37🫒

308 12 0
                                    

haloo, ga lupa kan sama alurnya gmna? maaf ya krna up nya lamaa

sekian terima sudah, jgn lupa tinggalin jejak kaliann!!

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Langit menatap intens seseorang yang sedang lewat di samping nya menggunakan masker dan topi, ini bukan kali pertamanya ia melihat orang itu, tapi sudah sangat sering. Setiap ia berkunjung di rumah sakit untuk melihat omanya, ia selalu melihat orang itu berada di rumah sakit juga.

Dan sepertinya orang itu adalah orang yang ia kenal dengan sangat baik.

"Mas Aka!".

Seseorang itu berhenti, tangannya terkepal. Orang yang meneriakinya benar-benar minta di tumbuk sampai halus.

"Nah kan, mas Aka," ujar Langit.

Ia tersenyum senang karena tebakannya benar.

Arkana berbalik, ia menghampiri Langit. Sesampainya di depan cowok itu dia menjitak keras kepala Langit, cowok itu sampai menjerit kesakitan.

"Lo bisa gak sih berhenti manggil gue kayak gitu! Lo mau gue pecat, hah?!".

"Santai bang, santai. Minum dulu gak sih?".

Langit menyodorkan minuman botol yang isinya masih tersisa setengah. "Ogah!" tolaknya mentah-mentah.

"Lo di rumah sakit ngapain? mau cek kandungan lagi? kok Faira gak ada?" pertanyaan Langit membuat Arkana gregetan sendiri dengan Langit.

"Bocah ingusan kayak Lo bisa diem, gak?!".

"Nanya mulu lo kayak wartawan, wartawan aja gak berani nanya-nanya ke gue".

"Emang ada ya wartawan yang mau nanyain lo? Atas dasar apa dia nanya-nanya sama lo?"

"Ya gak ada sih" balas Arkana.

Langit menutup mulutnya dramatis, ia menahan tawa. "Jadi lo ngapain bolak balik ke rumah sakit? Pake masker segala lagi".

"Ngitung lantai rumah sakit sama jejak kaki gue, kepo lo banget lo susanti!!" Arkana kembali memasang topi dan maskernya. Bisa-bisa ia naik darah harus meladeni Langit terus.

"Mau kemana?!" teriak Langit histeris, ia merasa tercampakan ditinggal begitu saja oleh Arkana

"Tolong jangan teriak-teriak mas" tegur salah satu perawat yang lewat.

Langit kaget, ia lalu menyengir lebar ke perawat itu. Sang perawat hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu ngapain disini?" Langit terlonjak.

Ia memutar tubuhnya ke belakang dengan kaku, orang di depan nya mengerutkan kening.

"Mau liat oma, om".

"Bukannya saya udah bilang sama kamu, jangan temuin dia lagi, kamu lupa ingatan?" Langit menggeleng.

"Saya cuman kangen sama oma, om. Tapi om tenang aja, saya gak masuk ke ruangan oma kok, saya cuman liat oma di pintu aja."

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang