35 🫒

356 10 0
                                    

haloo, maaf banget baru up lgi
mungkin waktu up nya bakal ga nentu buat kedepannya

maaf jika ada kalimat yang kurang pas untuk part ini atau part" sebelumnya
tetap dukung aku ya buat selesain cerita ini, semangat dari kalian sangat berpengaruh buat aku selesain cerita ini

akhir" ini banyak banget yang bikin bingung, tapi bagaimana pun kondisi dan masalah kalian yang sedang kalian hadapi, tetap sabar kuncinya

seberat apapun itu, pasti kalian bisa ngelaluin itu, percaya sama diri kalian

inget, kalian itu manusia yang paling hebat bisa bertahan sejauh ini

kalian ga sendirian kok, ada banyak orang disekeliling kalian yang peduli sama kalian.

selamat membaca maniss🌻

🥦🥦🥦

Sore ini, Arkana mengajak Faira untuk melihat langit senja di pinggir pantai. Cowok itu berulang kali menegur Faira agak tak berlarian, sembari menunggu matahari terbenam, Faira sibuk bermain pasir bersama Langit.

Tadi siang, Langit sangat galau karena masalah omanya, maka dari itu Arkana mencoba mengajak Langit ikut bersamanya. Tawaran pertama Arkana langsung ia terima tanpa penolakan sama sekali.

Katanya, "lumayan, bisa deket samaa Faira". Emang gak tau diri si Langit mah.


Hari ini Langit membolos sekolah, karena mendapat kabar jika omanya sedang kritis. Dia sempat meminta izin untuk pulang tapi tak di ijinkan, mau tak mau Langit harus membolos demi melihat keadaan omanya.

Sesampainya di ruangan itu, ia sedikit dikagetkan dengan kehadiran anak-anak omanya yang selama ini tak pernah menjenguk wanita yang sedang terbaring lemah di atas brankar itu.

Semua mata langsung tertuju ke arahnya, Langit tersenyum canggung, seperti biasa, tatapan mata mereka penuh dengan kebencian.

"Kamu mau kami ada disini, kan?". Langit menoleh ke belakang, cowok itu mengangguk.

Dari sekian banyak nya orang disini, tak ada sama sekali yang menginginkan kehadirannya selain wanita yang sedang sakit itu.

"Kita semua bakal ada disini, tapi dengan satu syarat" .

"apa, om?", tanya Langit.

"Jauhin ibu saya, jauhin orang yang kamu anggap oma itu. Kalau suatu saat dia bangun, tolong jangan pernah muncul di depan dia lagi".

Arkana menoleh saat mendengar Langit tertawa, cowok itu sedang duduk di samping Faira yang sedang bermain pasir bersama Langit.

Langit tertawa saat melihat lukisan Faira di pasir, gadis itu melukis seorang perempuan dan seorang laki-laki, dimana laki-laki itu sedang menggendong seorang anak kecil.

"Bentukannya aneh, Fai" tawa Langit menggelar sehingga orang lain yang ada disana menatap nya aneh.

"Gak ada bentuk, anjir!" tambah nya lagi.

Arkana menjitak kepala Langit, cowok itu meringis. "Gak ada adab emang!".

"Emang gak ada bentuknya, bang. Liat aja, gak jelas gitu. Kalo orang buta mana liat".

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang