28🫒

385 15 0
                                    

Haloooo, makasih udah mampir buat baca cerita ini, hehe.
Sekali lagi terimakasih banyak yaaa,

happy reading 🌻

🥦🥦🥦

Sepulang dari sholat subuh di masjid, Arkana langsung di sambut oleh Faira di depan pintu. Ia menarik cowok itu ke dapur dan memberikan tiga butir telur ke tangan Arkana.

Kening cowok itu berkerut bingung, "buat?", tanyanya.

"Ayo buat telur dadar, Fai pengen" jawab gadis itu seraya mengambil bawang merah, "biar Fai yang iris bawangnya".

Arkana menyimpan telur yang ada di tangannya di dekat kompor, laki-laki itu berniat untuk ganti baju dulu.

"Gak usah ganti baju, pakai itu aja. Pecinya juga gak usah di lepas" ujar gadis itu membuat Arkana bingung setengah mati.

"Lah?, kalau pakai pakaian kayak gini mah repot, bentar gue ganti dulu".

"Jangan!!", cegat Faira.

Arkana kembali berbalik, "Fai mau kak Arka buat telur dadarnya pakai pakaian kayak gitu" ucap gadis itu.

"Lo kenapa?, dari kemarin aneh terus" Arkana melirik kepala Faira. Ia mendekati gadis itu dan menyentuh kepala Faira yang terperban.

"Parah emang?", tanya cowok itu. Faira menggeleng.

"Lukanya dikit doang, gapapa. Ayo buat telur dadar".

Arkana menghela nafas kasar, ingin rasanya cowok itu mengobrak-abrik isi dapur karena merasa kesal dengan gadis didepannya. Seenaknya sekali memerintah Arkana, "Sabar Arkana, dia lagi proses gila. Sabar, gapapa" batin Arkana seraya mengusap pelan dadanya.

"Inget, plasternya di ganti ntar" ujar cowok itu lagi dan Faira mengangguk.

"Kak, tambahin telur nya, ya. Biar bibi kebagian juga" tanpa persetujuan Arkana, cewek itu pergi mengambil sepuluh butir telur, membuat Arkana melongo.

"Gak sekalian sama bagiin tetangga juga?", tanya cowok itu sedikit kesal.

"Iya ya, kak. Gimana kalau kita bikinin buat tetangg--",

"Diem!, gue emosian orang nya. Jangan uji kesabaran gue!", sela cowok itu cepat, seraya memecahkan telur yang di ambil Faira tadi untuk dibuat telur dadar.

"Kak?, bawangnya segini cukup gak?", Arkana melirik bawang yang diiris Faira.

"Gak!, tambahin lagi. Kalau perlu iris semua tuh bawang,, emosi gue".

"Oh iya kah?", tanya gadis itu lagi dengan tampang polosnya.

Arkana berhenti dengan aktivitas nya, merasa ada yang terlupakan. Cowok itu seketika menoleh menatap Faira yang sedang berdiri di sampingnya dengan mengiris bawang. "Heh!!, lo gak sekolah?", tanya cowok itu.

Dengan santai gadis itu menggeleng, "enggak, hari ini Fai libur" jawab Faira santai.

"Dih, yang benar aja?".

"Hari ini sekolah emang gak libur, tapi Fai nya aja yang libur".

"Emang bisa gitu?",

"Bisa. Gini cukup, kak?".

Arkana sedikit menganga melihat irisan bawang Faira yang di luar nalar, gadis itu hampir menghabiskan semua bawang, yang tersisa tinggal lima biji.

"Lo ngapain?!".

"Ck, sini. Mending lo mandi deh sekarang" Arkana mengambil alih irisan bawang itu, dan sedikit mendorong gadis itu agar keluar dari dapur untuk mandi.

"Fai gak mau, kak. Fai libur".

Arkana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang