11🫒

467 21 0
                                    

🥦🥦🥦

Malam ini terasa sangat dingin, Faira sedikit menurunkan kaca mobil, menikmati semilir angin yang menerpa kulit wajahnya, Arkana melirik Faira tak suka, "lo kalau mau masuk angin, kagak usah ngajak-ngajak gue!", ketus Arkana. Faira menoleh sekilas menatap Arkana, terlihat helaian rambut Arkana bergerak karena angin masuk di dalam mobil. Itu semua karena Faira menurunkan kaca mobil.

Faira segera menaikkan kaca mobil, tak lupa meminta maaf ke Arkana, gadis itu bersandar di kursi mobil, menoleh ke samping menatap kendaraan yang melewati mobil Arkana. Sepertinya malam ini akan hujan, terlihat langit malam sedang mendung, tak menampakkan bintang-bintang yang bersinar seperti malam sebelumnya. Gadis itu memejamkan mata, mencoba untuk tidur.

Perjalanan ke rumah bibinya cukup lama karena ke adaan lagi macet, seminggu berlalu saat Fairi mengajak nya untuk berkunjung ke rumah paman dan bibinya, dan malam ini Arkana baru mengiyakannya untuk kesana. "Jangan tidur!", ucap Arkana.

Faira kembali membuka mata, menoleh menatap Arkana yang sibuk menyetir. Faira yang tak mau banyak bicara akhirnya mengikuti perkataan Arkana. Gadis itu kembali duduk tegak, menyandarkan tangan di pintu mobil, sembari menopang dagunya.

Sejam lebih mereka terjebak di jalan karena macet total, Faira yang tadinya menuruti perkataan Arkana untuk tidak tidur, kini gadis itu kembali tidur, ia tak bisa menahan rasa kantuknya. Arkana memarkirkan mobilnya di depan rumah bibi Faira yang tampak sederhana, setelah mendapatkan posisi yang nyaman, ia segera mematikan mesin mobilnya.

Bukan Arkana namanya jika ia membangunkan Faira dengan baik-baik. "Woi, bangun!", ucap Arkana, seraya mengguncang tubuh gadis itu dengan kasar.

Faira yang merasa terganggu langsung membuka matanya, dan menjauh tangan Arkana dari bahunya. Gadis itu mengucek matanya, "cepet keluar!" Sentak Arkana.

Faira membuka pintu mobil, di ikuti Arkana yang juga ikut membuka pintu mobil. Faira pelan menuju pintu rumah bibinya, sesampainya di sana ia mengetuk pintu dengan pelan. "Kecil amat!, penghuninya mana denger kalau ngetuknya kayak gitu" Protes cowok itu saat melihat Faira mengetuk pintu. Arkana sedikit menggeser tubuh Faira, Arkana mengetuk pintu rumah itu. Ketukan itu seperti bukan ketukan tapi pukulan.

Faira hanya diam memperhatikan Arkana, ia tak mau protes, dirinya sangat mengantuk padahal baru jam sembilan lewat. Tak lama suara langkah kaki terdengar mendekati pintu rumah, perlahan pintu itu terbuka menampakkan Fairi yang sedang tersenyum kecil menyambut kedatangan keduanya.

Jika tanpa polesan make up, gadis itu benar-benar mirip dengan Faira. "Ayo masuk" sambutnya.

"Assalamualaikum" ucap Arkana saat melewati pintu.

"Waalaikumsalam".

Faira berjalan mengikuti Arkana, sesekali mata gadis itu terpejam menahan kantuk luar biasa yang menyerangnya. Bibi Anin yang sedang duduk di kursi ruang tamu segera berdiri saat melihat keadaan Faira, ia meraih lengan gadis itu dan mencengkeram nya dengan kuat, "awh" ringis Faira. Faira menatap tangan bibinya, kemudian menatap bibinya yang sedang menatapnya dengan tajam.

Sedangkan Arkana menoleh ke belakang menatap Faira yang tengah meringis, matanya menatap tangan Anin yang sedang mencengkeram lengan kecil Faira. Tanpa aba-aba, Arkana melepaskan tangan Anin dari lengah Faira. Lengan Faira memerah akibat Anin.

Arkana menatap Anin datar,  lalu menatap Faira, "cuci muka, biar gak kusut kayak gitu" ujar Arkana. Tanpa membalas Arkana, Faira segera pergi dari sana.

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang