yang Fairi gunakan?. Ah, rasanya sangat tidak pantas untuk ia kenakan lagi. Mengingat kejadian kemarin malam membuat nya ingin gila.

Fairi mengerutkan keningnya saat Faira tak menjawabnya melainkan hanya diam menatapnya, gadis itu menyentuh pundak adiknya hingga ia kembali sadar karena terlalu lama melamun. "Kenapa?, kamu kemana aja?. Mbak sama Arkana nyariin kamu kemarin, tapi gak ketemu-ketemu" ucap Fairi.

Belum sempat Faira menjawab, suara klakson mobil Arkana membuat keduanya kaget. "Lo mau tinggal disitu, apa mau kesekolah?!. Kalau lo mau ikut sama gue, cepetan!!!", teriak Arkana.

Fairi menoleh menatap Faira, "ayo kamu siap-siap, biar kita bisa berangkat bareng" ujar Fairi. Faira menggeleng, "duluan aja, mbak. Faira belakangan, ntar Fai naik angkot aja kesekolah" balas Faira sembari tersenyum kecil dan segera masuk ke dalam rumah.

Fairi menatap adiknya, "cepetan, anjir!!!", pekik Arkana kesal.


🥦🥦🥦

Seorang gadis sedang terduduk di depan gundukan tanah lengkap dengan seragam sekolahnya. Tangannya bergetar saat menyentuh batu nisan, dadanya semakin sesak saat ia mengusap pelan batu nisan itu. Hanya dengan semalam mampu membuat hidup nya sangat berantakan.

"Bun, bilang sama Fai. Kalau Faira masih pantes buat hidup" lirihnya, ia memeluk gundukan tanah itu dengan perasaan berantakan.

"Bundaa..., denger Fai kan?. Bunda denger kan?. Hidup Faira hancur bun, aku pikir orang yang bakal nolongin aku bisa bantu aku buat lepas dari orang yang mau celakain aku. Tapi, ternyata enggak bun. Dia malah merusak hidup Faira, padahal orang itu udah Fai anggap sebagai kakak aku sendiri bun, karena selama ini dia baik sama, Fai."

"Bener kata ayah, kalau kita gak boleh gampang percaya sama orang yang baru kita kenal" ucap Faira pelan seraya menatap gundukan tanah yang ada di sebelah makam bundanya.

"Fai ngelakuin dosa besar apa, bund?!. Sampai tuhan hukum aku kayak gini. Tolong Fai, ayah. Tolong, Fai. Aku benar-benar enggak bisa berdiri sendiri, kaki aku gak sanggup buat nampung beban ini, ayah"

"Mental aku enggak kuat, aku udah capek. Mental dan fisik aku udah rusak, bund. Enggak ada orang yang sayang sama aku, semua orang benci sama aku. Aku punya kesalahan apa bund?, aku punya kesalahan apa?".

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang