9🫒

427 20 0
                                    

Cuman mau bilang banyak terimakasih sama kalian yang udah baca cerita ini. Makasih ya udah mau mampir. Makasih juga udah mau ngasih vote. Sekali lagi makasih 🤍.

🥦🥦🥦

Faira mengutak-atik meja belajar Arkana, mencari buku paket matematika nya. "Kemana sih?, perasaan Fai simpen disini deh. Tapi kemana?", tanyanya heran, gadis itu sampai berjongkok mencari bukunya di bawa meja belajar. Arkana yang baru selesai mandi menatap meja belajarnya yang naas, karena Faira mengutak-atik nya habis tak tersisa.

Arkana mengepalkan tangannya kuat, mencoba menahan emosi agar tak marah-marah di waktu pagi. "Faira!", ucap Arkana pelan namun dengan penekanan.


Faira kaget mendengar namanya, saat gadis itu ingin berdiri, kepalanya kejedot di meja belajar karena posisinya masih berjongkok. Faira mengusap kepalanya pelan, menatap Arkana, sesekali meringis pelan. "Kak Arka liat buku paket matematika Fai, gak?", tanya Faira santai tanpa memperdulikan wajah Arkana yang tengah menahan emosi.

"Gue buang!", jawab Arkana.

Ya, Arkana memang membuang buku paket Faira. Sengaja?, Ya dia sengaja membuangnya karena ia tak mau buku-buku Faira disimpan di meja belajarnya. "Kenapa?, gak terima?" Tanya Arkana saat Faira menunjukkan wajah tak percaya.

"Itu buku loh, kak. Kak Arka tega?", tanya gadis itu.

"Kenapa emang?, buku aja gue buang. Apalagi lo!!".

"Apa yang salah dari buku itu, kak?. Apa?" Tanya Faira dan sedikit meninggi kan suaranya.

"Bukunya emang gak salah, tapi lo yang salah. Masih untung bukunya yang gue buang, bukan lo nya" jawab Arkana.

"Noh di tempat sampah, kalau lo mau bukunya" ucap Arkana kemudian dan pergi dari hadapan Faira.

Faira menghela nafas sabar, merasa bingung kenapa dirinya selalu di kelilingi oleh orang-orang yang tak menyukainya. Gadis itu membuka penutup sampah, meraih buku paket nya. Ia berjalan mengambil tissue basah dan melap sampul buku paket nya yang kotor.

Kakinya melangkah keluar kamar menuruni anak tangga sedikit terburu-buru, "makan dulu non, den Arka sudah ada di meja makan" ucap bu Susi ketika melihat Faira.

Faira menggeleng lalu tersenyum, "enggak bi, Fai udah telat. Gak enak juga sama kak Arga kalau harus nunggu lama" jelas Faira.

"Yaudah non, hati-hati. Jangan lupa semangat ya non sekolah nya" ucap bu Susi, Faira tersenyum. "Makasih bi" ucap Faira dan segera berlalu dari hadapan bu Susi.

Tangan kecilnya meraih gagang pintu, membukanya dengan pelan. Mata teduhnya langsung menangkap sosok Arga yang sedang berdiri di depan pintu, laki-laki itu tersenyum, membuat Faira ikut tersenyum. "Ayo" ajak Arga. Faira mengangguk, dan mengikuti Arga dari belakang.

Di tengah perjalanan Faira hanya diam, tidak seperti biasanya. Jika Faira bersama dengan Arga, gadis itu akan banyak bicara. Jadi wajar saja jika Arga sedikit heran dengan Faira, tumben sekali pikirnya ia tak banyak bicara padanya. "Ada apa?" Tanya Arga.

Faira menoleh sebentar, dan kembali menatap ke depan memperhatikan mobil yang ada di depan nya. "Heran aja kak" jawab Faira.

Arga mengerutkan keningnya tidak mengerti, sesekali menoleh sebentar menatap Faira karena harus fokus menyetir. "Heran?, heran kenapa?".

"Kenapa ya, orang-orang di sekitar Fai pada gak suka sama Fai?, Fai salah apa ya sama mereka?. Padahal Fai nafasnya pake nafas sendiri bukan pake nafas mereka" jawab Faira, Arga menahan senyum mendengar jawaban ngelantur gadis di sampingnya ini.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang