Happy Reading!
***
Rumah besar ini terasa sepi memang karena orang tua baruku katanya pergi ke luar negeri untuk berlibur, itu yah aku dengar dari penjelasan Reiner.
Jadi aku belum bisa bertemu mereka, pun dengan mereka yang tidak menelfonku atau aku yang tidak mengabari mereka karena tak ingin menganggu acara berlibur keduanya.
Jadi hanya aku yang ada di rumah ini dengan Reiner dan beberapa pekerja yang ada, sampai aku mendengar suara deru motor dan mobil di depan rumah.
Kakiku lantas bergerak ke arah balkon kamarku yang cukup luas, melihat ke bawa di mana dua motor besar dan satu mobil sudah terparkir rapi. Aku memicingkan mata melihat siapa orang yang turun dari motor seraya melepaskan helmnya, ternyata mereka adalah Anggasta dan Jaiden.
Dan satu orang lagi yang belum muncul di balik mobil yaitu Vernon, siapa lagi kalau bukan Vernon karena hanya dirinya yang belum menampakkan diri
Tapi kenapa Vernon naik mobil sendiri, pikirku. Namun ternyata bukan hanya Vernon yang keluar dari mobil, melainkan satu orang gadis dengan rambut panjang lurusnya.
Sudah bisa ku tebak, pasti gadis itu adalah Eleena.
Gadis yang baru di pacari oleh Vernon dan gadis yang membuat Maurin si antagonis marah karena kedekatan keduanya. Apalagi mereka sekarang sudah memiliki hubungan, bagaimana perasaan Maurin sekarang yah?
Eh, jika di pikir-pikir aku belum bertemu dengan sosok yang paling di benci ini. Di sekolah pun aku tidak bertemu dengannya, setahuku Maurin selalu mencari masalah di sekolah.
Tapi sudahlah, cepat atau lambat aku pasti akan bertemu dengannya dan pasti akan membantu dirinya sebisaku.
Yah, aku ingin membantu Maurin mendapatkan keadilan. Baik itu di keluarganya sendiri atau masalah percintaannya, karena aku tau Maurin adalah korban dari semua kesalahpahaman dalam kisah yang ada di dalam mimpiku.
Gadis ceria dan baik hati seperti Maurin tidak pantas mendapat perlakuan oleh orang-orang yang membencinya, mereka tidak pernah mau bertanya dan mengerti dirinya.
Maurin sendirian dan itu membuatku menaruh simpati padanya sejak lama.
Yah walaupun kebucinan kedua pemeran utama selalu membuatku gigit jari, tapi tidak bisa di pungkiri seharusnya Maurin yang berada di posisi tersebut.
"Kak Vaby!" aku tersadar dari lamunan singkatku, menatap ke bawa di mana Anggasta dan Jaiden melambaikan tangan kepadaku.
Aku pun membalas lambaian tangan mereka dengan senyuman, aku juga dapat melihat jika Eleena menatap ke arahku sambil tersenyum dan aku hanya membalas dengan senyum singkat sebelum aku masuk kembali ke dalam kamarku.
Karena aku belum mengetahui lebih banyak tentang identitas ku jadi yang aku lakukan hanya melamun, padahal aslinya aku memiliki pekerjaan yang menumpuk di laptop dan hpku. Bagaimana tidak menumpuk jika saat masuk ke dalam dunia ini belum ada pekerjaan yang aku kerjakan, mungkin setelah semua pikiranku selesai aku akan mulai mengerjakannya semua.
Saat ingin merebahkan tubuhku ke kasur empuk milikku, perutku malam berbunyi dan minta di isi. Aku sampai lupa jika seharian ini kerjaanku hanya melamun, diam dan mencari tau tanpa merasakan perutku yang sedari tadi minta di isi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dream
FantasyBiasanya mimpi itu cuma terjadi sekali dan setelahnya akan kita lupakan, mimpi selayaknya bunga tidur yang tidak akan pernah terjadi di kehidupan nyata. yah, mimpi tidak akan bertahan lama. Ketika kita sudah terbangun mimpi itu akan berganti dengan...